Arti Aqiqah: Makna, Hukum, dan Tata Cara Pelaksanaannya dalam Islam

Pelajari arti aqiqah secara mendalam, termasuk makna, hukum, dan tata cara pelaksanaannya dalam Islam. Panduan lengkap untuk orang tua Muslim.

oleh Laudia Tysara diperbarui 12 Feb 2025, 16:43 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2025, 16:43 WIB
arti aqiqah
arti aqiqah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Aqiqah merupakan salah satu ritual penting dalam Islam yang dilaksanakan untuk menyambut kelahiran seorang anak. Tradisi ini memiliki makna mendalam dan nilai-nilai spiritual yang signifikan bagi umat Muslim. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara komprehensif tentang arti aqiqah, hukumnya dalam Islam, serta tata cara pelaksanaannya yang benar.

Definisi Aqiqah

Aqiqah berasal dari kata bahasa Arab "aqqa" yang berarti memotong atau membelah. Dalam konteks syariat Islam, aqiqah merujuk pada ritual penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran seorang anak. Secara terminologi, aqiqah didefinisikan sebagai penyembelihan hewan ternak (kambing atau domba) yang dilakukan sebagai bentuk pengorbanan untuk anak yang baru lahir.

Imam Syafi'i mendefinisikan aqiqah sebagai "sembelihan yang disembelih berkenaan dengan kelahiran anak pada hari ketujuhnya dan hari-hari sesudahnya". Sementara itu, Imam Hanafi menyatakan bahwa aqiqah adalah "menyembelih kambing pada hari ketujuh dari kelahiran anak, mencukur rambutnya dan memberi nama".

Dalam pengertian yang lebih luas, aqiqah tidak hanya terbatas pada penyembelihan hewan semata, tetapi juga mencakup serangkaian ritual lainnya seperti pemberian nama, pencukuran rambut bayi, dan bersedekah. Semua rangkaian ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia yang telah diberikan berupa keturunan, serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan anak yang baru lahir kepada Allah SWT.

Sejarah Aqiqah dalam Islam

Tradisi aqiqah memiliki akar sejarah yang panjang dalam Islam. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa praktik aqiqah sudah ada sejak zaman jahiliyah, namun dengan tata cara yang berbeda. Pada masa itu, orang-orang Arab biasa melumuri kepala bayi yang baru lahir dengan darah hewan yang disembelih sebagai bentuk persembahan kepada berhala mereka.

Setelah kedatangan Islam, Nabi Muhammad SAW meluruskan praktik ini dan mengajarkan tata cara aqiqah yang benar sesuai dengan syariat Islam. Beliau menghapuskan unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran tauhid dan menggantinya dengan nilai-nilai keislaman yang luhur.

Salah satu hadits yang menjadi dasar disyariatkannya aqiqah adalah riwayat dari Salman bin 'Amir adh-Dhabbi radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الأَذَى"

"Bersama anak laki-laki itu ada aqiqahnya. Maka tumpahkanlah darah untuknya (dengan menyembelih hewan) dan singkirkanlah gangguan darinya (dengan mencukur rambutnya)." (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa aqiqah merupakan sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sendiri telah melaksanakan aqiqah untuk cucunya, Hasan dan Husein, dengan menyembelih dua ekor kambing untuk masing-masing cucunya.

Hukum Aqiqah dalam Islam

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum aqiqah dalam Islam. Mayoritas ulama, termasuk mazhab Syafi'i, Hanbali, dan sebagian ulama Maliki, berpendapat bahwa aqiqah hukumnya adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Mereka mendasarkan pendapat ini pada berbagai hadits yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan dan menganjurkan aqiqah.

Imam Syafi'i berkata, "Aqiqah adalah sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Kami tidak suka jika seseorang meninggalkannya jika ia mampu melakukannya."

Sementara itu, sebagian ulama dari mazhab Hanafi berpendapat bahwa aqiqah hukumnya mubah (boleh). Mereka menganggap bahwa hadits-hadits tentang aqiqah bersifat anjuran, bukan kewajiban.

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa aqiqah hukumnya wajib, berdasarkan zhahir hadits yang menyatakan, "Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya." Namun, pendapat ini tidak dipegang oleh mayoritas ulama.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang pasti adalah bahwa aqiqah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, dan memiliki banyak keutamaan serta hikmah di dalamnya.

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Waktu pelaksanaan aqiqah memiliki beberapa pendapat di kalangan ulama, namun secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Hari Ketujuh setelah Kelahiran: Ini adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan aqiqah, berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi: "Anak itu digadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya."
  2. Hari Keempat Belas: Jika tidak memungkinkan pada hari ketujuh, aqiqah dapat dilaksanakan pada hari ke-14 setelah kelahiran.
  3. Hari Kedua Puluh Satu: Apabila belum bisa dilaksanakan pada hari ke-14, maka dapat dilakukan pada hari ke-21.
  4. Setelah Hari Kedua Puluh Satu: Jika masih belum bisa dilaksanakan pada waktu-waktu tersebut, aqiqah tetap bisa dilakukan kapan saja setelahnya, bahkan hingga anak tersebut dewasa.

Imam Syafi'i berpendapat bahwa jika aqiqah tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh, maka bisa dilakukan pada hari-hari berikutnya tanpa ada batasan waktu tertentu. Beliau mengatakan, "Jika telah lewat dari hari ketujuh, maka kapan saja ia mampu melakukannya, hendaklah ia melakukannya."

Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada fleksibilitas dalam waktu pelaksanaan, semakin cepat dilaksanakan akan semakin baik. Hal ini karena aqiqah merupakan bentuk rasa syukur atas kelahiran anak dan doa untuk kebaikan sang anak di masa depan.

Jumlah Hewan Aqiqah

Jumlah hewan yang disembelih untuk aqiqah berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hadits dan pendapat mayoritas ulama, ketentuan jumlah hewan aqiqah adalah sebagai berikut:

  1. Untuk Anak Laki-laki: Disunnahkan menyembelih dua ekor kambing atau domba. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyembelih dua ekor kambing yang sepadan untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan.
  2. Untuk Anak Perempuan: Disunnahkan menyembelih satu ekor kambing atau domba, berdasarkan hadits yang sama.

Namun, jika seseorang tidak mampu menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki, maka diperbolehkan menyembelih satu ekor saja. Imam Syafi'i berkata, "Jika seseorang menyembelih satu ekor kambing untuk anak laki-laki, maka itu sudah mencukupi."

Beberapa ulama juga berpendapat bahwa boleh mengganti kambing dengan hewan lain yang setara atau lebih besar, seperti sapi atau unta. Dalam hal ini, satu ekor sapi atau unta dapat menggantikan tujuh ekor kambing.

Yang terpenting adalah niat dan kemampuan orang tua dalam melaksanakan aqiqah. Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Syarat-syarat Hewan Aqiqah

Hewan yang akan disembelih untuk aqiqah harus memenuhi beberapa syarat agar ibadah tersebut sah dan diterima. Berikut adalah syarat-syarat hewan aqiqah:

  1. Jenis Hewan: Hewan yang paling utama untuk aqiqah adalah kambing atau domba. Namun, boleh juga menggunakan sapi atau unta jika memang mampu.
  2. Usia Hewan: Untuk kambing atau domba, minimal berusia satu tahun masuk tahun kedua. Untuk sapi, minimal berusia dua tahun masuk tahun ketiga. Sedangkan untuk unta, minimal berusia lima tahun masuk tahun keenam.
  3. Kondisi Fisik: Hewan harus sehat dan tidak cacat. Tidak boleh buta, pincang, kurus kering, atau memiliki cacat yang mengurangi dagingnya secara signifikan.
  4. Jenis Kelamin: Diutamakan hewan jantan, namun boleh juga betina jika tidak ada jantan atau harganya terlalu mahal.
  5. Tidak Sedang Bunting: Jika menggunakan hewan betina, sebaiknya yang tidak sedang bunting.
  6. Tidak Bertanduk Patah: Sebaiknya memilih hewan yang tanduknya utuh, tidak patah atau hilang.
  7. Tidak Dikebiri: Lebih utama memilih hewan yang tidak dikebiri, meskipun yang dikebiri juga diperbolehkan.

Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' mengatakan, "Disyaratkan pada hewan aqiqah apa yang disyaratkan pada hewan kurban, yaitu harus selamat dari cacat-cacat yang membuat tidak sah jika ada pada hewan kurban."

Penting untuk diingat bahwa syarat-syarat ini bertujuan untuk memastikan bahwa hewan yang disembelih adalah yang terbaik sebagai bentuk pengorbanan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Namun, jika ada kesulitan dalam memenuhi semua syarat ini, maka hendaknya memilih yang terbaik sesuai kemampuan.

Tata Cara Pelaksanaan Aqiqah

Pelaksanaan aqiqah memiliki beberapa tahapan dan tata cara yang perlu diperhatikan agar sesuai dengan syariat Islam. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan aqiqah:

  1. Niat: Sebelum menyembelih hewan, orang tua atau wali anak harus berniat melaksanakan aqiqah. Niat ini bisa diucapkan dalam hati atau dilafazkan.
  2. Penyembelihan: Hewan aqiqah disembelih dengan mengucapkan basmalah dan menyebut nama anak yang diaqiqahi. Contoh ucapan: "Bismillah, Allahumma minka wa laka, hadzihi 'aqiqatu (nama anak)".
  3. Pemberian Nama: Setelah penyembelihan, anak diberi nama yang baik. Nama sebaiknya memiliki makna yang indah dan islami.
  4. Pencukuran Rambut: Rambut bayi dicukur dan ditimbang. Berat rambut tersebut dikonversikan ke dalam emas atau perak, lalu nilainya disedekahkan.
  5. Pembagian Daging: Daging aqiqah dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga, sepertiga untuk tetangga dan kerabat, dan sepertiga lagi untuk fakir miskin.
  6. Doa: Dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa untuk kebaikan sang anak.
  7. Walimah (Jamuan): Mengadakan jamuan makan untuk kerabat dan tetangga sebagai bentuk syukur dan berbagi kebahagiaan.

Imam Syafi'i mengatakan, "Disunnahkan untuk memasak daging aqiqah dan menjamunya kepada orang-orang, serta bersedekah dengan sebagiannya dalam keadaan mentah."

Perlu diingat bahwa dalam pelaksanaan aqiqah, yang terpenting adalah niat dan keikhlasan dalam melaksanakannya sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah SWT. Tata cara pelaksanaan bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing keluarga, selama tidak menyalahi prinsip-prinsip syariat.

Doa-doa dalam Aqiqah

Doa merupakan bagian penting dalam ritual aqiqah. Berikut adalah beberapa doa yang biasa dibacakan saat pelaksanaan aqiqah:

  1. Doa saat Menyembelih Hewan Aqiqah:

    "بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ هَذِهِ عَقِيْقَةُ (اسم الطفل)"

    Bismillahi wallahu akbar, Allahumma minka wa laka hadzihi 'aqiqatu (nama anak)

    Artinya: "Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar. Ya Allah, dari-Mu dan untuk-Mu aqiqah (nama anak) ini."

  2. Doa untuk Anak yang Diaqiqahi:

    "اللَّهُمَّ هَذِهِ عَقِيقَةٌ عَنْ (اسم الطفل) لَحْمُهَا بِلَحْمِهِ وَدَمُهَا بِدَمِهِ وَعَظْمُهَا بِعَظْمِهِ اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا فِدَاءً لَهُ مِنَ النَّارِ"

    Allahumma hadzihi 'aqiqatun 'an (nama anak) lahmuha bilahmihi, wa damuha bidamihi, wa 'adzmuha bi'adzmihi. Allahummaj'alha fida-an lahu minan naar.

    Artinya: "Ya Allah, ini adalah aqiqah untuk (nama anak). Dagingnya untuk dagingnya, darahnya untuk darahnya, dan tulangnya untuk tulangnya. Ya Allah, jadikanlah aqiqah ini sebagai tebusan baginya dari api neraka."

  3. Doa Memohon Keberkahan:

    "اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُ فِيْهِ وَزِدْهُ عِلْمًا وَإِيْمَانًا وَعَمَلًا صَالِحًا"

    Allahumma baarik lahu fiihi wa zidhu 'ilman wa imaanan wa 'amalan shalihan

    Artinya: "Ya Allah, berkahilah dia dalam aqiqah ini, tambahkanlah ilmu, iman, dan amal saleh padanya."

Selain doa-doa di atas, orang tua atau wali anak juga dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan keinginan dan harapan mereka untuk sang anak. Yang terpenting adalah ketulusan hati dan keyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa-doa tersebut.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin mengatakan, "Doa adalah inti dari ibadah. Maka hendaklah seorang hamba berdoa dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan akan dikabulkannya doa tersebut."

Hikmah dan Manfaat Aqiqah

Aqiqah memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Berikut adalah beberapa hikmah dan manfaat dari pelaksanaan aqiqah:

  1. Ungkapan Syukur: Aqiqah merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia anak yang diberikan.
  2. Penebusan Anak: Aqiqah diyakini sebagai bentuk penebusan anak dari berbagai gangguan dan godaan syaitan.
  3. Menguatkan Ikatan Keluarga: Pelaksanaan aqiqah dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan silaturahmi.
  4. Berbagi dengan Sesama: Melalui pembagian daging aqiqah, kita dapat berbagi kebahagiaan dengan tetangga dan kaum dhuafa.
  5. Mendidik Anak: Aqiqah menjadi sarana untuk memulai pendidikan anak dengan nilai-nilai Islam sejak dini.
  6. Meneladani Sunnah: Dengan melaksanakan aqiqah, kita telah mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
  7. Memohon Keberkahan: Aqiqah menjadi sarana untuk memohon keberkahan dan perlindungan Allah SWT untuk sang anak.
  8. Meningkatkan Kepedulian Sosial: Pembagian daging aqiqah dapat meningkatkan kepedulian sosial dalam masyarakat.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud menjelaskan, "Di antara hikmah aqiqah adalah sebagai tebusan bagi anak dari berbagai musibah dan penyakit, serta sebagai ungkapan syukur atas nikmat keturunan yang Allah berikan."

Dengan memahami hikmah dan manfaat aqiqah, diharapkan pelaksanaannya tidak hanya menjadi ritual semata, tetapi benar-benar dihayati sebagai ibadah yang memiliki nilai-nilai luhur dan berdampak positif bagi kehidupan individu dan masyarakat.

Perbedaan Aqiqah dan Kurban

Meskipun aqiqah dan kurban sama-sama melibatkan penyembelihan hewan, keduanya memiliki beberapa perbedaan mendasar. Berikut adalah perbandingan antara aqiqah dan kurban:

  1. Waktu Pelaksanaan:
    • Aqiqah: Dilaksanakan kapan saja setelah kelahiran anak, idealnya pada hari ketujuh.
    • Kurban: Dilaksanakan pada hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan tiga hari tasyriq setelahnya.
  2. Tujuan:
    • Aqiqah: Sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak dan permohonan perlindungan untuknya.
    • Kurban: Sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT, serta mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
  3. Hukum:
    • Aqiqah: Sunnah muakkadah menurut mayoritas ulama.
    • Kurban: Wajib menurut sebagian ulama, sunnah muakkadah menurut mayoritas ulama.
  4. Jumlah Hewan:
    • Aqiqah: Dua ekor kambing untuk anak laki-laki, satu ekor untuk anak perempuan.
    • Kurban: Satu ekor kambing untuk satu orang, atau satu ekor sapi/unta untuk tujuh orang.
  5. Pembagian Daging:
    • Aqiqah: Biasanya dibagi tiga: untuk keluarga, tetangga, dan fakir miskin.
    • Kurban: Dibagi tiga: untuk yang berkurban, hadiah untuk kerabat/tetangga, dan sedekah untuk fakir miskin.
  6. Pengulangan:
    • Aqiqah: Dilakukan sekali seumur hidup untuk setiap anak.
    • Kurban: Dapat dilakukan setiap tahun bagi yang mampu.

Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm menjelaskan, "Aqiqah berbeda dengan kurban dalam hal waktu pelaksanaan dan tujuannya. Aqiqah dilakukan sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak, sementara kurban dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT."

Meskipun memiliki perbedaan, baik aqiqah maupun kurban sama-sama memiliki nilai ibadah yang tinggi dan membawa keberkahan bagi pelakunya serta manfaat bagi masyarakat.

Tradisi Aqiqah di Berbagai Negara

Meskipun aqiqah merupakan tradisi Islam yang universal, pelaksanaannya dapat bervariasi di berbagai negara dan budaya. Berikut adalah beberapa contoh tradisi aqiqah di berbagai negara Muslim:

  1. Indonesia:
    • Aqiqah sering digabungkan dengan upacara pemberian nama dan potong rambut.
    • Daging aqiqah biasanya dimasak menjadi berbagai hidangan untuk dibagikan kepada tetangga dan kerabat.
    • Acara sering diiringi dengan pembacaan Al-Qur'an dan shalawat.
  2. Malaysia:
    • Pelaksanaan aqiqah mirip dengan Indonesia, namun sering disebut dengan istilah "cukur jambul".
    • Acara biasanya dihadiri oleh keluarga besar dan tetangga.
  3. Arab Saudi:
    • Aqiqah dilaksanakan secara sederhana, fokus pada penyembelihan hewan dan pembagian dagingnya.
    • Pemberian nama biasanya dilakukan segera setelah kelahiran, terpisah dari aqiqah.
  4. Turki:
    • Aqiqah disebut "Akika" dan sering dilakukan bersamaan dengan upacara pemberian nama.
    • Daging aqiqah biasanya dimasak dan disajikan dalam jamuan untuk keluarga dan tetangga.
  5. Mesir:
    • Aqiqah disebut "Aqeeqah" dan biasanya dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran.
    • Acara sering diiringi dengan pembacaan Al-Qur'an dan doa-doa khusus.
  6. Pakistan:
    • Aqiqah disebut "Aqiqah" atau "Sadqa" dan sering dilakukan bersamaan dengan upacara pemberian nama.
    • Daging aqiqah dibagikan kepada kerabat, tetangga, dan fakir miskin.

Meskipun ada variasi dalam pelaksanaannya, esensi aqiqah tetap sama di semua negara, yaitu sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak dan permohonan perlindungan untuknya.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin menekankan, "Yang terpenting dalam ibadah adalah niat dan keikhlasan, bukan bentuk lahiriahnya. Maka, variasi dalam pelaksanaan aqiqah tidaklah masalah selama tidak menyalahi prinsip-prinsip syariat."

Tips Melaksanakan Aqiqah

Untuk memastikan pelaksanaan aqiqah berjalan lancar dan sesuai syariat, berikut beberapa tips yang bisa diperhatikan:

  1. Persiapkan Jauh-jauh Hari: Mulai merencanakan aqiqah sejak awal kehamilan. Ini membantu dalam persiapan finansial dan logistik.
  2. Pilih Hewan yang Berkualitas: Pastikan hewan aqiqah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam syariat.
  3. Libatkan Keluarga: Ajak anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam persiapan dan pelaksanaan aqiqah. Ini akan mempererat ikatan keluarga.
  4. Konsultasi dengan Ulama: Jika ada hal-hal yang masih membingungkan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama setempat.
  5. Perhatikan Kebersihan: Pastikan proses penyembelihan dan pengolahan daging dilakukan dengan bersih dan higienis.
  6. Dokumentasikan Momen: Abadikan momen-momen penting dalam pelaksanaan aqiqah sebagai kenang-kenangan.
  7. Fokus pada Esensi: Jangan terlalu fokus pada hal-hal yang bersifat seremonial. Ingatlah bahwa aqiqah adalah ibadah dan ungkapan syukur kepada Allah SWT.
  8. Ajak Anak Berpartisipasi: Jika aqiqah dilakukan saat anak sudah besar, libatkan mereka dalam prosesnya sebagai sarana pendidikan.
  9. Manfaatkan Teknologi: Gunakan media sosial atau aplikasi pesan untuk mengundang tamu dan membagikan informasi tentang acara aqiqah.
  10. Sedekah Tambahan: Selain membagikan daging, pertimbangkan untuk memberikan sedekah tambahan seperti buku-buku Islam atau Al-Qur'an.

Dalam melaksanakan aqiqah, yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan upaya untuk melakukannya sesuai dengan tuntunan syariat. Imam Syafi'i mengingatkan, "Dalam ibadah, yang terpenting adalah mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, bukan menambah-nambah atau menguranginya."

Dengan memperhatikan tips-tips di atas, diharapkan pelaksanaan aqiqah dapat berjalan dengan lancar dan membawa keberkahan bagi keluarga serta masyarakat sekitar. Ingatlah bahwa aqiqah bukan hanya sekadar tradisi, tetapi merupakan ibadah yang memiliki nilai-nilai luhur dalam Islam.

FAQ Seputar Aqiqah

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan seputar aqiqah beserta jawabannya:

  1. Q: Apakah aqiqah wajib dilaksanakan?A: Mayoritas ulama berpendapat bahwa aqiqah hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), bukan wajib. Namun, ada sebagian ulama yang mengatakan wajib.
  2. Q: Kapan waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah?A: Waktu terbaik adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran. Namun, jika tidak memungkinkan, bisa dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21, atau kapan saja setelahnya.
  3. Q: Apakah boleh melakukan aqiqah sebelum hari ketujuh?A: Sebagian ulama membolehkan, namun lebih utama menunggu hingga hari ketujuh atau setelahnya.
  4. Q: Bagaimana jika orang tua tidak mampu melaksanakan aqiqah?A: Jika tidak mampu, tidak ada kewajiban untuk melaksanakan aqiqah. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
  5. Q: Apakah aqiqah bisa diganti dengan uang atau sedekah?A: Menurut mayoritas ulama, aqiqah tidak bisa diganti dengan uang atau sedekah. Aqiqah harus berupa penyembelihan hewan.
  6. Q: Bolehkah melakukan aqiqah untuk orang dewasa yang belum diaqiqahi sewaktu kecil?A: Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian membolehkan, sementara yang lain berpendapat bahwa waktu aqiqah telah lewat.
  7. Q: Apakah orang tua angkat boleh melakukan aqiqah untuk anak angkatnya?A: Boleh, sebagai bentuk rasa syukur dan kasih sayang. Namun, perlu diingat bahwa anak angkat tetap bukan mahram dan tidak bisa dinasabkan kepada orang tua angkat.
  8. Q: Bolehkah daging aqiqah diberikan kepada non-Muslim?A: Mayoritas ulama membolehkan memberikan daging aqiqah kepada non-Muslim sebagai bentuk dakwah dan menjalin hubungan baik dengan tetangga.
  9. Q: Apakah ada doa khusus yang harus dibaca saat aqiqah?A: Ada beberapa doa yang dianjurkan, namun tidak ada doa khusus yang wajib. Yang terpenting adalah niat dan keikhlasan dalam berdoa.
  10. Q: Bolehkah melakukan aqiqah dengan cara patungan (iuran bersama)?A: Menurut mayoritas ulama, aqiqah sebaiknya dilakukan oleh orang tua atau wali anak. Namun, jika ada kesulitan, patungan bisa menjadi alternatif dengan niat membantu.

Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu' menyatakan, "Perbedaan pendapat dalam masalah furu' (cabang) agama adalah hal yang wajar. Yang terpenting adalah kita mengikuti pendapat yang kita yakini lebih kuat berdasarkan dalil-dalil yang ada."

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar aqiqah, penting untuk selalu merujuk pada sumber-sumber yang terpercaya dan memahami konteks serta kondisi masing-masing individu. Jika masih ada keraguan, disarankan untuk berkonsultasi dengan ulama atau ahli agama setempat.

Kesimpulan

Aqiqah merupakan tradisi Islam yang sarat makna dan nilai. Sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak dan permohonan perlindungan untuknya, aqiqah memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Melalui ritual ini, orang tua tidak hanya menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada anak sejak dini.

Meskipun ada variasi dalam pelaksanaannya di berbagai negara dan budaya, esensi aqiqah tetap sama. Penyembelihan hewan, pemberian nama, pencukuran rambut, dan sedekah merupakan komponen-komponen utama yang mencerminkan nilai-nilai keislaman seperti syukur, berbagi, dan kepedulian sosial.

Penting untuk diingat bahwa dalam melaksanakan aqiqah, yang utama adalah niat yang ikhlas dan upaya untuk mengikuti tuntunan syariat. Fleksibilitas dalam waktu pelaksanaan dan jumlah hewan yang disembelih menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan umatnya.

Aqiqah juga menjadi momen penting dalam mempererat ikatan keluarga dan masyarakat. Melalui jamuan dan pembagian daging, aqiqah menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan dan memperkuat solidaritas sosial.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya