Liputan6.com, Paris - Adegan mengerikan terjadi di kantor pusat Charlie Hebdo (Charlie Weekly) di Paris, Prancis, Rabu (7/1/2015). Sekelompok pria yang memakai kedok hitam menyerbu dan melepaskan tembakan membabi buta, menewaskan 12 orang, termasuk 2 anggota polisi.
Sementara, 20 orang terluka dalam serangan tersebut, 5 di antaranya dalam kondisi kritis. Ini adalah serangan militan terburuk di Prancis dalam beberapa dekade terakhir.
Charlie Hebdo, majalah itu memang dikenal sering memicu kontroversi dengan artikel atau kartun mereka yang bernada satire atau menyindir pemimpin politik maupun spiritual. Media itu pernah memuat karikatur Nabi Muhammad. Tweet terakhir mereka menyindir Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS -- kelompok militan yang merajalela di Suriah dan Irak.
Presiden Prancis, Francois Hollande bergegas ke lokasi kejadian. "Sebuah kebiadaban yang tak terlukiskan dengan kata-kata baru saja dilakukan hari ini di Prancis," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari Reuters.
"Langkah-langkah telah diambil untuk menemukan mereka yang bertanggung jawab, aparat akan memburu mereka, menangkap, dan menyeret mereka ke pengadilan."
Seorang pejabat polisi mengatakan orang-orang bersenjata melarikan diri ke arah timur pinggiran kota Paris dengan sebuah mobil.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga mengutuk aksi kekerasan tersebut. "Kami bekerja sama dengan pejabat Prancis. Dan saya telah memerintahkan pemerintahan AS untuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk membawa teroris itu ke pengadilan,"kata Obama dalam sebuah pernyataan. Pun dengan Kanselir Jerman Angela Merkel yang mengutuk insiden itu.
Sepuluh staf Charlie Hebdo tewas seketika dalam serangan. Sumber dekat dengan majalah itu mengatakan, mereka yang tewas termasuk salah satu pendiri media Jean "Cabu" Cabut dan pemimpin redaksi Stephane "Charb" Charbonnier.
Prancis tahun lalu memperkuat UU Antiterorisme dan bersiaga menghadapi potensi serangan balasan atas serangan militer negara itu ke kubu militan di Timur Tengah dan Afrika.
Belum jelas siapa pelaku dari tindakan kejam tersebut. Hassen Chalghoumi, imam di Masjid Drancy di Seine-Saint-Denis Paris, juga mengutuk tindakan itu.
"Aku sangat marah. Mereka adalah penjahat, barbar," kata dia. "Ini bukan ekspresi kebebasan, bukan Islam. Saya berharap Prancis bersatu untuk mengakhiri kebengisan ini."
Potensi Ancaman
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. Polisi masih mengejar pelaku yang melarikan diri dari lokasi kejadian.
"Tiga orang bersenjata terlibat dalam serangan teror ke kantor majalah Charlie Hebdo," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve. Lihat videonya di tautan ini.
Penjagaan di TKP juga diperketat, aparat berjaga di antara mobil- mobil yang jendelanya hancur akibat berondongan peluru. (Ein/Riz)
Advertisement