Cemas Jalan Sendirian, Kakek Buat Kursi Roda Tandem Untuk Istri

Seorang kakek melakukan modifikasi kursi roda istrinya yang menderita rematik agar mereka bisa selalu bersama.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 22 Okt 2015, 12:37 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2015, 12:37 WIB
Kursi roda cinta (3)
Seorang kakek melakukan modifikasi kursi roda istrinya yang menderita rematik agar mereka bisa selalu bersama. (Sumber CCTV via Shanghaiist)

Liputan6.com, Luoyang - Beberapa hari sebelum perayaan Chongyang, hari kaum manula di Tiongkok, kisah kasih sepasang kakek nenek dari Luoyang, Tiongkok, merebak di dunia maya Tirai Bambu tersebut.

Kakek bernama Xu Suobao (79) menciptakan kursi roda istimewa untuk istrinya, Zhoushu Di, yang menderita rematik selama 40 tahun terakhir ini.

Seorang kakek melakukan modifikasi kursi roda istrinya yang menderita rematik agar mereka bisa selalu bersama. (Sumber CCTV via Shanghaiist)

“Ia selalu ingin jalan-jalan ke luar, ke taman, atau ke rumah sakit. Biasanya ia ‘mengemudikan’ kursi rodanya dan aku mengikuti dari belakang. Tapi kalau jaraknya jauh, aku tak akan sanggup menyusulnya, namun aku khawatir jika dia pergi sendirian. Maka aku melakukan perubahan pada kursi rodanya.”

Seorang kakek melakukan modifikasi kursi roda istrinya yang menderita rematik agar mereka bisa selalu bersama. (Sumber CCTV via Shanghaiist)

Shangaiist mengutip China Daily mengungkapkan bahwa ruang di atas kursi roda memiliki  cukup untuk menampung paustri tersbut. Kendaraan ini melaju dengan daya baterai dan dilengkapi dengan 'toilet' untuk keadaan darurat.

Netizen di Tiongkok memberikan dukungan yang menyentuh kepada pasangan itu. Mereka telah memberikan kursi roda mili Xu sebagai “Kursi Roda Cinta” dan memberi gelar, “Pasangan Paling Serasi”.

Seorang kakek melakukan modifikasi kursi roda istrinya yang menderita rematik agar mereka bisa selalu bersama. (Sumber CCTV via Shanghaiist)

Perayaan Chongyang, dikenal juga dengan Perayaan Sembilan Sembilan adalah hari istimewa di Tiongkok untuk memperlihatkan hormat dan sayang kepada lansia.

Tahun ini, perayaan tersebut jatuh pada Rabu, 21 Oktober 2015, dan laman Shanghaiist sendiri telah menayangkan sejumlah laporan mengenai kegigihan kaum lanjut usia ini.

Kisah lainnya adalah tentang seorang warga yang berusia 93 tahun dari Guangzhou yang masih kekar karena aktif ikut kebugaran. Pria pencinta tata busana amatir berusia 80 tahun yang merancang pakaiannya sendiri, dan siswa 84 tahun yang pada akhirnya meraih gelar dalam olahraga tenis setelah belajar selama 10 tahun. (Alx/Rcy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya