Film Paper Planes: Asa dan Cinta dari Selembar Kertas...

Sutradara Australia, Liz Kearney menceritakan tentang filmnya 'Paper Planes', juga pengamatannya terhadap sinema Indonesia. Seperti apa?

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 04 Feb 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2016, 09:00 WIB
Liz Kearney
Selain dibumbui komedi, Paper Planes juga merupakan film yang sarat unsur edukasi.

Liputan6.com, Jakarta - Dylan Webber jatuh cinta pada pesawat kertas. Bocah berusia 12 tahun asal Australia itu terus berupaya keras menghasilkan origami yang bisa terbang sejauh mungkin.

Ia terus melipat. Namun, tak mudah untuk menghasilkan pesawat kertas yang sempurna. Butuh upaya keras.

Maka, ia pun kerap menatap langit, mengamati bagaimana burung-burung melayang dengan indah dengan sayap terkembang. Ia juga mencari tahu bagaimana pesawat dan roket yang berat bisa mengangkasa dengan anggun.

Dylan yang pemalu mendapatkan gairah dalam hidupnya yang muram setelah ditinggal sang ibu yang telah meninggal.

Kerja keras itu akhirnya terbayar. Dari kejuaraan lokal, nasional, Dylan kemudian melaju ke lomba tingkat internasional yang membawanya jauh hingga ke Negeri Sakura, Jepang.

Di sana para peserta harus melipat pesawat kertas desain mereka sendiri sesaat sebelum diterbangkan dengan gaya masing-masing.

Lawan yang ia harus dihadapi tak sembarangan. Salah satunya Jason, jenis anak beruntung yang bisa segalanya, tapi congkak bukan kepalang.

Di tengah kompetisi, ia tersentak oleh kenangan masa kecilnya. Cukilan masa lalu itu juga menyadarkan sang ayah, Jack, yang dirundung depresi setelah kepergian perempuan yang ia cintai. 

Kisah tersebut adalah cuplikan dari film Australia, Paper Planes, yang dirilis secara resmi pada awal tahun 2015.

Sang produser, Liz Kearney, mengungkapkan film besutan Robert Connolly itu bukan film keluarga biasa.

Pasalnya, selain dibumbui komedi, Paper Planes juga merupakan film yang sarat unsur edukasi.

Kearney mengatakan film anak seharusnya mewakili dunia para bocah. "Anak-anak berbicara sebagai anak-anak, orang dewasa tidak diposisikan sebagai penolong. Biarkan mereka mencari jalan keluar mereka sendiri," kata dia ketika berbincang dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Ia juga bercerita tentang industri film Australia dan pengamatannya tentang dunia sinema di Indonesia.

Saksikan wawancara khusus Liputan6.com dengan produser asal Australia, Liz Kearney:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya