Waspada, Glaukoma Si Penyebab Disabilitas Netra Kedua Terbanyak di Dunia Kerap Menyerang Tanpa Gejala

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, setidaknya ada 3,2 juta orang yang mengalami disabilitas netra akibat glaukoma.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jul 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 08:00 WIB
Waspada, Glaukoma Si Penyebab Disabilitas Netra Kedua Terbanyak di Dunia Kerap Menyerang Tanpa Gejala
Waspada, Glaukoma Si Penyebab Disabilitas Netra Kedua Terbanyak di Dunia Kerap Menyerang Tanpa Gejala . Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Glaukoma adalah penyakit mata penyebab disabilitas netra terbesar kedua setelah katarak.

Menurut dokter spesialis mata dari KMN EyeCare, Maria Magdalena Purba, glaukoma kerap menyerang penglihatan tanpa gejala di tahap awalnya.

“Sehingga dapat terabaikan dan menyebabkan kerusakan permanen pada mata,” kata Maria dalam keterangan pers dikutip Selasa, 23 Juli 2024.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2010, setidaknya ada 3,2 juta orang yang mengalami disabilitas netra akibat glaukoma.

Glaukoma merupakan kelompok penyakit mata yang merusak saraf optik dan dikenal sebagai penyebab utama kebutaan pada orang berusia di atas 60 tahun.

Adanya cairan ekstra di dalam bola mata menyebabkan tekanan pada bola mata semakin meningkat sehingga merusak saraf optik mata. Saraf optik bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal dari mata ke otak, dan jika rusak, dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

Mata menghasilkan cairan mata (humor aqueous) dan dikeluarkan melalui suatu area yang disebut sudut drainase sehingga menjaga tekanan di dalam bola mata tetap stabil. Peningkatan tekanan cairan dalam bola mata terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah produksi cairan mata dengan jumlah yang dibuang.

Apabila sudut drainase tidak berfungsi dengan baik akan membuat cairan mata menumpuk dan tekanan di dalam mata terus meningkat. Lama kelamaan, situasi seperti ini akan merusak saraf optik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasien Diabetes dan Hipertensi Miliki Risiko Tinggi Glaukoma

Maria menambahkan, saraf optik terbuat dari satu juta lebih serabut saraf kecil. Ibarat kabel listrik yang terdiri dari banyak kabel kecil, ketika serabut saraf ini mati maka akan muncul titik buta pada penglihatan dan menyebabkan penurunan lapang pandang.

Seseorang mungkin tidak menyadari titik buta ini sampai sebagian besar serabut saraf optik mati sehingga lebih lanjut dapat terjadi disabilitas netra.

Tekanan bola mata normal seharusnya tidak lebih dari 20 mmHg, tapi pada pengidap glaukoma, tekanan dapat berada di atas angka tersebut. Penyakit hipertensi dan diabetes melitus menjadi penyebab utama seseorang bisa terkena risiko glaukoma.


Dua Klasifikasi Glaukoma

Secara umum, glaukoma diklasifikasi menjadi dua yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

Glaukoma Sudut Terbuka

Berdasarkan data prevalensi, sebagian besar kasus glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka. Bisa dikatakan bahwa ini adalah jenis glaukoma yang paling umum terjadi.

“Glaukoma sudut terbuka terjadi secara bertahap, di mana cairan mata yang diproduksi tidak bisa dikeluarkan atau seperti saluran air yang tersumbat. Kondisi seperti ini membuat tekanan bola mata meningkat dan mulai merusak saraf optik,” jelas Maria.

Glaukoma sudut terbuka tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menyebabkan perubahan penglihatan pada tahap awal. Seringkali baru timbul keluhan penurunan penglihatan setelah kondisi tahap lanjut.  Inilah sebabnya mengapa glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan yang diam-diam.”

Pemeriksaan mata secara rutin penting dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda awal kerusakan saraf optik.


Glaukoma Sudut Tertutup

Sementara, glaukoma sudut tertutup terjadi ketika iris mata sangat dekat atau menempel dengan sudut drainase mata. Iris dapat menghalangi sudut drainase sehingga terjadi peningkatan tekanan bola mata secara tiba-tiba.

Ibaratnya seperti selembar kertas yang meluncur di atas saluran pembuangan, ketika sudut drainase tersumbat, tekanan bola mata meningkat dengan sangat cepat.

Orang yang berisiko terkena glaukoma sudut tertutup biasanya tidak menunjukkan gejala sebelum serangan. Beberapa gejala awal serangan mungkin termasuk penglihatan kabur, lingkaran cahaya atau bayangan seperti pelangi saat melihat lampu, sakit kepala ringan, atau sakit mata.

Glaukoma sudut tertutup dapat bersifat akut dan pengidapnya harus segera menghubungi dokter mata untuk segera dilakukan tindakan.

Berikut tanda-tanda serangan akut pada glaukoma sudut tertutup:

  • Penglihatan tiba-tiba kabur
  • Sakit pada mata dan area sekitar mata
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Melihat cincin atau lingkaran cahaya berwarna pelangi di sekitar lampu.

Pada beberapa kasus, glaukoma sudut tertutup berkembang secara perlahan dan tidak ada gejala pada tahap awal. Seringkali pasien tidak menyadarinya sampai kerusakannya parah atau terjadi serangan yang tiba-tiba.

Glaukoma sudut tertutup dapat menyebabkan disabilitas netra jika tidak segera ditangani.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya