Intip Tren Belanja di Indonesia dari Offline ke Online

Melihat teknologi yang digunakan untuk memenuhi tren belanja yang mulai bergeser dari offline ke online.

oleh Meita Fajriana diperbarui 08 Sep 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2018, 12:00 WIB
Tren belanja online
Melihat teknologi yang digunakan untuk memenuhi tren belanja yang mulai bergeser dari offline ke online. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap pengalaman berbelanja Anda. Akibatnya terjadinya pergeseran tren dari belanja konvensional dengan cara mendatangi toko fisik di beragam lokasi (offline) ke belanja secara digital (online). Kini, Anda dapat membeli apa pun, kapan pun, dan di mana pun langsung dari genggaman tangan mereka.

Tren belanja ini juga meningkatkann laju pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia. Hal ini didorong dengan besarnya pasar dari generasi muda, perangkat mobile dengan harga yang terjangkau, investasi besar dari para investor asing, dan kemudahan proses pembayaran. Selain itu, masayarakat juga semakin akrab dengan dunia e-commerce karena hasil pencarian kata kunci yang semakin spesifik.

Melihat hal ini, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan serta minuman, Tetra Pak memperkenalkan Tetra Pak Index yaitu sebuah riset tahunan yang diadakan di beberapa negara termasuk Indonesia, untuk mempelajari tren belanja pangan di era omnichannel. Riset yang memasuki tahun kesebelas ini juga menjelaskan pentingnya peranan kemasan produk dalam tren belanja online saat ini.

Salah satu aktivitas belanja online yang sering dilakukan yaitu belanja makanan dan minuman secara online atau e-grocery. Cara belanja e-grocery pun kian digemari di seluruh dunia karena kemudahan dan efisiensi waktu. E-grocery telah dipandang sebagai sebagai cara belanja baru yang memudahkan. Jenis produk tersedia juga kurang lebih sama dengan yang ditawarkan di toko-toko, termasuk makanan dan minuman dalam kemasan.

“Berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, sebanyak 1,2 persen konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online pada tahun 2016 dan angka ini diharapkan untuk terus tumbuh hingga 5,4 persen pada tahun 2030. Sementara itu kegiatan belanja di pasar tradisonal mungkin akan menurun pada tahun 2030 menjadi 46,6 persen dari sebelumnya di angka 56,3 perse pada tahun 2016," kata Gabrielle Angriani Communications Manager Tetra Pak Indonesia seperti pada rilis yang diterima Liputan6.com.

 

4 kemudahan yang ditawarkan belanja online

Tren belanja online
Melihat teknologi yang digunakan untuk memenuhi tren belanja yang mulai bergeser dari offline ke online. (Foto: Dok. Tetra Pak)

Tidak hanya dirasakan oleh pembeli, tren belanja pangan berbasis online ini juga dilihat oleh e-commerce tanah air. Kemudahan-kemudahan yang tidak didapatkan saat berbelanja ke supermarket secara offline membuat masyarakat memilih menggunakan e-grocery.

“Tren belanja konsumen Indonesia yang perlahan beralih ke e-grocery disambut dengan sangat baik oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. Di Jakarta sendiri, e-grocery berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang membaik,” ujar Rahmat Danu Andika Associate Vice President of O2O Business Bukalapak.

Selain membahas tentang tren e-grocery, hasil riset Tetra Pak Index juga memberikan wawasan tentang empat faktor utama yang mempengaruhi pasar e-grocery, yaitu pertama kemudahan yang menjadi penentu utama dalam aktivitas belanja, kedua teknologi dan kinerja yang mempengaruhi kecepatan pengiriman barang.

Selanjutnya yang ketiga yaitu keberlanjutan yaitu kesadaran Anda menggunakan produk dari perusahaan yang peduli akan isu lingkungan hidup, termasuk isu penggunaan plastik, daur ulang serta ekonomi melingkar, serta yang terakhir personal dan unik yang meningkatkan loyalitas pembeli.

 

Teknologi pengemasan yang mendukung penjualan online

Tren belanja online
Melihat teknologi yang digunakan untuk memenuhi tren belanja yang mulai bergeser dari offline ke online. (Foto: iStockphoto)

“Riset kami membuktikan bahwa daya tahan dan efisiensi kemasan menjadi persyaratan penting dalam kegiatan belanja online. Bahkan hasil riset pun menunjukkan bahwa kemasan yang efisien secara berat maupun ruang dapat memberikan pengurangan volume transportasi sebesar 30-50 persen,” tambah Gabrielle.

Keempat faktor di atas mempengaruhi cara pengusaha dan perusahaan melakukan bisnis, khususnya dalam pengemasan produk. Untuk itu, Tetra Pak menawarkan inovasi terbaru dalam era omnichannel ini melalui teknologi Kemasan menggunakan QR Code unik dan Radio-Frequency Identification (RFID).

Teknologi pengemasan cerdas dengan QR Code unik memungkinkan setiap paket produk untuk diberikan tanda pengenal yang unik. Kode-kode ini dapat dibaca oleh perangkat pemindaian data pada smartphone. Anda dapat langsung mendapatkan informasi tentang sumber bahan dasar, fakta nutrisi, maupun aktivitas promosi dan informasi lingkungan. Wawasan dari kode-kode digital ini membuat pengalaman belanja terasa lebih personal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya