Kisah Lisa, Satu-satunya Korban Selamat dari Pembunuh Berantai

Diculik oleh pelaku seks kejam, Lisa McVey Noland berhasil selamat dengan cara tak diduga.

oleh Indy Keningar diperbarui 22 Nov 2015, 19:05 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2015, 19:05 WIB
Kisah Lisa, Satu-satunya Korban Selamat dari Bobby Joe Long
Diculik oleh pelaku seks kejam, Lisa McVey Noland berhasil selamat dengan cara tak diduga.

Liputan6.com, Florida - “Anda berpikir, ‘itu tidak mungkin’. Namun itu terjadi pada saya.

Pagi dini hari, 3 November 1984, Lisa McVey Noland mengendarai sepedanya pulang ke rumah, setelah bekerja dua shift di restoran donat Krispy Kreme. Jam menunjukkan pukul 02:00, dan ia masih 17 tahun.

Pada malam harinya, ia sudah menulis surat bunuh diri. Setelah penyiksaan seksual bertahun-tahun dari anggota keluarganya, ia berpikir sudah kehilangan harapan. Malam itu, Lisa menghadapi insiden yang mengubah hidupnya selamanya.

“Saya melewati rute yang sama saat pulang. Tempatnya selalu gelap, namun malam itu seperti lebih gelap dari biasanya,” ungkap Lisa dikutip News.com.au. “Saya mengayuh sepeda di trotoar, namun ada mobil membunyikan klakson. Saya berpikir ‘aneh juga. Mengapa mobilnya meng-klakson, saya di trotoar,

“Saya sudah setengah jalan, memperhatikan mobil yang parkir di gereja. Saat melihat ke gereja, saya ditarik dari sepeda, sepertinya ada tiga atau empat orang menarik saya dari sepeda.

“Lalu, saya merasa ada pistol ditekan di pelipis kiri saya. Ia menyeret saya dari jalan. Saya tak melihat wajahnya. Ia memasukkan saya ke mobil yang saya lihat di parkiran, melempar saya ke sisi pengendara, ada pisau di tengahnya. Ia menutup
mata saya, mengikat tangan, pergelangan dan kaki saya, dan menyandarkan kursi saya," kenang Lisa 

“Tak lama, ia menjalankan mobil. Saya berpikir, ‘nah ini, saya akan dibunuh’.”

Lisa yang ditutup matanya dipaksa melakukan seks oral, sebelum ia dibawa ke apartemen. Ia gemetaran ketakutan. Di tempat inilah ia diperkosa secara brutal dan dijadikan budak seks selama 26 jam.

“Saya sangat ketakutan dia akan membunuh saya, di sinilah sebelumnya saya ingin bunuh diri, kini saya berjuang tetap hidup.” Ia tahu ia harus memiliki tekad bertahan hidup.

Bobby Joe Long merupakan pembunuh berantai ternama dan ditakuti. (foto: News.com.au)

Lisa belum menyadari, penculiknya adalah pembunuh berantai dan pelaku seks sadis, yang saat itu, sudah memperkosa lebih dari 50 wanita di area Miami-Fort Lauderdale sebelum pindah ke Tampa dan menyiksa delapan wanita, membuang mayat mereka, dan menjadi teror di komunitas.

Lisa lah yang menjadi korban Bobby Long berikutnya. Ia selanjutnya menyiksa secara seksual dan membunuh dua wanita lain setelahnya. Teror berkelanjutan darinya berlangsung delapan bulan.

“Saya diancam dengan senjata, saya diperkosa berkali-kali, sudah tidak ingat berapa kali,” Lisa mengenang teror yang dialaminya.

Selanjutnya, ia membawa Lisa ke kamar mandi dan memaksanya melepas pakaian, sebelum memandikannya.

“Ia sangat agresif. Saya menurut saja, karena takut jika tidak saya akan dibunuh. Ia masuk kamar mandi, dan mulai memandikan saya, mencuci rambut saya, mencoba menyentuh saya dengan lembut. Sungguh berkebalikan. Ia akan memeluk saya satu detik, lalu tiba-tiba berubah menjadi monster lagi. Satu menit anak 4 tahun yang manis, berikutnya jadi banteng mengamuk.”

“Saya ingat kami mengobrol, dan saya sempat bertanya mengapa ia melakukan ini pada saya. Ia mengaku untuk mencoba mendekati wanita lagi, setelah mengalami putus cinta yang menyakitkan."

Tawarkan Menjadi 'Kekasih'...

“Pria ini tahu apa yang dilakukan. Saya bisa saja mati, saya bisa saya berbaring terabaikan di suatu tempat. Saya ingat memohon ampun pada Tuhan, ‘apapun yang Kau lakukan, jangan biarkan ia membunuh saya’.”

Belajar dari serial TV kriminal, Lisa menyadari, cara untuk selamat adalah dengan cara cerdas. Dari matanya yang ditutup, dia melihat kilasan warna merah dan nomor plat mobil yang digunakan untuk membawanya. Ia menghitung jumlah anak tangga di
apartemen, yang disadarinya ada di area seperti hutan. Ia menempelkan sidik jarinya di berbagai area kamar mandi—toilet, cermin, tirai kamar mandi. Ia mencoba membuat dirinya bisa dipercaya.

“Setelahnya, ia mulai melunak, ia meletakkan tangan saya di wajah untuk merasakan mukanya. Kini saya tahu seperti apa ia terlihat,” ungkapnya. “Ada bekar cacar, kumis rapi, telinga kecil, rambut pendek, agak gempal, namun tidak kelebihan berat
badan, tubuhnya besar.”

Ia berbicara padanya seperti pada “anak empat tahun”, dan berhasil.

“Saya punya kecerdasan, dan melakukan segalanya yang saya bisa untuk mengingat semua detail mengenai keberadaan saya dan apa yang terjadi.”

Dalam 26 jam berikutnya Lisa menjadi sandera, ia mengembangkan hubungan baik dengan Long, menggunakan taktik psikologi. Lalu, sesuatu yang tak terduga terjadi, ia membiarkannya pergi.

”Sekitar jam 3:00, ia menyuruh saya berpakaian, dan bertanya, ‘apa yang harus saya lakukan padamu?’”

“Inilah cara saya mengambil hatinya. Saya katakan padanya, selagi mata saya ditutup dan diikat, ‘dengar, saya tahu kamu melakukan ini pada wanita lainnya karena hubungan yang tidak baik. Sungguh tidak menyenangkan cara kita bertemu, Anda seperti pria baik. Saya bisa merawat Anda, saya akan jadi kekasih Anda, dan tak akan mengatakan pada siapa-siapa bagaimana kita bertemu."

“Ia mengatakan, ‘tidak, tidak, saya tak bisa menahan kamu, dimana kamu tinggal? Saya akan menurunkanmu di area tempat tinggalmu.”

Lisa adalah satu-satunya korban Long yang bertahan hidup.

“Saya rasa dia bersimpati pada saya, namun saya tidak tahu mengapa ia tidak membunuh saya,” ungkapnya.

“Ia meninggalkan saya. Saya melepas penutup mata, dan yang pertama saya lihat adalah pohon ek indah ini. Inilah momen saya tahu hidup saya akan berubah. Saya melihat cabang kehidupan baru.”

Lisa kini menjadi polisi dan bertekad melindungi wanita lainnya dari petaka serupa. (foto: News.com.au)

“Saya ingin mati sebelumnya, dan sekarang saya ingin hidup.”

Pada momen itu, Lisa tahu ia diberi kesempatan kedua, dan ia menerimanya. Hari ini, Lisa adalah wakil kepala polisi di Hillsborough County, tak jauh dari tempatnya diculik. Seorang ‘pelindung’, seperti impiannya.

“Tak ada yang menjadi korban dalam pengawasan saya. Itulah yang menjadi motivasi saya menjadi polisi. Saya bukan lagi korban.”

Sementara, Long masih menunggu hukuman mati, 30 tahun mendatang. Lisa membantu polisi mencari si pembunuh berantai pada November 1984, ketika ia menerima dua hukuman mati, 34 hukuman jalan, dan 693 tahun tambahan.

“Saya ingin ia melihat seperti apa sekarang, betapa kuat saya, dan ia tidak merusak saya,” ungkapnya.

Lisa kemudian berkelakar: “Saya sudah tahu baju apa yang saya pakai ke eksekusinya. T-shirt dengan namanya di depan—Long, dan di belakang –Overdue. Jadi ‘Long Overdue’ (sudah lewat masanya). (Ikr/Rie)

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya