Aspirasi Yenty Tan di Jakarta Fashion Week untuk Wanita Victoria

Di Jakarta Fashion Week 2015, desainer Yenty tan hadirkan aspirasi fesyen yang terinspirasi Victorian era.

oleh Bio In God Bless diperbarui 05 Nov 2014, 18:35 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2014, 18:35 WIB
Jakarta Fashion Week 2015 - Yenty Tan 4

Liputan6.com, Jakarta Sovereign Beauty, koleksi desainer Yenty Tan di hari ke-4 Jakarta Fashion Week 2015, Selasa (4/11/14), mungkin merupakan fantasi di benak pria-pria Victorian era. Bustier dress abu-abu dengan aksen hitam di bagian pinggang yang dikenakan oleh model kenamaan Kimmy Jayanti sebagai pembuka fashion show ini memang tak seminim bra label Victoria Secret. Namun paduan antara bordir klasik di bagian dada dan model busana membentuk tubuh tentu memendarkan sensualitas klasik tersendiri.

Victorian Morality sebuah konsep yang dikenakan pada seperangkat nilai moral yang didengungkan pada masa di mana Ratu Victoria memerintah Inggris (1837-1901) punya arah yang berlainan dengan banyak rancangan Yenty Tan di Sovereign Beauty. Manakah mungkin sebuah sleeveless ball gown berkerah tinggi dengan bagian badannya berupa royal embroidery pada bahan transparan karya Yenty Tan dapat diterima oleh Victorian Morality yang begitu menutup sensualitas tubuh perempuan?

Namun karya-karya Yenty Tan yang ditampilkan pada para tamu berpakaian glam dan mewah ini tetap tergolong modest dan tak cocok untuk tampil di majalah The Pearl, sebuah majalah bulanan pria dewasa kelas atas yang terbit pada tahun 1879-1880 dan ditutup oleh otoritas saat itu karena dianggap sebagai literatur (termasuk parodi dan puisi di dalamnya) yang bertentangan dengan nilai moral.

Memang dilematis bila nilai-nilai Victorian Era yang mendomestikkan peran perempuan dan mentabukan tubuh perempuan dilawan dengan aksi mode busana yang banyak menampilkan tubuh perempuan itu. Risikonya adalah objektifikasi tubuh perempuan sebagai alat pemuas seksual seperti yang mungkin terjadi di otak para pembaca majalah The Pearl.

Mencoba lepas dari dilema itu, yang perlu disadari ialah perihal bagaimana perempuan mampu menjadi subjek untuk dirinya sendiri dan mengadvokasi ruang untuk merayakan tubuhnya. Ia sendirilah yang harus bisa menggunakan ruang otonominya untuk menentukan kapan menggunakan busana-busana Victorian era yang lebih tertutup dan kapan menggunakan karya-karya Yenty Tan yang klasik dengan percikan sensualitas.

Bahwa dari situ tubuh perempuan maupun laki-laki menjadi bahan kesenangan siapapun yang melihatnya adalah kondisi alamiah yang hanya perlu dikawal oleh konsep respek terhadap kemanusiaan. Ratu Victoria pun disebut suka menggambar atau mengkoleksi figur pria telanjang dan bahkan memberikan salah satunya sebagai hadiah untuk suaminya.

Dengan kata lain, sleeveless dress berbahan lace keseluruhan yang menampilkan bagian tubuh si pemakai karya Yenty Tan perlu dilihat sebagai sebuah busana yang secara positif merayakan tubuh perempuan – yang berarti juga merayakan independensi perempuan atas kontrol tubuhnya – dengan sekaligus membalutnya dalam suasana Inggris klasik.

Sheer dress berwarna pucat dengan motif english roses di beberapa bagian hasil karya Yenty Tan ini mungkin juga merupakan aspirasi fesyen terpendam dari sebagian perempuan Victorian Era yang ingin merayakan sensualitas tubuhnya, alih-alih menggunakan dress berlengan besar yang lazim digunakan saat itu.

Karya-karya warna hitam (atau bahkan juga putih) dengan siluet runcing pada beberapa bagian serta ruffle bertmpuk membuat karya-karya dari desainer yang mengikuti short-course di London College of Fashion ini memiliki kesan gothic. Gaya gothic yang kini lekat dengan identitas budaya punk atau rock memang terinspirasi dari Victorian Era yang aristokratik. Pada zaman Ratu Victoria memimpin Inggris arsitektur Gothic dengan ciri garis-garis runcing yang sesungguhnya berasal dari abad pertengahan kembali naik daun (Gothic Revival).

Warna hitam, warna berkabung Ratu Victoria yang digunakan semasa sisa hidupnya atas kematian sang suami secara koinsiden berkontribusi pada gaya ghotic di bidang fesyen. Seperti tampak pada koleksi Yenty Tan di Jakarta Fashion Week 2015, paduan klasikalitas Inggris dan gaya gothic di karya-karyanya memberi percikan feel kinky dan dark and sensual beauty. Sekali lagi, ini mungkin aspirasi fesyen dari perempuan-perempuan yang terkungkung Victorian Morality.

Sebuah karya yang cukup megah, graceful, dan anggun menjadi pamungkas dari koleksi Sovereign Beauty, Yenty Tan. Dress beraksen figura klasik berisi gambar classical european lady dengan bagian bawah busana terbuat dari bulu-bulu cukup berhasil memberi kejutan bagi tamu penonton koleksi yang terinspirasi dari Victorian Era.


(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya