Liputan6.com, Jakarta - Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) memengaruhi laki-laki dan perempuan secara setara. Gangguan yang dapat tergolong disabilitas mental ini bisa berkembang kapan saja dari prasekolah hingga akhir kehidupan.
Namun, paling sering dimulai antara usia 9 hingga 11 tahun dan antara usia 20 hingga 23 tahun.
Sekitar 50 persen kasus dimulai pada masa remaja, sementara kurang dari 10 persen kasus dimulai setelah usia 40.
Advertisement
Usia onset mungkin berperan dalam tingkat keparahan OCD. Awal masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan hasil yang lebih baik dan tingkat remisi spontan yang lebih tinggi. Onset pada masa remaja atau di kemudian hari dapat menyebabkan gejala dan perjalanan kondisi yang lebih persisten.
OCD sendiri adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran yang terus-menerus, berulang, mengganggu, dan sering membuat kesal (obsesi), bersamaan dengan perilaku berulang (kompulsi). Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh obsesi.
OCD memiliki prevalensi seumur hidup sekitar 2,3 persen di antara orang dewasa di Amerika Serikat.
Setengah dari orang dewasa yang menyandang gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mengalami gejala parah atau OCD ekstrem.
“Hingga setengah dari orang dewasa dengan OCD mengalami gangguan serius, yang dikenal sebagai OCD parah (severe),” mengutip Very Well Health, Selasa (20/12/2022).
Penyebab OCD tidak diketahui secara pasti, tetapi sejumlah faktor yang kemungkinan berperan telah diidentifikasi.
Gejala OCD
Gejala OCD termasuk obsesi, kompulsi, atau keduanya.
Obsesi adalah pikiran atau ketakutan yang tidak terkendali yang menyebabkan stres. Paksaan atau kompulsi adalah ritual atau tindakan yang sering dilakukan seseorang. Kompulsi mungkin menawarkan sedikit kelegaan, tetapi hanya untuk sementara waktu.
Melansir Webmd, obsesi sering memiliki tema, seperti:
Tema: Takut kuman atau kotoran
Gejala: Takut menyentuh benda yang disentuh orang lain, seperti gagang pintu. Atau tidak ingin berpelukan atau berjabat tangan dengan orang lain.
Tema: Kebutuhan ekstrem akan keteraturan
Gejala: Merasa stres saat benda tidak tertata rapi atau tidak pada tempatnya. Sangat sulit untuk meninggalkan rumah sebelum benar-benar yakin telah mengatur berbagai hal dengan cara tertentu.
Advertisement
Gejala dan Tema Lainnya
Tema: Takut menyakiti diri sendiri atau orang lain
Gejala: Saat memikirkan sesuatu, tiba-tiba ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Tema: Takut berbuat salah dengan kadar yang berlebihan
Gejala: Membutuhkan dorongan terus-menerus atau kepastian dari orang lain bahwa apa yang sedang dilakukan adalah hal yang benar atau baik.
Tema: Takut merasa malu
Gejala: Takut melakukan hal-hal di depan umum yang bisa menimbulkan rasa malu.
Tema: Takut akan pikiran jahat atau bermusuhan, termasuk gagasan menyesatkan tentang seks atau agama.
Gejala: Membayangkan skenario seksual atau tindakan tidak sopan yang mengganggu.
Tema dan Gejala Kompulsi
Seperti obsesi, kompulsi pun punya tema dan gejala umum seperti:
Tema: Mencuci atau membersihkan
Gejala: Mencuci tangan atau mandi secara berulang-ulang.
Tema: Memeriksa
Gejala: Memeriksa suatu hal secara berulang-ulang untuk memastikan semuanya aman. Misalnya, memeriksa kompor dan pintu secara berulang.
Tema: Menghitung
Gejala: Mengucapkan angka dengan pola tertentu dengan lantang atau mengucapkannya kepada diri sendiri.
Tema: Pesan
Gejala: Merasa perlu makan makanan tertentu dalam urutan tertentu. Atau mengatur semua pakaian dan perlengkapan dapur dengan cara tertentu.
Tema: Rutin
Gejala: Mengatakan atau melakukan sesuatu beberapa kali dengan cara tertentu sebelum dapat meninggalkan rumah.
Tema: Mengumpulkan atau menimbun
Gejala: Rumah penuh dengan barang-barang yang tidak dibutuhkan dan tidak dapat berhenti untuk membeli lebih banyak.
Advertisement