Polisi Inggris Kembalikan Rp 77,4 Miliar kepada Korban Penipuan Kripto

Lebih dari empat juta Pound telah dikembalikan ke 23 korban yang diverifikasi karena terkena penipuan kripto.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 03 Mar 2022, 06:17 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Polisi Greater Manchester (GMP) Inggris mengumumkan sekitar USD 5,4 juta atau setara Rp 77,4 miliar dana yang disita dari penipuan cryptocurrency internasional pada Juli tahun lalu telah dikembalikan ke pemilik yang sah. 

Lebih dari empat juta Pound telah dikembalikan ke 23 korban yang diverifikasi dan 127 klaim lain yang dilaporkan saat ini sedang diselidiki oleh petugas bersama mitra dalam penegakan hukum internasional di seluruh dunia.

"Tujuh juta pound lagi akan dikembalikan ke pemilik yang sah,” isi pengumuman tersebut, seperti dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (3/3/2022). 

"Sejumlah USD 22,25 juta disita oleh petugas spesialis dari Unit Kejahatan Ekonomi Polisi Greater Manchester pada Juli 2021, setelah intelijen mengarah pada penemuan stik USB yang berisi sejumlah besar Ethereum," jelas pengumuman tersebut.

Meskipun begitu, pengumuman tersebut tidak merinci pengembalian dana korban dalam bentuk kripto atau mata uang fiat. 

Investor kripto yang berbasis di Inggris, AS, Eropa, China, Australia, dan Hong Kong menyetor uang ke dalam apa yang mereka pikir sebagai layanan tabungan dan perdagangan online menggunakan Binance Smart Chain. Namun, scammers kemudian menutup situs tersebut dan mentransfer dana ke rekening mereka sendiri.

Kepala Detektif Inspektur Joe Harrop dari Unit Kejahatan Ekonomi dan Siber GMP berpendapat, layanan penyimpanan dan perdagangan cryptocurrency menjadi semakin populer, dengan proyek yang menawarkan insentif kepada orang-orang untuk menginvestasikan sejumlah besar uang. 

Insentif itu menawarkan token yang kemudian dapat dijual kembali oleh investor untuk mendapatkan keuntungan.

"Siapa pun yang terlibat dalam cryptocurrency dan layanan perdagangan ini didesak untuk sangat berhati-hati dan melakukan banyak penelitian karena masih ada risiko besar. Jika tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mungkin memang demikian," kata Harrop mengingatkan. 

"Kami percaya mungkin masih ada korban di luar sana dari seluruh dunia yang berhutang sebagian dari uang yang kami kumpulkan setengah tahun lalu," pungkasnya. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasar Kripto Mulai Pulih, Hati-Hati Bull Trap

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya, mengawali minggu pertama Maret 2022, pasar kripto terlihat alami penguatan yang serentak. Investor disambut dengan pasar kripto yang kembali menghijau. 

Meski begitu, keadaan pasar yang mulai pulih tidak menjamin apakah tren bull run di pasar kripto akan terus berlanjut. Langit cerah saat ini masih membayangi market kripto, padahal akhir Februari lalu, market sempat tertekan dan jatuh, pasca memanasnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina. 

Akibatnya, banyak investor yang segan masuk lebih dalam ke aset yang volatil, seperti kripto. Kini situasi tersebut mungkin telah berbalik arah. Pantauan 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sukses bertengger di zona hijau dalam 24 jam terakhir. Bahkan, lajunya pun terbilang agresif. 

Namun, yang menjadi pertanyaan dalam benak para investor kripto yaitu apakah ini sudah masuk dalam fase bull run atau malah bisa jadi bull trap? 

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, saat ini investor kini nampaknya mulai menyadari bahwa memanasnya ketegangan Rusia-Ukraina membuka jalan terhadap adopsi aset kripto yang lebih luas lagi. Bahkan, beberapa pelaku pasar yakin Rusia akan mempercepat pengesahan aturan regulasi aset kripto.

"Namun, kembali lagi investor harus waspada akan potensi bull trap. Ketegangan geopolitik kedua negara hingga kini belum menurun. Kemudian, masih ada sentimen lainnya dari isu kebijakan moneter The Fed soal suku bunga yang masih intens. Sebaiknya, investor tetap tenang dan tidak panik atau wait & see," kata Afid dalam keterangan tertulis, Rabu, 2 Maret 2022.

Istilah bull trap mengemuka ketika situasi market bergerak secara keseluruhan. Bull trap adalah sinyal palsu, mengacu pada tren penurunan di saham, indeks, atau sekuritas lain yang berbalik setelah reli yang meyakinkan dan menembus level dukungan sebelumnya.

Dalam hal ini, investor juga masih perlu berhati-hati karena kondisi market yang terus menghijau tidak menjamin tren kenaikan akan terus berlanjut, justru malah bisa berbalik menjadi jebakan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya