Jurus Lee Kuan Yew Bawa Singapura Paling Bersih dari Korupsi

Menurut Indeks Korupsi Dunia 2014 yang dirilis Transparency International, Singapura menjadi negara yang paling bersih korupsi di Asia.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 23 Mar 2015, 06:31 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2015, 06:31 WIB
Lee Kuan Yew
Lee Kuan Yew (Vulcan Post)

Liputan6.com, Singapore City - Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Negeri Singa pada Senin dini hari tadi. Beliau wafat setelah beberapa pekan berjuang melawan pneumonia atau paru-paru basah.

Lee dikenal sebagai Bapak Bangsa. Dia merupakan pendiri Singapura yang telah berhasil membawa negara dengan luas wilayah kecil tersebut menjadi raksasa pusat bisnis internasional.

Tak hanya itu, "Harry" Lee Kuan Yew juga berhasil menjadikan Singapura sebagai salah satu negara paling bersih dari korupsi. Menurut Indeks Korupsi Dunia 2014 yang dirilis Lembaga Transparency International, Singapura menjadi negara yang paling bersih di Asia dengan skor 84.

Untuk skala internasional, negeri Singa itu menempati posisi ke-7 dalam Indeks yang dikeluarkan Transparansi Internasional. Jepang berada di peringkat 15 dengan skor 76.

Selama memimpin Singapura, Lee menerapkan kebijakan khusus untuk membangun negara. Salah satunya, Lee menerapkan negara yang bebas ideologi dan pemerintahan yang alergi-kritik, efisien, visioner atau berpandangan ke depan.

"Di sini bebas dari ideologi apapun," ujar Lee dalam wawancara dengan The New York Times pada 2007 silam yang kembali dimuat pada Senin (23/3/2015).

"Apakah ini berhasil? Jika berhasil, mari kita coba. Jika tidak berjalan, maka coba lagi," imbuh dia. Dan apa yang ia jalankan berhasil. Singapura menjadi negara besar dengan tingkat korupsi yang sangat minim.
 
Lebih jauh, Singapura punya Undang-Undang yang dinamakan Internal Security Act (ISA) untuk mencegah berkembangnya paham komunis di negara-kota yang saat itu dikuasai Inggris. UU ini sebenarnya sudah berlaku jauh sebelum Lee berkuasa, yaitu 1948. Pria kelahiran 16 September 1923 itu mewarisi dan melanggengkannya.

Dengan UU ini, seseorang yang dianggap membuat kegaduhan politik bisa ditahan dalam jangka waktu lama, tanpa proses pengadilan. Tokoh oposisi, Chia Thye Poh, misalnya, ditahan selama 23 tahun. Berkumpul untuk membicarakan politik tanpa izin juga merupakan tindak pidana.

Pada 2002, Lee pernah menguggat Bloomberg atas adanya kolom Patrick Smith yang menuliskanya melakukan nepotisme karena menempatkan sang menantu sebagai pimpinan di Temasek, BUMN terbesar Singapura. Bloomberg mengaku bersalah. Lembaga pers itu meminta maaf dan membayar ganti rugi.

Saat ditanya mengapa Lee menggugat Bloomberg. Dia menjelaskan, "jika orang lain meragukan integritas kita, maka kita harus membersihkan nama baik ini" lanjutnya.

"Jika seorang seperti Patrick Smith dibiarkan, maka bakal ada puluhan Patrick Smith lainnya," ujar Lee. "Kalau dibiarkan, pemerintah Singapura bakal dibanjiri fitnah."

Atas penerapan itu, baik pihak lokal maupun asing enggan untuk berbicara sembarangan di Singapura. Tak ada yang berani menduga apalagi memfitnah hingga mengacaukan stabilitas negara.

Lee memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk membangun pemerintahan yang bebas korupsi dan memperkenalkan sistem beasiswa kontroversial. Ia memperjuangkan agar pemerintah memberikan beasiswa dan kini terbukti Singapura bisa membayar kuliah sendiri tanpa investasi asing dan menciptakan pendidikan yang lebih baik.

Saat dilanda masalah serius yaitu tingginya pengangguran, kurangnya pemukiman, dan korupsi yang merajalela, Lee Kuan Yew menyiasatinya dengan memulai program industrialisasi, program perumahan rakyat murah, dan strategi antikorupsi yang komprehensif serta lembaga penegakan hukum yang efektif. (Riz)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya