Liputan6.com, Jakarta Dari luar ia tampak seperti seorang pemalu namun hal ini rupanya kurang tepat. Dengan suara yang cukup lantang dan percaya diri, ia menjawab pertanyaan tentang jumlah rancangan busananya yang ditampilkan di malam puncak I Fashion Festival 2014, Rabu (17/12/2014) bertempat di Bali Room Kempinski Hotel Indonesia.
Kain tie-dye, batik pesisir, serta tenun ikat Bima diolah olehnya menjadi busana-busana berdesain moderen. Pada sebuah midi-bustier dress, batik dan tenun ikat Bima itu bersandingan sebagaimana patch work. Kain tie-dye warna pelangi dijahit sebagai jumpsuit berbolero lengan pendek. Yang motifnya horisontal dan dominan warna hijau dibuat sebagai ankle pants serta peplum tops dengan strap berbentuk sayap.
Inilah warna-warni jiwa Rafi Ridwan, desainer usia 12 tahun yang terlahir sebagai penyandang tuna rungu. Melalui koleksi bertajuk `The Colours of My Soul`, Rafi mengeksplorasi hal yang dijelaskan ibunya serupa dengan suara. Ibunda Rafi mengajarkan kepada anaknya bahwa sebagaimana warna, suara memiliki berbagai nuansa, baik ceria maupun tegas.
Advertisement
Pada karya-karyanya dapat dirasa feel feminin dan playful seperti yang tampak pada midi dress biru yang kerahnya asimetri dengan satu lengan sayap dan aksen drape di bagian kiri bawah. Busana ini dipasangkan dengan tenun ikat Bima warna senada. Terlepas dari usianya yang muda, karya-karya Rafi ini koheren dalam temanya dan matang.
Tak heran bila kemampuan Rafi dalam mendesain menghantarkannya pada kolaborasi dengan Barli Asmara pada tahun 2011, membuat Tyra Banks si host America’s Next Top Model meminjam karya-karyanya untuk dikenakan kontestan cycle 20 kompetisi itu, serta membawa dirinya ke ajang Mercedes-Benz Stylo Asia Fashion Week di Malaysia pada tahun 2013.
Desainer-desainer muda lainnya yang menampilkan koleksi busana di hari ke-3 ajang fesyen dari MNC Media ini adalah 11 desainer yang tergabung dalam Number 1 by LPTB Susan Budihardjo. Label yang beranggotakan alumni-alumni Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo ini menampilkan 10 rancangan berpalet warna biru, mulai dari deep blue hingga turqoise.
Desain-desain busana kontemporer seperti outerwear jubah berbahan sheer model lengan ruffle atau juga wide & high collar tops hadir dengan garis-garis yang simple namun intricating. Satu hal spesial dari kontemporaritas koleksi ini ialah bagaimana gambar aksara jawa kuno Hanacaraka – yang merupakan tema koleksi ini – diolah sedemikian rupa sehingga justru menjadi elemen penguat feel kontemporer itu.
Nuansa kontemporer dalam wajah yang berbeda dihadirkan oleh desainer Rinda Salmun pada event yang juga diisi dengan penghargaan Fashion Awards kepada aktris Dian Sastrowardoyo sebagai Best Fashionista 2014 dan desainer Gea Panggabean untuk Lifetime Achievement ini. Meski garis-garisnya tegas dan ada sentuhan simplisitas di koleksi ini, karya-karya Rinda ini memiliki kompleksitas yang kuat. When simplicity collide with complexity adalah hal yang dapat dikatakan tentang koleksi Rinda ini.
Warna hitam putih dalam model busana dasar moderen minimalis menjadi lebih kompleks kala garis-garisnya dibuat melengkung-melengkung seperti tampak pada crop tank top yang padu dengan high-waisted long skirt dengan belahan paha tinggi. Kompleksitas karya-karya Rinda juga terlihat berasal dari campuran bahan lace yang dibuat sebagai pelapis. Sosok uniqe contemporary chic tertuang dalam rupa busana-busana Rinda Salmun ini.
Koleksi gaun moderen nan glamor penuh dengan manik-manik ditampilkan oleh desainer Soko Wiyanto. Meski tentu saja wanita akan tampak cantik memakai gaun-gaunnya, namun dari sisi fesyen tak banyak yang dapat dikatakan tentang koleksi ini. Desain dari gaun-gaun karya Soko terbilang lazim tanpa terlihat adanya sentuhan desainer di sana.
Bicara tentang keglamoran, jangan lewatkan koleksi Hengki Kawilarang di puncak I Fashion Festival 2014 ini. Bukan hanya glam, koleksi Hengki ini memiliki nuansa royal. Menggunakan bahan sheer pada gaun-gaun panjang membentuk tubuh yang berpadu dengan brocade menutup area dada hingga paha, serta merancang gaun-gaun sepaha dengan aksen ruffle atau fur, Hengki Kawilarang menciptakan chic princess dalam suasana festive royal.
Beberapa rancangan lainnya menampilkan ball gown yang terasa bak busana seorang putri di negri dongeng. Koleksi ini terinspirasi dari Queen Elizabeth I di mana pada masanya memerintah (Elizabethan era tahun 1558 - 1603) dunia fesyen berhias banyak ornamentasi cantik.
Segi glamoritas lain bisa ditemukan pada koleksi Ivan Gunawan bertajuk `Kedjora`. Glamor koleksi Ivan ini lebih menjurus pada keglamoran selebriti Hollywood. Menggunakan bahan-bahan tembus pandang, kesan seksi dari karya-karya Ivan terasa begitu lugas. Hal ini secara kontras beradu dengan nuansa maskulin dari rancangan-rancangan yang tegas. Meski glamor, kelamnya warna-warna yang digunakan Ivan memberi efek muram pada busana-busana itu. Nuansa-nuansa tersebut bersumber pada inspirasi kegetiran cinta pada sang bintang.
Secara keseluruhan, puncak I Fashion Festival 2014 sebagai penutup rangkaian acara yang telah berlangsung sejak 15 Desember 2014 ini menyuguhkan sebuah sajian fesyen yang bukan hanya eksklusif (termasuk juga para tamu yang memakai busana eksklusif serba hitam) serta meriah dengan beberapa tamu selebriti seperti Rangga `Smash` dan Kiki Amalia, tapi juga memiliki kekuatan konsep koleksi fesyen yang baik dan tentunya membanggakan.
(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)