Teori Aneh Pembangunan dan Kegunaan Monumen Stonehenge

Pembangunan Stonehenge hingga masa kini masih merupakan misteri, namun ada teori-teori tak terduga di baliknya.

oleh Indy Keningar diperbarui 08 Des 2015, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 13:00 WIB
Berbagai Teori Pembangunan Stonehenge yang Tak Terduga
Pembangunan Stonehenge hingga masa kini masih merupakan misteri, namun ada teori-teori tak terduga di baliknya.

Liputan6.com, Pembrokeshire - Pembangunan monumen pra-historis Stonehenge masih merupakan misteri hingga saat ini.

Situs bersejarah yang terletak 13 km dari Salisbury, Inggris ini terdiri dari susunan batu-batu raksasa yang dibangun membentuk lingkaran. Pembangunannya terdata sejak ribuan tahun silam.

Satu bongkahan batunya memiliki bobot sekitar 40 ton. Ini mengantarkan pada pertanyaan, teknik  apa yang digunakan oleh para leluhur untuk membangun Stonehenge?

Gale Encyclopedia of the Unusual and Unexplained, melakukan percobaan pada tahun 1995 untuk mencoba mengangkat batu dengan berat yang sama dengan menggunakan kereta api-- namun upaya mereka gagal.

Rasanya mustahil jika ada teknologi 3000 Sebelum Masehi yang mampu mengangkat batu Stonehenge, namun pada kenyataannya bangunan itu sudah ada.

Penemuan terbaru membuktikan asal-usul misterius Stonehenge bisa menjadi jauh berbeda dari yang selama ini kita pikirkan.

Pada situs penggalian di perbukitan Preseli, Pembrokeshire, tim dipimpin profesor Mike Parker Pearson menemmukan sejumlah bukti bahwa batu yang digunakan untuk membangun Stonehenge digunakan dalam monumen berbeda di Wales.

Arkeologis menggunakan berbagai teknik, termasuk radiokarbon yang menemukan perkemahan para pekerja dari ribuan tahun lalu, serta lubang-lubang yang digali untuk mengumpulkan batu-batuan. Lubang-lubang itu tercatat berusia 3400 Sebelum Masehi sampai 3200 Sebelum Masehi, sedangkan Stonehenge baru dibangun di Wiltshire sekitar 2900 Sebelum Masehi.

Pearson mengungkapkan kepada Guardian: "'Stonehenge' pertama ada di Wales, dan apa yang kita lihat (di Wiltshire) adalah monumen 'bekas'."

"Normalnya, kita jarang membuat penemuan menakjubkan, namun inilah salah satunya."

Penemuan ini memberi teori baru yang kuat mengenai asal-usul bangunan bersejarah tersebut.

Dikutip Independent, Selasa (8/12/2015) inilah sejumlah teori lainnya mengenai Stonehenge:

Alien

alien
Saat ini para makhluk luar angkasa masih jauh untuk menculik manusia ke piring terbang. (foto: humansarefree.com)

Dibantu Alien

Batu terberat Stonehenge berbobot 50 ton, dan peradaban yang membangunnya tak meninggalkan bukti bagaimana mereka mengangkatnya, sehingga menjadi pertanyaan yang tak terjawab hingga hari ini.

Pada masa pembangunan Stonehenge, roda pun belum ditemukan-- sementara percobaan di era modern untuk mengangkat batu dengan berat tersebut gagal total.

Alternatifnya, buku Chariots of the Gods? karya Erich von Daniken mengungkapkan argumen campur tangan alien mengenai megastruktur kuno, seperti piramida Mesir, kepala patung Pulau Paskah, dan Stonehenge.

Raksasa

Berbagai Teori Pembangunan Stonehenge yang Tak Terduga
Raksasa yang membantu membangun Stonehenge. (foto: Independent)

Raksasa yang mengangkat

Salah satu teori yang lebih mirip sebuah konspirasi adalah keyakinan bahwa spesies raksasa membantu dalam pembangunan Stonehenge.

Nephilim, ras raksasa yang hampir punah oleh banjir di era Nabi Nuh, diduga menggunakan kekuatan dan tinggi tubuh mereka untuk membantu membangun Stonehenge.

Terdengar tak masuk akal, namun itu bukan tanpa bukti. Dalam penggambaran tertua mengenai Stonehenge, ditemukan di buku sejarah Abad pertengahan, Brut, yang terbit di tahun 1100'an, sosok raksasa terlihat membantu Merlin menyusun bangunan.

Namun, kurangnya bukti sejarah mengenai raksasa membuat teori tersebut sulit untuk diterima.

Gedung Konser

Berbagai Teori Pembangunan Stonehenge yang Tak Terduga
Naumburg Bandshell Central Park. (foto: centralpark.com)

Stonehenge merupakan gedung konser

Sejumlah periset bidang archaeoacoustics--studi arkeologi melalui pendekatan musik akustik-- menyatakan bahwa Stonehenge dibangun untuk keperluan dalam bidang musik.

Menurut mereka, bentuk dan ukuran batu cocok untuk suara akustik. Berguna untuk meningkatkan dan membuat suara manusia dan instrumen terdengar lebih jelas dan jernih. Bahkan, mampu menciptakan ilusi audio, yang bisa digunakan pada perayaan atau ritual.

Setelah sebuah studi mengenai akustik Stonehenge, pada tahun 2012, Bruno Fadenza, periset dari Salford University menuturkan kepada LiveScience bahwa orang-orang kuno 'mempersepsikan suara di sekeliling mereka berubah' saat memasuki Stonehenge. Sensasi serupa dengan saat kita memasuki katedral atau bangunan bersejarah lainnya di masa kini.

Persatuan Pekerja

Stonehenge
Druid Arthur Uther Pendragon memimpin upacara di Stonehenge. (foto: Independent)

Stonehenge merupakan persatuan pekerja

Walau belum ditemukan roda, pada masa pembangunan Stonehenge, ternyata ada hierarki karir seperti di masa kini.

Setidaknya itu teori yang dikemukakan beberapa ahli sejarah, termasuk Pearson, yang mengungkapkan pada buku tahun 2012 bahwa konstruksi monumen bisa jadi untuk menunjukkan kesatuan unit pekerja.

Pembangunan Stonehenge dilakukan pada saat meningkatnya persatuan antara masyarakat Neolitik Inggris, sehingga konstruksi monumen yang membutuhkan kerja keras banyak orang dan melibatkan area yang luas, merupakan bukti persatuan ini.

Observatorium

Stonehenge
Observatorium. (foto: sgarciarill.com)

Observatorium kuno

Stonehenge memang jelas tak terlihat seperti observatorium modern, namun susunan batu bisa jadi merupakan cara orang melacak pergerakan di langit.

Dekat dari pusat monumen, ada pintu masuk berbentuk tapal kuda yang menghadap Timur Laut, menunjukkan desainer monumen memaksudkannya berbaris sejajar menunjuk bagian matahari terbit dan tenggelam pada masa titik balik matahari di musim dingin.

Penggunaan radiokarbon menunjukkan ada sisa peninggalan jasad hewan dekat Stonehenge, mengungkapkan bahwa ada babi yang dikorbankan entah pada Desember atau Januari setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya ritual tahunan sekitar waktu equionox--masa dimana waktu matahari melewati khatulistiwa, sehingga malam dan siang memiliki panjang waktu sama.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya