Liputan6.com, Oklahoma Gadis kecil yang manis mengalami patah hati setelah seorang petugas taman bermain air berlaku diskriminatif terhadapnya.
Anak perempuan berusia 8 tahun bernama Averie Mitchell ini memiliki kaki palsu, sang petugas yang melihat kakinya kemudian melarangnya bermain di tempat tersebut. Ia beralasan kaki palsu Averie dianggap bisa menggores dan merusak fasilitas taman bermain air.
Dilansir dari mirror.co.uk, Jumat (7/8/2015), insiden yang membuat miris itu terjadi di Wild West Water Works Frontier City di Oklahoma City. Averie terpaksa turun dari wahana air setelah seorang pekerja melihat kakinya dan melarangnya bermain.
Advertisement
Ayahnya, John, mengatakan, "Kepala petugas datang ke sana, menunjuk kakinya dan berkata, 'Ia tidak diperbolehkan bermain di wahana kami.”
“Ia (Averie) menangis. Ia kira dirinya telah melakukan sesuatu yang salah," lanjutnya.
Averie lahir dengan kondisi langka yang menyebabkan "sendi palsu" untuk membentuk setengah jalan antara lutut dan pergelangan kaki. Ia dilahirkan dengan dua patah tulang di kakinya dan kaki kanannya diamputasi di bawah lutut saat dia berusia 2 tahun.
Meskipun begitu, Averie tetap bertekad bersaing di turnamen senam dan mengambil bagian dalam akrobat sirkus saat sekolah musim panas. Namun, hati anak ini hancur saat ia diantar keluar taman bermain oleh petugas keamanan, karena kepala taman bermain mengatakan bahwa kaki palsunya bisa menggores seluncuran.
"Saya sangat marah," kata John. "Kami sudah beberapa kali pergi ke taman bermain air dan tidak pernah ada masalah. Ia bisa meluncur turun dari papan seluncuran seperti orang lain."
Ayah Averie menambahkan bahwa kaki plastik putrinya dilengkapi lapisan gel lembut sehingga tidak mungkin kaki palsunya akan menggores seluncuran.
"Saya hanya ingin mereka mengubah kebijakan tersebut. Jika kondisinya tidak menyebabkan masalah keamanan, seharusnya tidak menjadi masalah sama sekali," katanya.
Ibunya, Kimberly Mitchell, sangat sedih dan marah atas apa yang terjadi pada putrinya. Ia meluapkan kekecewaannya di Facebook.
"Ini soal kenyataan adanya 2 juta orang yang harus menjalani amputasi di luar sana. Beberapa prajurit perang pulang dengan cacat tungkai, ada orang-orang yang mengalami kecelakaan, penderita diabetes," tulisnya.
Meskipun telah mendapat ganti rugi penuh dari pihak taman bermain, kedua orangtua Averia berharap agar mereka dapat membuat peraturan yang lebih jelas dan adil. (Dsu/hdy)