Liputan6.com, Tunis - Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi menegaskan bahwa negaranya kini dalam keadaan perang dengan teroris. Untuk itu, keamanan pun ditingkatkan di kawasan-kawasan wisata. Sebab perekonomian Tunisia amat tergantung pada pariwisata.
"Kelompok minoritas yang buas ini tidak akan membuat kita takut. Kami akan berperang melawan mereka sampai habis," kata Essebsi dalam pernyataan yang disiarkan di TV nasional seperti dikutip dari BBC, Kamis (19/3/2015). "Demokrasi akan menang dan akan bertahan," tegas Essebsi.
Sementara itu, Perdana Menteri Habib Essid pun mengecam aksi barbar para teroris tersebut. "Ini adalah momen penting dalam sejarah kita, dan saat yang menentukan bagi masa depan kita," ucap dia.
Korban serangan teroris bersenjata di Museum Bardo yang terletak di Tunisia dilaporkan telah mencapai 22 orang. Termasuk 20 wisatawan asing, sementara sekitar 40 lainnya cedera. (Baca: 22 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Museum Tunisia). Sumber lain, seperti CNN menyebut, jumlah korban tewas 18 orang. Sementara Huffington Post menyebut 21 orang, termasuk 2 pelaku. Jumlah pasti korban masih simpang siur.
Serangan di dekat gedung parlemen di ibukota Tunis, Rabu 18 Maret waktu setempat itu juga menewaskan 2 penyerang dan seorang polisi dalam upaya pembebasan para sandera.
"Turis asal Italia, Spanyol, Polandia, dan Jerman termasuk dalam korban yang tewas," papar PM Essid.
Saat serangan terjadi, anggota parlemen sedang membahas undang-undang antiteroris, dan langsung dievakuasi. Namun setelah operasi keamanan berlangsung, pada malam harinya para politisi kembali ke parlemen sebagai bentuk perlawanan dan menunjukkan persatuan nasional.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pengunjung Museum Nasional Bardo. (Tnt/Ein)
Advertisement