Liputan6.com, Jakarta Beberapa penelitian mengungkap, air dapat memberikan efek menenangkan bagi anak penyandang disabilitas autisme.
Hal ini juga diakui oleh salah satu pendiri Asosiasi Autisme Nasional Amerika Serikat (AS), Lori McIlwain.
“Secara teori, air dapat memberikan nilai terapeutik untuk anak-anak dengan autisme,” tutur penulis buku Cutting-Edge Therapies for Autism itu kepada Disability Scoop.
Advertisement
Namun, di saat yang sama, air juga bisa berbahaya untuk anak autisme. Sebab, kesukaan anak autisme dengan air, beriringan dengan karakteristik mereka yang memiliki kemampuan sensorik yang rendah.
Dengan kemampuan sensorik anak autisme yang rendah, sesuatu yang diterima panca indra mereka sulit atau terhambat untuk diproses ke dalam otak.
Dengan begitu, air bisa berbahaya bagi anak autisme. Sebab, mereka bisa tidak sadar ketika sedang berada di kondisi di mana air mengancam mereka. Misalnya, di lautan atau kolam renang yang dalam.
Hal ini dialami oleh Mohamed Fofana, seorang anak laki-laki dengan autisme yang berusia 4 tahun.
Bocah tersebut ditemukan tewas tenggelam di garis pantai Spectacle Island, Massachusetts, AS, pada hari Senin, 15 Mei 2023 lalu.
Tak hanya Fofana, dilaporkan telah terjadi beberapa kasus serupa dari anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. Tepatnya, tak sedikit kasus anak tenggelam atau meninggal di dekat lautan setelah berkeliaran.
Kurangnya Rasa Takut pada Anak Autisme
Menurut Wakil Presiden National Center for Missing and Exploited Children’s Missing Children Division AS, John E. Bischoff III, ada perbedaan yang jelas antara anak autisme dengan tidak, terutama kaitannya dengan rasa takut.
“Anak-anak ini memang memiliki rasa takut yang berkurang,” katanya.
Karena karakteristik itu, hampir 85 persen kejadian kecelakaan pada anak autisme dengan berkaitan dengan insiden tenggelam, berdasarkan analisis selama satu dekade dari National Center for Missing and Exploited Children.
Peningkatan Laporan Anak Autisme Menghilang
“Sejak awal 2000-an, organisasi melihat peningkatan laporan anak-anak autis yang hilang,” kata Bischoff.
Bekerja sama dengan kelompok advokasi autisme, organisasi kemudian mengembangkan protokol untuk menemukan anak-anak ini.
Salah satu protokol di antaranya memperingatkan pelapor anak autisme yang hilang untuk mencari di lokasi dekat badan air terlebih dahulu.
Advertisement
Kasus Anak Autisme Meninggal Tenggelam Lainnya
Bulan lalu, Maddelynn Wallace, seorang gadis autisme asal Maryland berusia 10 tahun, dilaporkan hilang setelah dia keluar dari rumah.
Sehari kemudian, pihak berwenang menemukan tubuhnya di sebuah tambang dekat rumahnya.
McIlwain mengatakan, hal ini terjadi karena volume sensorik dunia mereka yang berbeda dengan orang pada umumnya.
“Sangat menyedihkan bagi banyak anak-anak kami, mereka melakukan yang terbaik sepanjang waktu,” kata McIlwain.
“Volume sensorik dunia mereka berbeda, dan mereka mengatasinya sebaik mungkin,” lanjutnya.
Lebih lanjut, McIlwain mengungkap, biasanya pemicu utama anak autisme berkeliaran adalah kebisingan atau situasi yang membuat stres.
Terutama selama bulan-bulan musim panas, ketika lebih banyak bertamasya, lebih mudah bagi mereka untuk terstimulasi dan "menyelinap" menuju air.
Penyandang Autisme Sadar Bahaya, tapi Susah Mengontrol Diri
Berdasarkan pernyataan McIlwain, ia pernah berdiskusi dengan penyandang autisme dewasa yang sering berkeliaran di dekat badan air saat kecil. Mereka mengungkap, mereka mengaku sadar akan tindakannya. Namun, mereka selalu merasa hampir tidak bisa mengontrol diri.
"Jadi ada impulsivitas di sini," kata McIlwain. “Bahkan, untuk individu tertentu, mereka sama sekali tidak memiliki kesadaran keselamatan itu. Jadi sungguh, itu tergantung pada individu,” lanjutnya.
Karena ini, Bischoff mengungkap, orangtua dari anak-anak autisme memiliki ketakutan ketika anak mereka yang pergi menjauh.
“Ini adalah kekhawatiran sulit yang dilalui beberapa orangtua ini setiap hari,” katanya.
Oleh sebab itu, Bischoff menyarankan para orangtua untuk mendaftarkan anak-anak mereka kursus berenang agar mereka tidak tenggelam.
“Orang-orang perlu benar-benar mendidik diri mereka sendiri tentang topik ini, terutama jika mereka memiliki anak autisme, untuk memahami kemungkinan yang bisa terjadi dan akibat buruk yang bisa terjadi,” pungkasnya.
Advertisement