Liputan6.com, Washington DC - Diany Foley tak pernah menyangka jika nasib anaknya berakhir tragis. Buah hatinya, James Foley yang merupakan wartawan asal Amerika Serikat dipenggal anggota kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Wanita paruh baya ini menjelaskan situasi beberapa hari sebelumnya akhirnya James dipenggal kelompok Daulah Islamiyah. Dia menyayangkan sikap pemerintahan Presiden AS Barack Obama yang gagal menyelamatkan anaknya. Menurut dia, seharusnya Obama lebih memprioritaskan keselamtan James.
"Yang kulihat, upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan Jim (James) sangat mengecewakan," ujar Diany, dalam wawancara khusus dengan CNN, Jumat (12/9/2014).
"Itu (pembebasan James) seperti bukan prioritas strategis. Seharusnya tidak begitu," imbuh dia.
Sebelum dipenggal, pemerintahan Obama sempat bernegosiasi dengan pihak ISIS. Kelompok militan yang juga dikenal dengan nama IS itu meminta uang tebusan dan pembebasan tawanan.
Diany mengaku, pada masa tersebut, ia dan keluarga diminta tidak berbicara ke media. Pemerintah AS berjanji akan membebaskan James lewat cara lain, selain tebusan dan pembebasan.
"Pemerintah tidak akan menukar (James) dengan tahanan atau mengambil tindakan militer untuk menyelamatkan anakku. Kami hanya diminta untuk percaya bahwa James pasti bebas, bagaimanapun caranya, mungkin itu keajaiban," jelas sang ibu.
Namun pada akhirnya James yang bekerja untuk Global Post dan AFP itu dibunuh ISIS. Video eksekusinya disebar lewat internet. Diany menilai hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi, komunikasi, dan prioritas oleh pemerintah.
"Jim dibunuh secara tragis. Dia dikorbankan karena hanya karena kurangnya koordinasi, komunikasi, dan prioritas," tandas Diany.
Beberapa pekan setelah eksekusi James Foley, jurnalis AS lain kembali dipenggal, yakni Steven Sotloff. Mirip dengan proses pemenggalan James Foley, Sotloff berlutut di padang pasir, mengenakan baju oranye mirip seragam tahanan.
Algojo bertopeng berdiri, memegang pisau. "Aku kembali, Obama. Kembali lagi, karena kebijakan luar negeri aroganmu terhadap 'Negara Islam'," kata algojo itu. "Seperti halnya rudal Anda yang terus menyerang orang-orang kami, pisau kami akan terus menyerang leher orang-orang Anda."
Algojo diduga orang yang sama yang memenggal Foley. Pemenggalan juga dilakukan di lokasi serupa, yang mungkin di sekitar Raqqa, salah satu daerah paling aman untuk ISIS. Demikian kata Peter Neumann, seorang profesor di King's College London.
"Sebuah koreografi yang sama persis," kata Neumann. "Wartawan berbicara, algojo ISIS bicara. Kemudian korban dipenggal." (Mut)
Wartawan AS Dipenggal ISIS, Sang Ibu Salahkan Obama
Beberapa pekan setelah eksekusi James Foley, wartawan AS lain kembali dipenggal ISIS, yakni Steven Sotloff.
diperbarui 12 Sep 2014, 17:32 WIBDiterbitkan 12 Sep 2014, 17:32 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hore, Harga Tiket Pesawat Turun 10% Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Mentan Amran Tindak Tegas 27 Perusahaan Pupuk yang Bisa Rugikan Petani Rp3,23 Triliun
Tantang Port FC di ACL 2, Persib Bandung Berkekuatan 20 Pemain
China Tawarkan Atraksi Ekstrem Baru, Nikmati Pemandangan dari Tangga Langit Setinggi 1.524 Meter
Sah! BPN Berikan Hak Pakai Lahan 145,89 Ha ke Subholding Upstream Pertamina Group*
Meiska Bersiap Emosional Saat Menyanyikan Soundtrack untuk Film 1 Imam 2 Makmum
Melimpah di Indonesia, Gas Bumi jadi Penunjang Transisi Energi
Kebiasaan Ngemil Ini Ternyata Bisa Picu Diabetes, Hindari Makanan Tersebut
BPOM Ciduk 16 Produk Kosmetik Palsu, Tersebar di Jakarta hingga Makassar
5 Arti Mimpi Pingsan dalam Islam, Cerminkan Kondisi Psikologis Seseorang
Tips Pintar Bahasa Inggris: 41 Cara Efektif Kuasai dalam Waktu Singkat
Saksikan Sinetron Luka Cinta Episode Selasa 26 November 2024 Pukul 21.30 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya