Awas! Wajah Tampan Bisa Menghambat Karir Anda

Hasil sebuah penelitian terbaru mengindikasikan kalau ternyata punya wajah rupawan bisa menghambat kemajuan karir seseorang.

oleh Amry Sitompul diperbarui 18 Des 2015, 19:20 WIB
Diterbitkan 18 Des 2015, 19:20 WIB
Lari Telanjang Dada Saat Hujan, si Ganteng Ini Mendadak Terkenal
Berkat sebuah wawancara singkat dengan sebuah tv lokal, hanya dalam hitungan detik hidup pria lajang nan tampan ini berubah drastis.

Liputan6.com, Jakarta Anda berwajah tampan dan sedang giat meniti karir di kantor anda? Berhati-hatilah. Hasil sebuah penelitian terbaru mengindikasikan kalau ternyata punya wajah rupawan bisa menghambat kemajuan karir seseorang.

Hal ini karena para pria cenderung enggan mempromosikan rekan kerja yang bertampang lebih menarik dari mereka.

Peneliti dari University College London's School of Management menemukan bahwa pria yang diberkahi dengan rupa tampan seperti halnya George Clooney dianggap punya kompetensi. Namun akibatnya, mereka dianggap sebagai ancaman di tempat kerja.

Itulah sebabnya pria-pria menarik ini lebih berpeluang ditolak untuk posisi-posisi kompetitif yang membutuhkan talenta individual seperti misalnya di pemasaran atau perbankan investasi, namun dipilih untuk posisi-posisi yang membutuhkan kerjasama tim -- sehingga pemimpin atau pengambil keputusan dalam tim tersebut bisa meningkatkan karirnya sendiri.

Penelitian yang dilakukan bersama antara akademisi dari London Business School dan University of Maryland ini menyimpulkan, berbeda dengan pandangan umum, hal yang sama tidak berlaku untuk kaum wanita karena kecantikan dianggap tidak berhubungan dengan kompetensi seseorang.

“Organisasi ingin merekrut kandidat yang kompeten namun tiap individu punya agenda masing-masing,” jelas Dr. Sun Young Lee, pemimpin riset yang juga asisten profesor perilaku organisasi di UCL, seperti dikutip dari The Telegraph, Jumat (18/12/2015).

“Saat mempekerjakan seseorang, mereka tak ingin pendatang baru itu bekerja lebih baik dari mereka dan mempermalukan mereka.”

Penemuan ini didasarkan pada empat eksperimen yang melibatkan 870 sukarelawan.Peserta dihadapkan pada beberapa skenario, dimana mereka harus merekrut seseorang untuk suatu pekerjaan spesifik namun tersedia lebih dari satu kandidat.

CV para kandidat dibuat sedemikian rupa sehingga menggambarkan kemampuan dan kualifikasi yang nyaris serupa, namun ternyata foto kandidat yang disertakan berbicara lain.

“Para manajer dipengaruhi oleh stereotip-stereotip dan membuat keputusan perekrutan berdasarkan kepentingan mereka sendiri sehingga organisasi mungkin tak memperoleh kandidat yang paling kompeten,” tambah Dr. Lee lagi.

“Dengan makin banyaknya perusahaan yang melibatkan pegawainya dalam proses perekrutan, poin penting ini butuh perhatian. Kesadaran bahwa perekrutan dipengaruhi oleh potensi hubungan kerja dan kecendrungan pen-strereotip-an bisa menolong organisasi untuk meningkatkan proses seleksi mereka.”

Penemuan ini mungkin akan mengalihkan ingatan pada aktor Rob Lowe, yang tahun lalu mengeluh soal betapa susahnya ia mengembangkan karir karena wajah eloknya.

“Ada prasangka dan bias yang susah dipercaya terhadap 'orang berwajah rupawan', bahwa mereka tak bisa merasa sakit atau tak bisa hidup susah, atau menjadi dalam atau menarik,” ungkap Rob kepada New York Times.

“Mereka tak bisa jadi hal-hal yang ingin kau perankan sebagai seorang aktor. Aku mulai memainkan bagian-bagian itu sekarang dan aku menyukainya.
Saat aku masih jadi idola remaja, aku sangat tampan bahkan aku sendiri pun tak akan menanggapi serius diriku.”

Saat ditanya mengapa orang-orang kaget dengan peran komedinya di acara TV Parks and Recreation and Californication, Lowe yang berperan sebagai Sam Seaborn di West Wing menjelaskan, “Lagi-lagi ada prasangka historis kalau orang berwajah menarik tidak lucu.”

Dr. Lee menjelaskan kalau penemuannya menyarankan kalau organisasi-organisasi seharusnya menunjuk perusahaan perekrutan eksternal untuk menghindari pengambilan keputusan berdasarkan alasan pribadi yang bisa membahayakan.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Organisational Behaviour and Human Decision Processes.

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya