Ketakutan Menyelimuti Sela-Sela Jalanan Paris

Para turis atau pejalan kaki lain yang tengah menikmati keindahan Paris terpaksa berlindung di bar terdekat, rumah teman, atau rumah-rumah.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 14 Nov 2015, 23:45 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2015, 23:45 WIB
20151114-Karangan-Bunga-Korban-Bom-Perancis-Reuters
Seorang wanita menaruh bunga di dekat Kedutaan Besar Prancis untuk memperingati korban serangan di Paris, di Kiev, Ukraina, (14/11/2015). Serangan teroris yang terjadi di Paris telah menewaskan sekitar 140 orang. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

Liputan6.com, Jakarta - Negara dalam keadaan darurat, setelah serangan teroris berturut-turut menimpa Paris. Para penyerang tahu benar apa yang mereka targetkan tatkala para Parisien --demikian orang Paris menyebut dirinya-- menghabiskan Jumat malam di kota fashion nan gemerlap itu.Para teroris itu telah merencanakan serangan brutal, di mana pada Jumat 13 November malam akan ada keramaian di sebuah tempat konser, restoran, bar, dan tentu saja, di stadion nasional di mana sebuah pertandingan internasional tengah berlangsung."Paris benar-benar darurat perang sekarang," tutur wartawati Anne-Charlotte Hinet kepada CNN, setelah para penyerang menyebut 6 lokasi di tengah kota. Otoritas keamanan telah melarang para penduduk untuk tetap tinggal di rumah. Kota menjadi kota mati. Banyak gedung milik umum ditutup dan kendaraan militer hilir mudik menyisakan sisa debu."Situasi tegang sekali," ucap Gregory Philips, deputi editor Radio Prancis kepada CNN pada Sabtu (14/11/2015) dini hari."Orang-orang… mereka benar-benar tidak mau keluar."Para turis atau pejalan kaki lainnya yang tengah menikmati keindahan Paris terpaksa berlindung di bar terdekat, rumah teman, atau rumah-rumah siapa pun yang terbuka kepada mereka yang tak bisa pulang ke apartemen.Gerakan #PourteOuverte mengartikan bahwa rakyat Prancis bertindak, mengulurkan tangan, membuka pintu rumah mereka untuk sesama warga yang dicekam ketakutan dan takut untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Sejumlah orang mem-posting pesan dengan hashtag #PorteOuverte lengkap dengan alamat mereka.Menurut pengguna Twitter, Bradley Booth, apa yang dilakukan warga Prancis membuktikan, teroris tak pernah menang."Lagi pula kami tidak tahu jika masih ada teroris berkeliaran di luar, oleh sebab itu, banyak yang menawarkan tempat tinggal mereka kepada siapa yang tak bisa pulang ke rumah," kata Philips lagi.Kini, para penduduk Paris bangun pagi dengan perasaan tidak tenang. Benarkah ISIS di balik serangan itu? Atau bukan? Kenapa?  Berapa orang yang tewas sebenarnya.Kata-kata ‘horor’, ‘kekerasan’ dan ‘perang’ menghiasi headline dan tajuk utama surat kabar. Memberitakan betapa serangan tersebut mengagetkan.Ada orang-orang berjalan di tengah kota pada Sabtu pagi, namun sangat sedikit sekali dibanding hari normal lainnya."Biasanya, jam segini di Paris, kalian bisa lihat mobil berseliweran, anak-anak bermain di jalan-jalan," kata Geraldine Schwarz, seorang wartawan di Koran La Monde."Pagi ini, saya turun cari roti dan kopi tapi semuanya tutup," tambah dia, lagi.

10 Menit yang Mengerikan

Jumat malam yang biasanya dimeriahkan dengan para Parisian dan turis menikmati makan malam atau minum kopi serta bir, berubah menjadi pemandangan memilukan. Jasad dan darah berserakan.Mobil polisi dan militer ditambah dengan ambulans berseliweran hilir mudik ke titik-titik lokasi penyerangan, yang kebanyakan adalah area kehidupan malam yang popular.Di Bataclan, sebuah gedung pertunjukan di bagian timur di tengah Paris, pria bersenjata menyerbu lokasi tatkala band AS nyaris mengakhir konsernya."Orang-orang berteriak," kata Julien Pearce, seorang wartawan yang tengah meliput konser music metal itu."Setidaknya 10 menit. Sepuluh menit yang mengerikan, di mana orang-orang tiarap menutup kepala mereka."Penyerbuan di Bataclan yang diwarnai dengan penyanderaan, menghasilkan korban tewas paling banyak di antara serangan lainnya malam itu.Bekerja di bar dekat gedung konser itu, Xavier Sarraute menduga, suara rententan dor dor adalah dari kecelakaan mobil. Namun, ia dan rekan kerjanya segera sadar bahwa yang mereka dengar adalah suara tembakan.Keduanya segera menyurh pelanggan masuk ke dalam bar dan menutup pintu."Pelangganku semuanya ketakutan," kata Sarrute. "Mereka tiarap di lantai dan melindungi diri mereka sendiri dengan meja.Situasi yang menyeramkan juga dialami Charlotte Brehaut dan kawannya yang sedang makan malam di Le Petit Cambodge, sebuah restoran Kamboja di tengah kota."Tiba-tiba kami dengar suara tembakan yang keras dan kaca pecah," kata Breahaut. "Kami semua kaget."Brehaut dengan segera menarik lengan perempuan untuk menjauhi kaca. Namun, seorang perempuan lain yang terkapar dengan luka tembakan di dada dan diselimuti darah tak bergerak. Ia mencoba memberikan pertolongan pertama, tapi tak ada respon.Tembakan juga dilaporkan mengenai Le Carillon, sebuah bar seberang restoran itu."Kami lagi dengar music saat kami pikir itu suara petasan," kata seorang dokter di rumah sakit yang tak jauh dari bar yang sedang istirahat sejenak."Namun tak berapa lama, pemandangan berubah seperti sedang perang. Darah di mana-mana," sambung dia.

Negara Darurat

Sementara, Pemerintah Prancis mengumumkan negara dalam keadaan darurat. Bangunan umum, sekolah, dan museum ditutup. Perbatasan juga diperketat. Dalam keterangannya, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, ia terguncang atas serangan mematikan itu."Jelas takut, namun ketakutan ini akan berbalik untuk melindungi negara, tahu bagaimana melindungi diri dan sekali lagi, kami akan melawan teroris ini," kata Hollande dalam keterangannya.Hollande juga mengemukakan bahwa serangan terkutuk itu dilakukan oleh ISIS."Serangan yang terjadi hampir bersamaan di Paris yang menewaskan sedikitnya 127 orang itu merupakan tindakan perang, yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS," kata Hollande yang dikutip BBC, Sabtu 14 November 2015.Hollande menambahkaan, serangan yang dilakukan 8 orang bersenjata dan bomber bunuh diri dilakukan secara terorganisir dan rencana yang luar biasa."Target serangan termasuk bar, restoran, konser, dan pertandingan sepak bola. ISIS mengaku serangan itu," ujar dia.Atas kejadian ini, tambah Hollande, Prancis menetapkan hari berkabung nasional 3 hari. Pihaknya pun meningkatkan keamanan di sejumlah titik lokasi yang vital. (Rie/Rmn)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya