Kenapa Anjing Laut dan Singa Laut Tidak Dapat Sepenuhnya Hidup di Air?

Penjelasan dari para ahli paleontologi tentang hewan anjing laut dan singa laut yang tidak bisa hidup sepenuhnya di dalam air.

oleh Azzahra Ilka Aulia diperbarui 27 Sep 2024, 19:01 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2024, 07:16 WIB
Singa laut Steller (Pinterest)
Singa laut (Pinterest)

Liputan6.com, Jakarta Sejarah evolusi anjing laut dan singa laut menarik perhatian para ahli paleontologi.

Mereka masih aktif meneliti bagaimana makhluk mirip berang-berang yang berkerabat dengan beruang telah berubah menjadi mamalia laut amfibi ini.

Berikut adalah penjelasan tentang mengapa mereka tidak bisa hidup selamanya di dalam air, dikutip dari smithsonianmag.com pada (8/5).

Kehidupan Anjing Laut dan Singa Laut

Para pakar paleontologi berhasil menetapkan masa kuno leluhur kelompok anjing laut ini sekitar 24 juta tahun yang lalu.

Seiring berjalannya waktu, anjing laut tetap memiliki ikatan dengan daratan, minimal dalam beberapa hal.

Baik anjing laut, singa laut, atau walrus dari berbagai zaman, mereka masih kerap berkumpul di tepi pantai untuk beristirahat, berkembang biak, dan menghindari predator.

Ana Valenzuela Toro, seorang ahli paleontologi dari Universitas California, Santa Cruz, mengungkapkan bahwa beberapa jenis makhluk cenderung lebih sering muncul dalam catatan fosil daripada yang lain.

Gaya hidup amfibi yang tidak biasa pada anjing laut menyebabkan proses dekomposisi tubuh mereka berbeda tergantung pada lokasi kematian mereka.    

Anjing Laut Purba

Mamalia laut prasejarah yang tinggal di wilayah pesisir zaman dahulu sebagai pemakan bangkai.

Dampak lain terhadap proses peluruhan tubuh adalah mengurangi peluang terjadinya fosilisasi dibandingkan dengan mamalia laut yang mati di perairan terbuka dan tenggelam ke dasar laut yang relatif tenang, di mana mereka bisa terkubur.

Namun, meskipun menghadapi tantangan tersebut, para pakar paleontologi telah berhasil menemukan berbagai jenis mamalia laut prasejarah yang melebihi ekspektasi saat memikirkan mamalia laut dan kerabatnya.

Menurut Morgan Churchill, seorang pakar paleontologi dari Universitas Wisconsin-Oshkosh, mamalia laut pertama mungkin memiliki kemiripan yang sangat besar dengan musang dan beruang prasejarah.

Pionir-pionir dari mamalia laut ini harus dikenali berdasarkan karakteristik anatomi yang halus dan mungkin belum memiliki spesialisasi akuatik yang kita kenal saat ini.    

Evolusi Anjing Laut dan Singa Laut

Para ahli paleontologi menemukan minimal satu contoh mamalia yang membantu dalam memahami leluhur anjing laut, yaitu Puijila darwini.

Ditemukan pada tahun 2007 di antara sisa-sisa danau kuno di Pulau Devon di Nunavut, fragmen tulang mamalia ini mengungkapkan bahwa hewan tersebut menggunakan anggota tubuhnya, bukan ekornya, untuk bergerak di dalam air dengan memiliki selaput kaki.

Puijila menggerakkan dirinya melalui air dengan mendorong menggunakan lengan dan kaki yang telah teradaptasi, tidak seperti paus dan berang-berang yang menggunakan gerakan ekor.

Penemuan ini memberikan wawasan tentang perilaku awal anjing laut.

Baru-baru ini, para pakar telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa anjing laut, singa laut, dan walrus saat ini memiliki dua leluhur garis yang berbeda.

Kemungkinan besar, leluhur awal anjing laut adalah hewan darat yang membutuhkan waktu jutaan tahun untuk beradaptasi dengan kehidupan di air.

Puijila mungkin merupakan representasi bentuk awal yang terperangkap, bukan langsung leluhur yang terperangkap.

Meskipun anjing laut dan singa laut saat ini bukan keturunan langsung, mereka mewakili leluhur bersama yang terperangkap pada masa lampau.

Para ahli paleontologi mengetahui hal ini dari penemuan sisa-sisa Enaliarctos yang seumur dengan Puijila, sekitar 24 juta tahun yang lalu.

Anatomi anjing laut menunjukkan bahwa 21 juta tahun setelah paus mulai hidup di laut, anjing laut juga mulai menyesuaikan diri.

Selama jutaan tahun berikutnya, berbagai spesies anjing laut berkembang, beberapa di antaranya sangat berbeda dari yang masih hidup saat ini.

Anjing laut yang berasal dari wilayah Arktik pada zaman prasejarah telah menyebar ke perairan dunia selama jutaan tahun dan kini meliputi setidaknya 34 spesies dari kutub utara hingga kutub selatan.

Walaupun sebagian besar dari mereka menghabiskan berbulan-bulan di lautan mencari makanan, setiap jenis masih terikat pada daratan untuk berkembang biak dan membesarkan keturunannya.

Kemungkinan besar, evolusi anjing laut erat terkait dengan ketergantungan mereka pada garis pantai.

Saat berevolusi, anjing laut menemukan sumber makanan yang lebih melimpah di perairan.

Selain itu, kemampuan mereka untuk berlindung di darat menjadi cara yang efektif untuk menghindari pemangsa laut.

Anjing laut menghadapi tantangan dari predator seperti paus bergigi, mamalia pemakan daging, dan hiu besar, yang dianggap sebagai mangsanya.

Namun, dengan kelimpahan sumber makanan di perairan lepas pantai dan kemampuan untuk berlindung di darat, anjing laut mencapai puncak evolusinya.

Churchill mencatat bahwa "keberagaman anjing laut erat terkait dengan daerah-daerah yang memiliki produktivitas tinggi dan arus naik".

Perubahan evolusi yang signifikan sering kali digambarkan sebagai periode di mana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan baru mereka.

Anjing laut telah mengembangkan serangkaian adaptasi untuk bertahan hidup di dalam air. Mereka menyesuaikan diri dengan gaya hidup mereka, berenang di laut dan berjemur di pantai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya