Liputan6.com, Jakarta Penutupan Indonesia Fashion Week 2014 berlangsung secara bersahaja. Para peserta fashion show terakhir di hari terakhir Indonesia Fashion Week 2014 berkumpul di atas catwalk diikuti dengan masuknya Musa Widyatmojo selaku Penasihat Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia dan Poppy Dharsono selaku pendiri dari Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia.
Diundang pula untuk turut naik di atas catwalk, panitia acara yang sudah bekerja keras untuk mewujudkan terlaksanya Indonesia Fashion Week 2014. Diantara mereka adalah Taruna K. Kusmayadi yang adalah Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia dan Ali Charisma yang adalah Presiden Direktur Indonesia Fashion Week.
Sebagai penutup dari acara ini, panitia membawa balon-balon lampu berukuran cukup besar dan seorang diantaranya membawa balon lampu yang sangat besar bertuliskan salam penyambutan Indonesia Fashion Week 2015.
Meski bersahaja, semua orang yang terlibat dalam Indonesia Fashion Week 2014 antusias dalam acara penutupan tersebut. Orang-orang bersendau-gurau diiringi musik bertempo cepat. Berfoto dengan desainer favorit juga menjadi hal yang sering terlihat di penutupan acara ini.
Pada Prime Show dari hari keempat Indonesia Fashion Week 2014, peragaan busaa yang diadakan oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia Ini mengambil tema Ladies First.
Ada empat orang desainer yang mempersembahkan karya-karyanya dalam koleksi ini. Gregorius Vici, Jeanny Ang, Espen Salsberg, dan Anne Avantie adalah keempat perancang yang menampilkan busana-busana malam di prime show ini. Are you ready ladies?
Berikut adalah ulasan dari tema Ladies First seperti di-review Liputan6.com, Senin (24/2/2014):
Gregorius Vici
Gregorius Vici
Memulai karirnya di dunia fashion pada tahun 1998, Gregorius Vici kini telah aktif berpartisipasi di Hong Kong Fashion Week. Pada beberapa karya di koleksi Vici kali ini, gaun-gaun yang ditampilkan bergaya Eropa.
Pada beberapa karyanya, nuansa Yunani kuno dapat dilihat. Koleksi Vici terdiri dari tiga warna monokromatik, yakni merah, abu-abu, dan hitam. Aksen bunga-bunga berwarna senada dibagian bahu atau leher memberi variasi yang cantik bagi gaun-gaun yang secara keseluruhan tidak ramai aksesoris.
Advertisement
Jeanny Ang
Jeanny Ang
Studi fashion Jeanny Ang di mulai pada tahun 1988 di Hong Kong International Design School dan kemudian berlanjut di Susan Budiharjo Aacademy pada tahun 1989. Sejak tahun 2008, Jeanny secara konstan mengikuti Hong Kong Fashion Week.
Inspirasi fashion Eropa klasik masih hadir dalam koleksi dari desainer yang tampil pada urutan ke dua di prime show ini. Jika pada koleksi Gregorius Vici para tamu `dibawa` ke Yunani, oleh Jeanny Ang maka Prancis adalah destinasi imajinasi fashion Anda ketika melihat karya-karyanya.
Rumbai-rumbai yang bertumpuk-tumpuk baik pada gaun-gaun di atas lutut maupun gaun panjang sekaki dan bentuk hiasan kepala yang berlengkung-lengkung menjadi faktor yang berperan bagi nuansa Peancis yang hadir.
Dari segi warna dan motif, Jeanny memakai warna-warna polos dan muda di satu bagian dan di bagian lain memakai aksen bunga-bunga tiga dimensi dengan warna yang lebih colorful dan ceria seperti pink, hijau muda, kuning muda dan lain sebagainya.
Espen Salberg
Espen Salberg
Berasal dari Norwegia, Espen Salberg justru memilih Indonesia untuk mengembangkan karirnya di bidang fashion. Labelnya ESSERA kini sudah tersedia di Department Store ternama di London, Harrods. Istilah yang tepat untuk menggambarkan karya-karya Espen adalah Sexy Black of the Dark Queen.
Pada koleksi yang ditampilkannya ini, Siluet mermaid banyak digunakan. Aksen pita-pita besar memberi kesan fashion yang cukup dramatis. Keseksian karya-karyanya timbul dari kombinasi penggunaan bahan-bahan transparan dan bagian pungung yangberbelahan rendah. Suasana gaun cocktail era 50-an sangat terasa pada koleksinya ini.
Advertisement
Anne Avantie
Anne Avantie
Dedikasi Anne Avantie pada dunia mode Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Perancang kelahiran semarang ini sudah banyak mendesain kebaya-kebaya yang sangat elok. Anne Avantie membuktikan bahwa tanpa pendidikan formal di dunia fashion pun, seseorang dapat menjadi seorang desainer berkualitas.
Pada fashion shownya, Anne Avantie mengangkat tema Legong Srimpi. Legong adalah tarian yang berasal dari Bali dan Srimpi adalah tarian yang berasal dari Jawa. Koleksi kebaya Anne Avantie kali ini adalah hasil pernikahan yang cantik antara dua tarian tradisional tersebut.
Pada rancangan-rancangannya, unsur-unsur Bali lebih dominan melalui pengunaan kain corak Bali dengan warna emas dan hitam sebagai warna utama serta beberapa model kebaya bali yang bercirikan ikat pingang kain.
Belahan kain setinggi paha membuat koleksi Anne memiliki kesan moderen dan seksi. Rancangan-rancangan Anne Avantie sangat anggun dan menawan tanpa terasa pongah.