Liputan6.com, Lima - Di tanah kelahiran suku Inca yang keramat, di dalam birunya air danau Titicaca, berenanglah kawanan kodok yang dikenal dengan nama Telmatobius culeus, dan oleh penduduk lokal dengan nama "Kodok buah Zakar".
Kodok tersebut mendapat namanya dari kulitnya yang menggelambir, dan juga karena selama 20 tahun, hewan ini menjadi bahan utama untuk jajanan pinggir jalan yang diminati kaum pria.
Dikutip The Plaid Zebra, Selasa, (3/11/2015), jus kodok ini memiliki sebutan bahasa Andea "Viagra Perunia". Dengan harga Rp. 26 ribu, rakyat Peru bisa mendapatkan satu gelas jus kodok segar. Ramuan alami ini dipercaya bisa menyembuhkan osteoporosis, anemia, bronchitis, dan impotensi.
Advertisement
Untuk membuat jus, kodok yang sudah dibanting-banting tubuhnya ke meja dan dikuliti dicampur dengan wortel, akar maca, madu, dan kaldu kacang putih dalam blender.
Pada beberapa tahun terakhir, kepopuleran jus kodok meningkat, dengan beberapa penjaja jalanan memblender 50 sampai 70 ekor kodok setiap harinya.
Kodok Titicaca dikategorikan sebagai "dilindungi" sejak 2004. Bahkan, tahun lalu, amfibi itu masuk dalam daftar IUCN Red List sebagai "Sangat Langka". Pelestarian Hutan dan Alam Liar Peru pernah menyita 4.000 kodok dalam satu hari sidak. Para ahli biologi mulai memperhatikan efek terpendam populasi yang makin berkurang pada keseimbangan ekosistem.
Walau penjualan hewan liar yang masuk kategori langka ilegal menurut hukum dunia, pasar gelap masih tersebar karena tradisi budaya. Si kodok kini bergabung dengan Paus Biru, Lynk Iberia, dan Harimau China di daftar "sangat langka".
Banyak penduduk lokal yang percaya pentingnya jus kodok secara budaya terletak pada kepercayaan nenek moyang. Namun, tidak ada bukti tertulis akan hal ini. Keuntungan minum jus kodok secara medis pun dipertanyakan. Apalagi jus kodok itu selalu disajikan dengan madu--yang merupakan antibiotik alami, dan maca, akar tumbuhan yang terbukti meningkatkan gairah seks. (Ikr/Rie)