Liputan6.com, Sinai - Pertempuran antara tentara Mesir dengan kelompok militan ISIS di Semenanjung Sinai memakan banyak korban. Dilaporkan menewaskan lebih dari 100 orang.
"17 di antaranya tentara -- termasuk empat perwira -- tewas, setelah militan melancarkan serangan hampir bersamaan di pos pemeriksaan militer di Sheikh Zuweid dan Rafah," ungkap militer Mesir seperti dikutip dari BBC, Kamis (2/7/2015).
"Operasi tidak akan berhenti sampai daerah itu bersih dari semua kegiatan teroris," tambah pihak militer.
Menurut laporan yang beredar, korban jiwa di kalangan tentara jauh lebih tinggi.
Serangan itu adalah salah satu serangan terbesar terkoordinasi yang terafiliasi ISIS di Sinai. Semenanjung Sinai telah berada di bawah keadaan darurat dan jam malam sejak Oktober 2014, ketika puluhan tentara tewas dalam serangan militan.
Secara terpisah, pada Rabu 1 Juli, para pejabat keamanan mengatakan 9 anggota Ikhwanul Muslimin 'terlarang', termasuk mantan anggota parlemen Nasr al-Hafi tewas dalam penggerebekan polisi di sebuah flat di Kairo barat.
Serangan itu berlangsung hampir bersamaan dengan serbuan di lima pos pemeriksaan polisi di sekitar Sheikh Zuweid. Aksi barbar kali ini merupakan yang terbesar yang dikoordinir oleh ISIS di Sinai.
Para saksi mata mengatakan, mereka melihat militan berkeliaran di jalanan di bagian utara kawasan itu dan bertempur dengan tentara. Namun juru bicara militer Mesir, Brigjen Mohammed Samir, kepada stasiun TV pemerintah mengatakan situasinya '100% terkendali'.
Advertisement
"Pasukan di lapangantelah mengendalikan keadaan. Kelompok yang ditangkap sedang diinterogasi oleh tim investigasi..," tutur Mohamed Samir.
Sementara itu, pihak Mesir sejauh ini sudah mengirim jet F-16 untuk membombardir para militan di beberapa lokasi.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, negaranya menyatakan belasungkawa kepada pemerintah dan rakyat Mesir, untuk para korban yang meninggal karena ISIS.
Para militan di Semenanjung Sinai meningkatkan serangannya atas aparat keamanan sejak militer menggulingkan presiden Mohammad Morsi, Juli 2013 lalu. Sejak maraknya serangan militan Islam, sedikitnya 600 polisi dan tentara tewas. (Tnt/Ein)