Belajar dari Sang Buah Hati, Programmer Ini Ungkap 3 Mitos Autisme

Setelah berurusan dengan putranya sebagai autisme, Matthew belajar banyak tentang hal itu dan berjuang untuk membebaskannya dari kondisi tersebut.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 14 Nov 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi autisme
Ilustrasi autisme. Photo by Mikhail Nilov from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Matthew Gallagher adalah seorang programmer yang sukses, mantan aktor dan sekarang pemilik klub arloji, Watch Gang dan seorang dermawan. Ia menggunakan pengaruhnya untuk memberantas dilema sosial seperti penyalahgunaan narkoba dan tunawisma, ia sangat vokal terutama tentang autisme.

Setelah berurusan dengan putranya sebagai autisme, Matthew belajar banyak tentang hal itu dan berjuang untuk membebaskannya dari kondisi tersebut.

Kini, putranya dibebaskan dari semua tanda dan gejala autisme, tetapi Matthew bertekad terus melanjutkan kampanye kesadaran tentang autisme.

Ia ingin menciptakan lebih banyak kesadaran tentang hal itu untuk membantu para orang tua muda menghadapi tantangan dan memberi mereka harapan bahwa jenis intervensi yang tepat pada waktu yang tepat dapat menjadi sangat penting. Ia juga menunjukkan kelemahan sistem yang membutuhkan waktu lama untuk mendiagnosis anak dengan benar, membuang begitu banyak waktu perkembangannya yang bisa digunakan dalam terapi dan membantu mengatasi gejalanya.

Dilansir dari Outlookindia, mungkin bisa dikatakan bahwa Matthew mematahkan tiga mitos umum tentang autisme yang cukup mengganggu hidup bermasyarakat dan mendapatkan perawatan autisme dengan benar.

 

1. Menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia

Mitos paling umum yang menyebutkan anak-anak dengan autisme tumbuh dari kondisi dan menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia. Ini salah, karena mereka tidak menjadi lebih baik. Mereka hanya akan menjadi dewasa dengan autisme. Tanpa intervensi, anak Anda tidak akan berkembang, jelasnya.

2. Obat-obatan dapat menyembuhkan autisme

Sayangnya, tidak ada obat untuk autisme karena merupakan gangguan seumur hidup. Namun, individu dengan gangguan ini dapat hidup bebas dari tanda-tandanya jika diberikan terapi dan intervensi. Mereka bisa mandiri dan menjalani hidup produktif tapi bukan karena obat. Menurut Matthew, intervensi dini adalah kuncinya.

3. Anak autisme tidak merasakan emosi

Matthew percaya bahwa anak-anak dengan autisme tidak sakit. Mereka tidak berbeda dari anak-anak lain dalam hal membentuk hubungan dan merasakan emosi. Tantangannya adalah mengekspresikan emosi atau perasaan belas kasih tersebut untuk menciptakan ikatan cinta. Itu juga dapat berhasil ditangani melalui intervensi berbasis hubungan.

Matthew Gallagher mengutip intervensi dan terapi sebagai satu-satunya cara untuk membantu anak-anak autisme menyingkirkan tanda dan gejala yang bertahan lama. Ia mendesak orang tua untuk mengambil tindakan segera dan tidak membuang waktu untuk diagnosis yang panjang. Intervensi bisa sangat bermanfaat jika dilakukan pada fase awal proses perkembangan anak.

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi
Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya