Liputan6.com, Antartika - Dalam beberapa dekade ke depan, level permukaan air laut akan meningkat lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan. Penelitian terbaru mengungkap bahwa es di Antartika tidak stabil yang dikira.
Sementara itu, badan PBB yang menangani tentang perubahan iklim telah memprediksi bahwa level permukaan air laut akan meningkat hingga satu meter pada abad ini.
Berdasarkan penelitian yang dimuat di jurnal Nature, runtuhan lapisan es Antartika akan menyebabkan naiknya permukaan air laut hingga dua kali lipat, yaitu 2 meter, pada 2100. Hal tersebut terjadi jika emisi karbon tidak berkurang.
Advertisement
Sebelumnya, melelehnya es di Antartika hanya disebabkan karena suhu udara dan air laut yang hangat. Namun, saat ini diketahui bahwa proses aktif, seperti runtuhnya tebing es besar, turut menjadi pemicu naiknya permukaan air laut.
"Hal tersebut (naiknya permukaan air laut) dapat menyebabkan bencana bagi kota-kota yang berada di tempat rendah," ujar Profesor dari University of Massachusetts Amherst, Robert DeConto.
Seperti yang dikutip dari The Guardian pada Kamis (31/3/2016), DeConto juga menjelaskan jika pemanasan global tak dihentikan, kenaikan permukaan air laut akan berubah dari milimeter menjadi sentimeter per tahun. "Pada titik itu yang dibahas bukan tentang teknik pencegahan lagi, namun (orang-orang) harus pindah (dari kota)," ujarnya.
Baca Juga
Perubahan iklim tak hanya menyebabkan kenaikan permukaan air laut, namun juga membuat badai semakin ganas. Kota-kota yang memiliki permukaan tanah rendah, seperti New York, Mumbai, dan Guangzhou, juga dapat mengalami kehancuran besar akibat kombinasi dari hal tersebut.
Banyak kota-kota di pesisir berkembang pesat. Berdasarkan analisis dari World Bank dan staf OECD, menunjukkan bahwa kerusakan yang diakibatkan banjir dapat mengakibatkan kerugian hingga $1 triliun atau Rp 13.260 triliun di tahun 2050, kecuali ada tindakan yang dilakukan.
Wilayah yang beresiko besar mengalami kerusakan di antaranya Miami, Boston, Nagoya serta kota-kota di China, Vietnam, Bangladesh, dan Pantai Gading.
Penelitian terbaru yang melanjutkan studi sebelumnya, memberi peringatan tentang kemungkinan runtuhnya lapisan es di Antartika dan menduga kenaikan permukaan air laut.
"Kabar buruk dari tingginya emisi adalah, kami memperkirakan kemungkinan besar Antartika berkontribusi pada kenaikan permukaan air laut pada 2100," ujar DeConto kepada the Guardian.
Namun ia menjelaskan apabila emisi dapat ditekan, maka kenaikan permukaan air laut dapat dikurangi, walaupun masih terdapat 10 persen kemungkinan kenaikan signifikan. "Ini adalah kabar baiknya. Ini tak terlambat untuk dilakukan dan luar biasa." ujarnya.
Proses fisik aktif diketahui merupakan salah satu cara untuk membuat lapisan es retak. Namun air yang mencair dari permukaan es akan mengalir ke bawah melalui celah-celah dan membuat retakan es semakin lebar.
"Air yang mencair merupakan dampak yang sangat merusak. Hal tersebut menyerang es, baik dari atas maupun bawah," jelas DeConto.
Ia juga mengatakan bahwa temperatur musim panas telah mendekati atau melebihi titik beku di sekitar Antartika. Berdasarkan keadaan itu ia mengatakan, "Tak diperlukan suhu panas yang banyak untuk melihat peningkatan dramatis (melelehnya permukaan es) dan hal tersebut akan terjadi dalam waktu cepat."
Peneliti telah menggunakan model terbaru yang memasukkan hilangnya lapisan es dari pesisir Antartika. Runtuhnya bukit es dapat mengakibatkan tebing es setinggi 1.000 m menjulang di samudra, dan jika runtuh akan mengakibatkan permukaan air laut meningkat lebih jauh.
Para ilmuwan mengalibrasi model mereka dengan catatan geologi pada peristiwa 125 ribu dan 3 juta tahun yang lalu, ketika temperatur hampir sama dengan suhu saat ini namun dengan permukaan air laut yang lebih tinggi.
Kenaikan permukaan air laut juga disebabkan karena ekspansi air ketika bertambah hangat. Pada bulan Januari, ilmuwan menduga bahwa faktor tersebut telah diremehkan dan menambah beban mengkhawatirkan atas kenaikan permukaan air laut di masa depan.
Saat ini, suhu rata-rata di seluruh dunia telah memecahkan rekor. Telah diumumkan bahwa es di Arktik telah berkurang dan tercatat memiliki ukuran terkecil sejak 1979.