Liputan6.com, Jakarta Ilmu pengetahuan alam atau IPA penting untuk diajarkan kepada semua siswa termasuk yang menyandang disabilitas netra.
Hal ini melatarbelakangi Yayasan Mitra Netra dalam menggelar Science Class bagi 30 siswa tunanetra, tingkat SD, SMP dan SMA di Kuntum Farmfield Ciawi, Bogor.
“Tujuan diadakannya science outing class untuk siswa tunanetra ini adalah untuk memberikan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya kita semua belajar dan memahami ilmu pengetahuan alam,” kata Kabag Humas Yayasan Mitra Netra Aria Indrawati kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Jumat (10/11/2023).
Advertisement
Dia menambahkan, ilmu ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, selama ini siswa tunanetra kurang mendapatkan porsi ilmu pengetahuan alam dengan maksimal.
Tunanetra yang bersekolah di sekolah khusus atau SLB, tidak mendapatkan pelajaran IPA dengan maksimal karena porsi akademik yang diberikan jauh di bawa tingkat akademik sekolah reguler. Sedangkan, tunanetra yang bersekolah di sekolah reguler, seringkali kurang memahami IPA dengan baik.
Pasalnya, guru-guru ilmu pengetahuan alam kurang memahami bagaimana mengadaptasi pembelajaran sains untuk siswa tunanetra yang tidak dapat melihat atau kurang dapat melihat dengan baik.
Aria bercerita, sebagai pemanasan dan pengantar, perkenalan tentang sains sudah dimulai sejak siswa tunanetra berada di bus. Yakni saat perjalanan dari kantor Mitra Netra di kawasan Lebak Bulus Jakarta Selatan menuju Kuntum Farmfield.
Kuis-kuis sederhana pun disampaikan, dan anak-anak tunanetra menjawab dengan antusias, sesuai dengan level pendidikan mereka.
Perkenalkan Flora dan Fauna dengan Indra Peraba
Setiba di lokasi, kira-kira pukul 09.45, setelah berfoto bersama, para fasilitator memperkenalkan ragam flora dan fauna yang ada di lokasi science outing class.
Para fasilitator mendeskripsikan secara naratif, kemudian anak-anak tunanetra meraba objek-objek yang memang dapat mereka orientasi dan mereka raba dengan aman.
Acara dilanjutkan dengan upacara singkat serta kampanye We Ring The Bell. Ini adalah kampanye untuk mendorong perhatian warga masyarakat akan pentingnya memenuhi hak pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas, termasuk anak-anak tunanetra.
We Ring The Bell dilakukan dengan memperdengarkan bunyi-bunyian seperti peluit, lonceng kecil, memukul benda-benda yang menimbulkan bebunyian, dan sebagainya.
Setelah itu, seluruh peserta yang mendukung We Ring The Bell membubuhkan tandatangan mereka pada selembar kain putih yang telah disediakan, sebagai bentuk komitmen mendukung pemenuhan hak pendidikan anak penyandang disabilitas.
Advertisement
Suarakan Pentingnya Pendidikan bagi Siswa Disabilitas
Kampanye ini dilakukan setiap tahun, guna menyuarakan agar seluruh anak tunanetra di Indonesia bersekolah. Dan bagi anak tunanetra yang tidak memiliki disabilitas intelektual, tempat belajar terbaik mereka adalah di sekolah reguler.
Dengan bersekolah di sekolah reguler, pengembangan aspek akademik anak-anak tunanetra akan lebih maksimal, sehingga mereka lebih siap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Usai We Ring The Bell, kegiatan dilanjutkan dengan praktikum kelompok sesuai jenjang pendidikan.
Untuk siswa SD, melakukan percobaan reaksi kimia dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa dipakai sehari-hari, yang diproses hingga berubah menjadi gas. Untuk mengenali reaksi kimia tersebut, tunanetra dapat menggunakan indra penciuman jika reaksi kimia menimbulkan bau atau aroma yang spesifik.
Bisa pula menggunakan indra pendengaran, jika saat proses reaksi kimia berlangsung ada suara atau bunyi yang ditimbulkan. Indra peraba digunakan jika terjadi perubahan bentuk tertentu.
Yang mereka lakukan kali ini adalah menguji reaksi kimia yaitu soda kue yang dimasukkan ke dalam botol plastik. Botol yang berisi soda kue dituangkan cuka kemudian diaduk sehingga memicu munculnya gas.
Anak-anak tunanetra pun diajak menaruh balon di mulut botol sehingga balon tersebut bisa mengembung karena gas yang dihasilkan.
Proses pengembungan balon inilah yang dapat diorientasi dengan indra perabaan mereka.
Pembelajaran IPA untuk Siswa SMP dan SMA
Sementara, siswa SMP melakukan percobaan membuat sabun padat dari ampas kopi. Ini mengasah kreativitas para siswa dalam memanfaatkan limbah ampas kopi untuk pembuatan sabun.
Tekstur sabun memang agak kasar, tapi dengan dicampur bersama bahan-bahan dasar pembuatan sabun, ampas kopi dapat dimanfaatkan untuk sabun mandi.
Sedangkan siswa SMA melakukan percobaan penerapan sifat koligatif pada proses pembuatan es krim. Dalam proses pembuatan es krim, ada serangkaian proses kimiawi yang berlangsung. Misalnya, ada proses penurunan suhu, proses tarik-menarik antar molekul sehingga bahan-bahan es krim yang dicampur dan dikocok akhirnya menjadi wujud yang berbeda dari sebelumnya.
“Dan, saat disantap, tentu saja yummy,” kata Aria.
Advertisement