Pakar Sebut Risiko Kanker Meningkat Bila Sering Makan Junk Food, Ini Alasannya

Pakar ungkap hubungan sering makan makanan cepat saji dengan risiko kanker

oleh Sulung Lahitani diperbarui 22 Apr 2024, 18:31 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2024, 18:31 WIB
Contoh ilustrasi makanan junk food
Penyebab penuaan dini juga disebabkan karena konsumsi fast food. (Foto: Pexels.com/Caleb Oquendo)

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah menemukan hubungan yang mengkhawatirkan antara konsumsi junk food dan peningkatan risiko kanker.

Sebuah tim peneliti di Singapura telah menemukan bahwa mengonsumsi makanan tinggi lemak dan bergula menyebabkan tubuh memproduksi senyawa yang dapat mematikan gen penting dalam menekan tumor untuk sementara. Dalam sebuah penemuan inovatif, terungkap bahwa metilglioksal memiliki kemampuan untuk memblokir kemampuan gen BRCA2 dalam melawan kanker.

Dr Ashok Venkitaraman, peneliti utama dan direktur Pusat Penelitian Kanker Universitas Nasional Singapura, mengatakan kepada Medical News Today: “[M]etilglioksal memicu penghancuran protein BRCA2, sehingga mengurangi kadarnya dalam sel. Efek ini bersifat sementara, tetapi dapat bertahan cukup lama untuk menghambat fungsi BRCA2 yang mencegah tumor."

Dr Venkitaraman menjelaskan bahwa seringnya konsumsi makanan ultra-olahan yang kaya lemak dan gula dapat menyebabkan peningkatan kerusakan genetik dan peningkatan risiko kanker.

Dia lebih lanjut menambahkan: "Kami menemukan bahwa metilglioksal menghambat fungsi BRCA2 dalam mencegah tumor, yang pada akhirnya menyebabkan kesalahan pada DNA kita yang merupakan tanda peringatan awal perkembangan kanker."

Studi tersebut juga mencatat bahwa individu dengan diabetes dan pradiabetes seringkali memiliki kadar metilglioksal yang tinggi. Para peneliti memperingatkan bahwa karena penelitian ini dilakukan pada kultur sel dan bukan pada manusia, penyelidikan lebih lanjut diperlukan, lapor Bristol Live. Studi baru ini dipublikasikan di jurnal Cell.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tips Mudah dan Efektif Stop Kebiasaan Makan Junk Food

Salah Memilih Makanan
Ilustrasi Makanan Junk Food Credit: pexels.com/Polina

Makanan sampah adalah istilah yang sering digunakan untuk merujuk kepada makanan dan minuman yang diproses, seperti makanan cepat saji, cemilan, minuman bersoda, permen, atau kue. Saat ini, makanan-makanan tersebut telah menjadi bagian dari asupan harian banyak orang. Meskipun tak ada masalah dalam menikmati makanan sampah sebagai makanan favorit, namun sebaiknya makanan tersebut tidak menjadi bagian rutin dari pola makan sehari-hari.

Ini disebabkan oleh efek buruk yang ditimbulkan oleh konsumsi berlebihan makanan sampah terhadap kesehatan tubuh. Pola makan yang sering kali didominasi oleh makanan sampah sering dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti tingginya kadar gula darah dan risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, kebiasaan mengonsumsi makanan sampah sebagai bagian dari pola makan sehari-hari sebaiknya dihentikan.

Berikut ini beberapa cara yang efektif untuk dapat menghentikan kebiasaan makan junk food dikutip dari health.com (20/03/2024).

Selengkapnya...


Remaja Hobi Makan Junk Food, Studi Ungkap Dampaknya pada Kesehatan Otak

Menghindari Junk Food
Ilustrasi Junk Food Credit: dreepik.com

Penelitian terbaru dari University of Southern California mengungkap, remaja yang mengonsumsi junk food tinggi lemak dan gula dapat menderita kerusakan otak jangka panjang – khususnya gangguan memori.

Dalam penelitian, para peneliti di universitas tersebut memberi tikus makanan tinggi lemak, kemudian menjalankan riset melalui serangkaian tes memori dan melacak tingkat neurotransmitter yang terkait dengan memori dan pembelajaran.

 “Apa yang kami lihat tidak hanya dalam makalah ini, namun dalam beberapa penelitian terbaru kami lainnya, adalah jika tikus-tikus ini tumbuh dengan pola makan junk food, maka mereka akan mengalami gangguan ingatan yang tidak kunjung hilang,” tutur profesor ilmu biologi di USC Dornsife College of Letters, Arts and Sciences, Scott Kanoski melalui siaran pers USC yang dikutip New York Post.

“Jika Anda (kemudian) menerapkan pola makan sehat pada mereka, sayangnya efek ini akan bertahan hingga masa dewasa,” tambahnya.

Studi ini menggunakan penelitian yang sudah ada mengenai penyakit Alzheimer. Menurut Asosiasi Alzheimer, penyakit tersebut sejenis demensia yang memengaruhi pemikiran, perilaku, dan ingatan.

Selengkapnya...

Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara
Infografis Ragam Festival Kuliner Nusantara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya