Liputan6.com, Washington DC- Pihak Tiongkok tetap meneruskan pengeboran minyak di perairan sengketa di Laut China Selatan, di tengah rusuh mematikan anti-Beijing di Vietnam.
Petinggi militer China, Fang Fenghui mengatakan, Beijing "tak mau kehilangan 1 inci pun wilayah kedaulatannya", dan menyalahkan pihak Hanoi yang dinilai memicu masalah di wilayah tersebut.
Seorang pekerja China tewas dalam serangan terhadap sebuah pabrik baja di Vietnam, Rabu 14 Mei lalu. Sementara hampir 150 orang lainnya terluka ketika para demonstran menyerang pabrik milik Taiwan di Provinsi Ha Tinh.
Selasa sebelumnya, setidaknya 15 pabrik milik asing dibakar di kawasan industri di Provinsi Binh Duong.
China mengirimkan rig pengeboran minyaknya Haiyang Shiyou 981 (HYSY981) ke perairan barat Kepulauan Paracel yang disengketakan awal bulan ini. Memicu antara kapal Vietnam dan Tiongkok saat Hanoi berusaha untuk memblokir.
"Cukup jelas...siapa yang sedang melakukan aktivitas biasanya dan siapa yang menganggu," kata Jenderal Fang, Kepala Staf Tentara Pembebasan Rakyat, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Jumat 16 Mei 2014.
Bicara di Washington DC, Jenderal Fang Fenghui juga memperingatkan, upaya Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkannya fokus pada Asia atau dengan kata lain ikut campur, akan memicu ketegangan. Sementara, Departemen Luar Negeri AS meminta semua pihak untuk menahan diri dari melakukan upaya kekerasan.
Delegasi China dikirim ke Hanoi untuk meretas pembicaraan damai. Sementara itu, sentimen nasionalisme melonjak di Vietnam gara-gara isu tersebut. Para pemrotes mengincar kantor perusahaan yang namanya memakai huruf China -- bahkan yang berasal dari Taiwan sekalipun.
Dalam sebuah surat darurat kepada kementerian polisi, Perdana Menteri Nguyen Tan Dung menyebut, protes terhadap "rig minyak ilegal" adalah "tindakan yang sah " .
Namun dia mengatakan, orang-orang yang melanggar hukum harus dihukum dan kegiatan usaha asing di Vietnam harus dilindungi.
Sejarah Panas-Dingin Hubungan China-Vietnam
Bukan kali ini saja hubungan Vietnam dan China diwarnai ketegangan. Akar perselisihan sudah muncul dalam Perang Vietnam. Berikut rentetannya:
Advertisement
1954-1975: Komunis China mendukung Vietnam Utara selama Perang Vienam
1974: China dan Vietnam Selatan terlibat dalam perang berdarah atas Kepulauan Paracel; China merebut pulau yang dikuasai Vietnam itu.
1975: Perang Vietnam berakhir, hubungan Vietnam-China memburuk gara-gara keterkaitan Hanoi dengan Rusia, sementara Beijing mendukung Khmer Merah.
1979: China dan Vietnam berebut perbatasan, ribuan serdadu tewas.
1988: Dua pihak memperebutkan Kepulauan Spratly; sekitar 60 pelaut Vietnam tewas
1991: hubungan China-Vietnam dinormalisasi, hubungan perdagangan ditingkatkan
Â
2011: Ketegangan meningkat terkait atas eksplorasi Beijing di Laut China Selatan. (Riz)