Liputan6.com, Jakarta - Sholat Tarawih merupakan sholat malam yang hanya dilakukan di bulan Ramadhan. Sholat sunnah ini dilaksanakan setelah sholat Isya. Jika belum menunaikan sholat Isya, maka sholat Tarawih yang dikerjakan tidak sah.
Pendakwah Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan agar muslim melaksanakan sholat Tarawih dengan dua syarat, yakni iman dan ihtisab. Dua hal ini juga menjadi syarat jika ingin mendapatkan pengampunan dosa dari sholat Tarawih.
Advertisement
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Advertisement
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Imam Nawawi menuturkan bahwa yang dimaksud qiyam Ramadhan dalam hadis ini adalah sholat Tarawih. (Syarh Muslim, 3/101)
Baca Juga
Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan, yang dimaksud mengerjakan sholat Tarawih dengan iman adalah bukan karena diajak teman, bukan juga karena ada penceramahnya yang bagus, atau hal-hal lain yang indikasinya dunia.
“Betul-betul iman dan yakin Allah dan rasul-Nya perintahkan. Dan ihtisab, mengharapkan pahalanya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” kata Ustadz Khalid dikutip dari YouTube Lentera Islam, Ahad (9/3/2025).
Dalam pelaksanaannya, umat Islam di Indonesia biasa mengerjakan sholat Tarawih dan Witir sebanyak 11 rakaat dan 23 rakaat. Pertanyaannya, mengapa bilangan rakaat sholat Tarawih berbeda? Mana yang sesuai tuntunan Rasulullah SAW?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dalil Sholat Tarawih dengan 11 dan 23 Rakaat
Ustadz Khalid menegaskan bahwa sholat Tarawih boleh dilakukan 11 maupun 23 rakaat. Ia berpesan agar perbedaan jumlah rakaat ini tidak dipermasalahkan oleh umat Islam. Sebab, dua-duanya memiliki landasan yang kuat.
“Kalau tentang 11 rakaat adalah hadis Bukhari di mana Aisyah berkata, ‘Rasulullah SAW tidak pernah menambah Ramadhan (qiyam Ramadhan) lebih dari 11 rakaat’. Pendapat pertama mengatakan, kalau sudah Tarawih berarti tidak lagi Tahajud,” jelas Ustadz Khalid.
Ustadz Khalid menambahkan, pendapat kedua menyatakan sholat Tarawih boleh lebih dari 11 rakaat. Dasarnya adalah hadis sahih Bukhari, ‘Sholat malam itu dua rakaat, dua rakaat tanpa ada batasnya’.
“Umar bin Khattab memahami benar hadis ini sampai akhirnya beliau mengerjakan sampai 23 rakaat. Tadinya sahabat ada yang berserakan di masjid (melaksanakan sholat Tarawih), mereka kerjakan sendiri-sendiri, Umar bin Khattab lakukan secara berjamaah,” ujar Ustadz Khalid.
Ustadz Khalid menyampaikan bahwa tidak ada satupun sahabat yang memungkiri perilaku Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. “Jadi memang di sini ijma’, yang sangat kuat (sholat Tarawih 23 rakaat),” tambah Ustadz Khalid.
Ustadz Khalid menyimpulkan bahwa sholat Tarawih -beserta Witir- dapat dikerjakan sebanyak 11 maupun 23 rakaat. Dua-duanya sesuai tuntunan Rasulullah SAW dan ada hadis yang menguatkan.
“Sampai sekarang fatwa ulama di Saudi, Makkah, Madinah yang merupakan tempat kiblat kita di sana, tempat nabi lahir dan tempat nabi meninggal, sholatnya (Tarawih) 23 rakaat dan tidak menyalahkan yang 11 rakaat. Gak ada masalah. Dua-duanya boleh dikerjakan,” jelasnya.
Advertisement
Saran Ustadz Khalid Basalamah
Ustadz Khalid menyarankan, bagi muslim yang suka sholat Tarawih 11 rakaat maka sebaiknya cari imam yang melaksanakan sholat Tarawih dengan bilangan rakaat yang sama. Pun dengan muslim yang biasa sholat Tarawih 23 rakaat.
“Karena ada hadis Nabi SAW, siapa yang sholat bersama imamnya sampai imamnya selesai, maka dicatatkan baginya ibadah semalam suntuk. Maksudnya, selesai ini sampai Witir. Imamnya sampai Witir, baru dia berhenti. Masalah imam baca Al-Qur’an, dan lain-lain setelah itu gak masalah, tapi yang penting sudah nggak sholat lagi,” tutur Ustadz Khalid
“Kalau antum masuk masjid yang 11, maka sholat 11 (rakaat), itu enak dapat hadis ini. Walaupun boleh kita masuk masjid (yang) 23 (rakaat) tapi sholat 11 (rakaat), bebas saja. Dua rakaat pun boleh. Cuma kita bicara afdholnya,” tandas Ustadz Khalid.
Wallahu a’lam.
