Melestarikan Tradisi Paraji Baduy, Komitmen UI dalam Pemberdayaan Komunitas Adat

Universitas Indonesia (UI) kembali membuktikan dedikasinya dalam melestarikan budaya serta memberdayakan masyarakat

oleh Sulung Lahitani diperbarui 01 Jan 2025, 13:07 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2025, 13:07 WIB
Melestarikan Tradisi Paraji Baduy, Komitmen UI dalam Pemberdayaan Komunitas Adat
Melestarikan Tradisi Paraji Baduy, Komitmen UI dalam Pemberdayaan Komunitas Adat (doc: FIB UI)

Liputan6.com, Jakarta Universitas Indonesia (UI) kembali membuktikan dedikasinya dalam melestarikan budaya serta memberdayakan masyarakat melalui program pengabdian masyarakat bertajuk "Revitalisasi Paraji Masyarakat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak."

Program ini dipimpin oleh Dr. Turita Indah Setyani, M.Hum., dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB UI), dan didukung oleh tim ahli lainnya, yaitu Dr. phil. Lily Tjahjandari, Dr. Syahrial, Sumarno, Pratidina Sekar Pembayun, dan Agus Haryanto. Pelaksanaannya terbagi dalam dua tahap, pada 3 Agustus 2024 dan 8 November 2024, di Ciboleger, Kabupaten Lebak.

Pada tahap pertama, diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion, FGD) digelar bersama para paraji Baduy Dalam dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Ayah Ardi. Kegiatan ini menjadi forum eksplorasi peran paraji dalam menjaga kesehatan ibu dan anak, terutama di tengah komunitas yang secara tradisional menolak teknologi modern.

Para paraji berbagi kisah tentang praktik yang diwariskan secara turun-temurun. Ayah Ardi menekankan pentingnya dukungan untuk memastikan keberlanjutan peran paraji, yang dianggap sebagai penjaga tradisi sekaligus penopang kesehatan masyarakat Baduy.

 

 

Sosialisasi: Menjembatani Tradisi dan Pengetahuan Modern

Selanjutnya, tim UI menggelar sesi sosialisasi bersama masyarakat Baduy Luar, yang dihadiri oleh relawan kesehatan dari berbagai kampung. Sesi ini mengedepankan sharing knowledge tentang peran paraji dan pendekatan tradisional dalam menangani isu kesehatan. Interaksi ini memperlihatkan tingginya minat masyarakat untuk memahami peran paraji di era yang semakin modern, tanpa mengabaikan kearifan lokal.

Tahap kedua pada 8 November 2024 menghadirkan dialog lebih mendalam bersama para tokoh, seperti Ayah Ardi, Kang Samin, Ambu Sangsang (paraji Baduy Dalam), dan Kang Sarpin. Diskusi ini menggali tantangan yang dihadapi paraji, seperti keterbatasan dukungan eksternal serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya regenerasi peran mereka.

 

 

Apresiasi dan Harapan dari Masyarakat Baduy

Program ini disambut dengan antusias oleh masyarakat. Mereka menyampaikan apresiasi kepada UI atas pendekatan yang menghormati nilai-nilai budaya lokal. Ayah Ardi berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut untuk memperkuat peran paraji dalam menjaga keseimbangan tradisi dan kebutuhan kesehatan komunitas.

Melalui inisiatif ini, UI menunjukkan komitmennya dalam menjembatani pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Dr. Turita Indah Setyani, revitalisasi paraji tidak hanya penting bagi komunitas lokal, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam melestarikan identitas budaya bangsa.“Kami ingin tradisi ini terus hidup dan menjadi warisan yang tidak lekang oleh zaman,” ungkapnya.

Dengan keberhasilan program ini, UI berharap dapat menginspirasi lembaga lain untuk menciptakan program serupa yang mengedepankan penghormatan terhadap kearifan lokal sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya