Anak Menjadi Disabilitas Setelah Kecelakaan, Haruskah Pindah ke SLB?

Anak yang menyandang disabilitas umumnya disekolahkan ke Sekolah Luar Biasa. Namun, apakah anak yang menyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan juga perlu dimasukkan ke sekolah khusus?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Jan 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi anak disabilitas fisik Foto oleh cottonbro dari Pexels
Ilustrasi anak disabilitas fisik Foto oleh cottonbro dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Anak yang menyandang disabilitas umumnya disekolahkan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun, apakah anak yang menyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan juga perlu dimasukkan ke sekolah khusus?

Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., saat anak mendadak mengalami disabilitas fisik, sebaiknya orangtua tidak memasukkannya ke sekolah khusus difabel.

“Alasannya, kasihan kalau dia tiba-tiba masuk sekolah difabel. Kemampuan kognitif atau daya pikirnya kan baik, tidak ada masalah dalam kognitifnya. Jadi, bisa saja dia belajar di sekolah umum atau sekolah inklusi,” kata Ikhsan mengutip Klikdokter, Senin (17/1/2022).

Saat ini, jumlah sekolah inklusi di Indonesia diketahui terus bertambah setiap tahun. Sekolah inklusi adalah layanan pendidikan yang juga menyertakan semua kelompok, termasuk di dalamnya anak difabel atau berkebutuhan khusus (ABK) dalam proses pembelajaran.

Artinya, anak difabel akan ditempatkan di kelas reguler bersama teman sebaya mereka tanpa ada perbedaan.

Simak Video Berikut Ini

Perbedaan Materi Pembelajaran

Mengingat kondisi kecerdasan anak dengan disabilitas fisik sama dengan anak pada umumnya, maka anak tersebut akan lebih baik jika mendapatkan pembelajaran sesuai materi umum.

“Dikhawatirkan juga kalau masuk SLB, materi yang diberikan itu tidak setara dengan kemampuan anak,” kata Ikhsan.

Umumnya, materi yang diberikan di SLB memang berbeda atau lebih mudah daripada di sekolah umum. Dengan demikian, untuk menjaga perkembangan kognitif anak, sebaiknya memang tetap berada di sekolah umum atau inklusi.

“Tentu, untuk kembali ke sekolah dengan kondisi ‘baru’ bukanlah hal yang mudah bagi sebagian anak. Di sinilah peran orangtua dibutuhkan dalam membangun mental anak setelah kecelakaan.”

Memengaruhi Percaya Diri Anak

Ikhsan menambahkan, disabilitas yang baru disandang anak bisa memengaruhi harga diri dan kepercayaan dirinya.

“Anak jadi enggak percaya diri pas di sekolah atau jadi takut,” kata Ikhsan.

Saat ini terjadi, Ikhsan menyarankan orangtua melakukan beberapa hal supaya kepercayaan diri anak dapat kembali terbangun. Hal-hal tersebut di antaranya:

-Orangtua perlu meyakinkan anak bahwa yang terjadi kepadanya bukanlah akhir dari segalanya. Anak bisa tetap berprestasi dengan kondisi saat ini.

-Orangtua perlu menjadi tempat untuk anak bercerita dan mengungkapkan perasaannya. Sebab, anak bisa saja akan menghadapi tantangan baru di lingkungannya, seperti perundungan, diskriminasi, dan lain sebagainya.

-Dengan kehadiran dan dampingan orangtua, anak tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah.

-Ceritakan kepada anak mengenai orang-orang yang memiliki disabilitas fisik, tapi tetap bisa berprestasi. Saat ini, sudah banyak orang dengan disabilitas yang menorehkan prestasi gemilang di berbagai bidang. Cara ini dapat memberikan inspirasi sekaligus suntikan semangat bagi anak untuk bangkit dan maju.

“Tetap belajar di sekolah umum lebih disarankan daripada sekolah difabel bagi anak yang mengalami kelumpuhan pasca kecelakaan. Selain itu, bantuan Anda sangat penting untuk si kecil melewati masa transisi tersebut,” tutup Ikhsan.

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya