5 Gejala Cerebral Palsy, Salah Satunya Gangguan Bicara dan Menelan

Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak yang terjadi pada fase sebelum, selama, atau setelah proses kelahiran.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Okt 2024, 13:21 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2024, 13:21 WIB
5 Gejala Cerebral Palsy, Salah Satunya Gangguan Bicara dan Menelan
5 Gejala Cerebral Palsy, Salah Satunya Gangguan Bicara dan Menelan. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu penyebab disabilitas fisik yang kerap dijumpai adalah cerebral palsy (CP). Menurut dokter spesialis saraf RS EMC Pulomas, Rineke Twistixa Arandita, cerebral palsy adalah kondisi yang memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh.

“Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak yang terjadi pada fase sebelum, selama, atau setelah proses kelahiran. Kerusakan ini mengganggu kontrol gerakan, postur, dan koordinasi tubuh, dengan tingkat keparahan yang bervariasi dari ringan hingga berat, memengaruhi kualitas hidup secara signifikan,” kata Rineke mengutip laman EMC, Jumat (18/10/2024).

Setidaknya ada lima gejala umum cerebral palsy yang penting dikenali. Memahami gejala ini membantu diagnosis dan penanganan yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas hidup penyandang. Kelima gejala itu adalah:

Keterlambatan Mencapai Tonggak Perkembangan

Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik seperti berguling, duduk, merangkak, atau berjalan dibandingkan dengan anak seusianya.

Gangguan Gerakan dan Koordinasi

Gejala ini dapat bervariasi, mulai dari otot yang kaku atau lemas, gerakan yang tidak terkontrol, kesulitan menjaga keseimbangan, hingga kesulitan melakukan gerakan yang tepat.

Perubahan Tonus Otot

Tonus otot adalah ketegangan alami pada otot. Anak dengan cerebral palsy mungkin mengalami otot yang terlalu kaku (spastik) atau terlalu lemas (hipotonia).

Gangguan Bicara dan Menelan

Gejala cerebral palsy berikutnya adalah kesulitan dalam mengontrol otot-otot yang digunakan untuk berbicara dan menelan yang mana biasanya menyebabkan masalah dalam berkomunikasi dan makan.

Refleks yang Abnormal

Bayi dengan cerebral palsy dapat menunjukkan refleks yang tidak sesuai dengan usia mereka, seperti refleks moro yang berlebihan atau refleks tonik leher yang menetap.

“Penting untuk diingat bahwa gejala cerebral palsy dapat bervariasi dari satu anak ke anak lainnya. Beberapa anak mungkin hanya mengalami gejala ringan, sementara yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih parah,” jelas Rineke.

“Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perkembangan anak Anda, sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter anak,” tambahnya.

Bagaimana Cerebral Palsy Bisa Terjadi?

Cerebral palsy biasanya muncul pada masa kanak-kanak akibat kerusakan otak yang disebabkan oleh berbagai faktor. Termasuk infeksi, kekurangan oksigen, komplikasi saat proses kelahiran, atau trauma kepala yang terjadi setelah bayi lahir, sehingga memengaruhi perkembangan gerakan dan koordinasi.

Penting untuk mengidentifikasi gejala cerebral palsy sejak awal agar intervensi yang sesuai dapat diberikan.

Gejala-gejala ini bisa berdampak besar pada kualitas hidup penyandangnya dan memerlukan penanganan yang khusus. Diagnosis awal dan perawatan yang tepat dapat membantu mengurangi dampak dari gejala-gejala tersebut.

Bagaimana Diagnosis dan Pengobatan Cerebral Palsy?

Diagnosis cerebral palsy melibatkan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dan evaluasi terhadap riwayat kesehatan pasien.

Dokter akan mengamati tanda dan gejala yang muncul, seperti kesulitan mengontrol gerakan, otot kaku atau lemah, serta gangguan koordinasi.

“Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi otak, mungkin diperlukan pemeriksaan pencitraan seperti MRI atau CT scan.”

Pengobatan cerebral palsy bertujuan meningkatkan kualitas hidup penyandangnya dan memaksimalkan kemampuan fungsionalnya. Terapi fisik, okupasi, dan bicara merupakan komponen penting dalam penanganan cerebral palsy.

Terapi-terapi ini membantu meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, dan kemampuan komunikasi. Selain itu, penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau walker juga dapat membantu penyandang dalam beraktivitas sehari-hari.

Dengan intervensi dini dan dukungan tepat, kualitas hidup penyandang bisa meningkat. Diagnosis yang tepat waktu adalah kunci utama menuju perjalanan pemulihan.

“Dengan perawatan yang berkelanjutan dan semangat yang tak pernah padam, penyandang dapat mencapai potensi maksimal mereka,” pungkasnya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya