Liputan6.com, Bristol - Berlatar belakang banyaknya makanan sisa, para aktivis membuat kafe unik. Mereka prihatin dengan banyaknya bahan pangan yang dibuang percuma.
Skipchen, itu nama kafe non-profit di Stokes Crof yang dikelola oleh para aktivis itu.
"Kami melihat mereka membuang makanan kadaluarsa dan kami langsung mengambilnya, memasukkannya ke lemari es," jelas manajer kafe, Sam Joseph seperti dimuat BBC yang dikutip Jumat (10/10/2014).
Menu berubah setiap hari, seperti lobster, dadar telur keju dan aneka hidangan laut. "Orang dari berbagai latar belakang datang ke kafe, dan duduk di dua meja panjang. Jadi Anda bisa melihat pengusaha duduk di samping seorang tuna wisma di jam makan siang," kata Joseph.
"Orang kadang berpikir mereka akan merebut jatah makanan orang yang lebih membutuhkan, kalau mereka datang ke kafe kami. Tapi sejujurnya ada banyak sekali makanan yang kami miliki untuk semua orang," jelas dia.
Kafe itu juga telah bekerja sama dengan jaringan restoran siap saji Nando's untuk mengambil kelebihan ayam dari cabang-cabang restoran itu di Bristol. Uniknya lagi, setiap makanan tak dibanderol harga. Melainkan boleh dibayar serelanya.
Restoran unik ini buka dari Senin sampai Jumat mulai pukul 09.00 sampai 15.30 seore waktu setempat.
Baca Juga
Banyaknya makanan sisa menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sebab masih banyak orang di dunia yang kelaparan.
Advertisement
Tiga badan PBB, United Nations food agency (FAO), International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan World Food Programme (WFP) merilis laporan terbaru pada Selasa, 16 September, yang menunjukkan jumlah orang yang mengalami kekurangan gizi telah menurun lebih dari 100 juta. Namun bukan berarti kelaparan lenyap.
Meskipun mengalami penurunan namun diperkirakan, sekitar 805 juta atau 1 dari 9 orang masih menderita kelaparan. Sebanyak 791 juta kasus diantaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Sejumlah pejabat PBB mengaku penurunan angka tersebut masih jauh di bawah target mereka dalam upaya memberantas masalah kemiskinan dan kelaparan global -- untuk mengurangi setengah jumlah orang yang menderita kelaparan antara tahun 1990 dan 2015.
Selain di Bristok, Inggris, kafe unik serupa itu juga ada di Somerville Massachusetts, Amerika Serikat. Menyajikan makanan yang diramu dari bahan-bahan sisa yang ditemukan di tempat sampah.
Didirikan oleh mahasiswa Tufts University, Maximus Thaler, rumah makan ini disebut sebagai restoran 'underground' dan toko kelontong. Menunya akan ditentukan sesuai dengan bahan-bahan apa saja yang ditemukan di tong sampah terdekat. Seperti daging, ikan, sayuran, yang semua ada di tong sampah.