Liputan6.com, Paris - Hampir setahun tragedi Charlie Hebdo berlalu. Namun serangan teroris terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo belum hilang dalam ingatan warga Prancis.
Terkait itu, Presiden Francois Hollande memberikan penghormatan kepada 17 korban tewas dalam serangan teroris selama 3 hari terhadap kantor Charlie Hebdo, polisi, dan supermarket milik warga Yahudi, yang akan genap setahun pada Kamis 7 Januari mendatang.
Seperti dikutip dari VOA News, Rabu (6/1/2016), Hollande pun membuka selubung untuk memperingati kekerasan yang menggemparkan pada tahun lalu di Paris dan sekitarnya itu.
Keluarga-keluarga korban bergabung bersama Presiden Hollande dan para pejabat lainnya di dekat gedung Charlie Hebdo saat beberapa staf menggelar rapat redaksi ketika 2 orang bersaudara bersenjata berat menyerang pada 7 Januari 2015. Serangan ini menewaskan 11 orang.
Mereka turut memberi penghormatan kepada seorang polisi muslim di tempat di mana ia terbunuh saat mencoba memburu orang-orang bersenjata yang melarikan diri itu.
Baca Juga
Baca Juga
Hollande juga memberikan penghormatan kepada 4 orang yang tewas di sebuah supermarket milik warga Yahudi. Ia menyempatkan bertemu sejenak dengan beberapa orang yang selamat dari serangan di dalam supermarket itu. Termasuk Lassana Bathily, karyawan kelahiran Mali yang menyembunyikan sejumlah sandera di gudang bawah tanah toko tersebut.
Saat itu, Bathily kemudian menyelinap keluar untuk berbicara dengan polisi dan membantu operasi untuk membebaskan 15 sandera dan membunuh penyerangnya. Atas keberaniannya tersebut, Bathily telah dipuji sebagai pahlawan dan diberi kewarganegaraan Prancis.
Advertisement
Usai serangan teroris itu, banyak orang di berbagai negara menggunakan ungkapan 'Je suis Charlie' (Saya Charlie). Ungkapan ini menggambarkan solidaritas mereka dengan para wartawan yang tewas karena menjadi sasaran akibat diterbitkannya karikatur Nabi Muhammad di majalah tersebut.