Sukinah, Ibu dan Guruku yang Paling Hebat

Rasa susah dan letih tak pernah terucap dari mulut seorang wanita bernama Ibu Sukinah yang sudah menginjak usia 51 tahun.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Nov 2013, 17:25 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2013, 17:25 WIB
131130cibu.jpg
Citizen6, Surabaya: Rasa susah dan letih tak pernah terucap dari mulut seorang wanita bernama Ibu Sukinah yang sudah menginjak usia 51 tahun. Meskipun sejak pukul 06.00 pagi dia sudah membawa sepeda motor merahnya untuk menempuh jarak sekitar 21 km menuju sekolahnya.

Hampir 13 tahun sudah, dirinya diangkat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah daerah yang terletak di daerah pegunungan. Sebelumnya, selama lebih dari 5 tahun, Ibu Sukinah hanya bertugas sebagai guru sukwan (Sukarelawan) atau guru tidak tetap (GTT). Berkat perjuangan kerasnya akhirnya beliau diangkat menjadi guru kelas di sebuah SD yang letaknya sedikit terpencil.

Walaupun begitu beliau tidak pernah mengeluh. Ia tetap menekuni 2 profesinya sekaligus, yaitu seorang guru dan seorang ibu rumah tangga. Banyak orang yang menganggap menjadi seorang guru itu pekerjaan yang mudah, tapi seperti yang saya lihat pada kenyataannnya, hal itu merupakan hal yang berat. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya dan harus memikirkan bagaimana cara untuk membuat pembelajaran di dalam kelas menjadi seinovatif mungkin sehingga si anak didik akan betah dalam pembelajaran di kelas.

Selain itu, guru juga bertanggung jawab dalam pembentukan karakter atau sikap para anak didiknya. Belum lagi ketika ia sampai rumah, pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, tetap dilakukannya. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Ibu Sukinah yang telah bercerai dari suaminya, harus memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri.

Walaupun dirinya hanya seorang single parent, ia tetap berusaha agar anaknya nanti bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Meskipun ini berat , tapi tidak membuat beliau menjadi susah. Dia tetap senang dan bangga menjadi guru karena guru juga merupakan cita-citanya dari kecil.

Satu hal yang selalu saya ingat dari ucapan wanita lembut ini, yaitu pahala menjadi guru itu akan sangat besar. Walaupun gurunya sudah tiada, tapi pahalanya akan tetap mengalir karena ilmu yang diberikan pada anak didiknya masih tetap digunakan. Inilah salah satu alasan yang membuat saya sekarang masuk jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Saya berharap bisa meneruskan cita cita dan harapan Ibu saya untuk membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Terima kasih ibu. Terimakasih guruku. (Erry Dwi Anita/mar)

Erry Dwi Anita adalah pewarta warga yang bisa dihubungi lewat akun Twitter: @ErrydwiA dan Facebook: Erry dwi anita

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya