Ilmuwan Teliti Cumi Raksasa Seukuran Minibus Berbobot 350 Kg

Cumi raksasa berkelamin betina itu merupakan spesimen kedua yang pernah ditemukan dalam keadaan utuh di lautan Antartika.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Sep 2014, 12:21 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2014, 12:21 WIB
Cumi-cumi raksasa berbobot 350 kg
Cumi-cumi raksasa berbobot 350 kg (AFP)

Liputan6.com, Auckland Cumi-cumi raksasa seukuran minibus dan berbobot 350 kg yang telah dibekukan selama 8 bulan di museum Te Papa, Wellington, Selandia Baru kini mulai dicairkan guna untuk penelitian. Para ilmuwan memiliki kesempatan untuk menguak salah satu mahkluk laut misterius itu.

Salah seorang ilmuwan dari Auckland University of Technology, Kat Bolstad menggambarkan bahwa mahkluk itu sangat besar dan indah.

"Ini pada dasarnya adalah sebuah spesimen utuh, yang memberi kesempatan kepada kami untuk menelitinya. Ini adalah kesempatan spektakuler," katanya seperti dikutip Daily Mail, Rabu (17/9/2014).

Cumi raksasa itu merupakan spesimen kedua yang pernah ditemukan dalam keadaan utuh di lautan Antartika.

Cumi yang diketahui berjenis kelamin betina itu memiliki 8 tentakel yang panjangnya masing-masing mencapai lebih dari 1 meter.

"Kami sangat bersemangat untuk mengetahui hal itu... ternyata yang satu ini adalah perempuan, ia mengandung beberapa telur. Ini adalah cumi-cumi raksasa paling sempurna yang pernah kulihat" kata Bolstad kepada wartawan.

Secara keseluruhan, hewan bertinta itu diperkirakan memiliki panjang 4-5 meter dari kepala hingga ujung tentakel. Layaknya gurita, spesies ini memiliki 3 hati -- yang memompa darah ke seluruh tubuh dan dua paru-paru. Ukuran mata hewan ini berdiameter 35 cm.

"Ia memiliki 2 mata sempurna yang sangat besar dan halus karena cumi ini tinggal di laut dalam. Sangat jarang ditemukan cumi yang memiliki kondisi mata yang baik," tambah Bolstad.

Para ilmuwan berharap nantinya hasil dari penelitian ini akan mampu menjawab sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan rantai makanan, variasi genetik diantara jenis cumi-cumi yang berbeda, dan bagaimana kehidupan cumi raksasa.

Temuan spektakuler ini membuat masyarakat menjadi takjub. Tercatat, sekitar 142.000 orang dari 180 negara telah menyaksikan rekaman video pembedahan cumi raksasa ini melalui internet.

Sebelumnya, hewan bertentakel itu ditemukan di wilayah terpencil di Laut Antartika Roos pada musim panas oleh kru kapal yang tengah mencari ikan.

Kapten kapal, John Bennet dan krunya pun terkejut ketika menarik jala yang berisi mahkluk bertentakel seperti selang pemadan kebakaran dan memiliki mata seperti piring makan dari kedalaman 1 mil di bawah permukaan laut.

Hebatnya, Bennet juga pernah menangkap hewan serupa pada 7 tahun yang lalu. Cumi raksasa pertama yang ditangkapnya kini dipamerkan di Museum Nasional  Te Papa. Sedangkan penangkapan keduanya itu disimpan khusus untuk bahan penelitan.

Selanjutnya: Legenda Makhluk Misterius Kraken ...

Legenda Makhluk Misterius Kraken

Makhluk mitos Kraken
Makhluk mitos Kraken (Wikipedia)

Legenda Makhluk Misterius Kraken

Temuan cumi raksasa mengingatkan kembali pada monster laut bernama Kraken. Makhluk itu ada dalam kisah yang beredar di kalangan pelaut Norwegia dan Islandia.

Kraken bahkan muncul dalam buku sejarah alam Norwegia, 'Natural History of Norway' terbitan tahun 1752 yang dikarang Uskup Borgen, Erik Pontoppidan. Saking besarnya, konon monster laut itu  sanggup menelan kapal besar atau ikan paus hanya dalam sekali membuka mulut.



Entah benar atau hanya mitos, pada tahun 2011 lalu, seorang peneliti mengklaim, ia telah menemukan bukti bahwa mahluk mistis itu benar-benar ada. Adalah Mark McMenamin, paleoantologis dari Mount Holyoke College, Massachusetts, yang mengaku menemukan sisa-sisa mahluk laut, di mana Kraken diduga kuat berada di balik kematian mereka.

McMenamin mengatakan, bukti keberadaan Kraken -- yang panjangnya bisa mencapai 30 meter -- berasal dari bekas luka menganga yang ada di tubuh reptil laut raksasa -- predator, ichthyosaur yang besarnya mirip bus sekolah. Mahluk itu tenggelam dengan kondisi leher patah.

Hasil temuan itu dipresentasikan dalam pertemuan tahuan Geological Society of America di Minneapolis. Peneliti mengklaim, dasar teorinya adalah, lokasi fosil dan tanda hisapan pada tulang. Sementara para kritikus menganggap, klaimnya itu tak lebih dari sekedar dugaan. (Imelia Pebreyanti)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya