Liputan6.com, Jakarta - Hampir 800 orang terluka, 50 di antaranya dalam kondisi parah akibat gempa Jepang yang terjadi di Prefektur Kumamoto Kamis malam waktu setempat. Lebih dari 40 ribu warga dievakuasi.
Gen Aoki selaku Direktur Divisi Gempa Badan Meteorologi Jepang memperingatkan gempa susulan bisa terjadi hingga pekan depan.
Baca Juga
"Ini merupakan gempa yang akan terus mengguncang untuk waktu yang lama," kata meteorologi CNN, Chad Myers, yang dikutip Jumat (15/4/2016).
Advertisement
Baca Juga
Itu bisa berarti lebih banyak bangunan berpotensi runtuh.
"Bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa pertama semakin parah akibat lindu susulan," katanya. "Bangunan yang retak akhirnya rubuh akibat guncangan kedua".
"Diperkirakan 750 ribu orang merasakan guncangan keras itu. Guncangan terkuat terjadi di lokasi yang padat penduduk," tutur Myers.
Meski kekuatan gempa tak ekstrem, pusatnya berada di darat dan relatif dangkal hanya 10 kilometer.
"Gempa dangkal seperti yang satu ini memiliki potensi merusak karena guncangan dekat dengan permukaan," kata John Bellini dari Badan Survei Geologi AS (USGS).
Berikut rekaman saat guncangan gempa memporak-porandakan barang di rumah warga:
Selain menewaskan sembilan orang dan merusak 19 rumah, gempa juga melemparkan barang-barang yang ada di rak atau lemari toko. Jalan-jalan pun penuh dengan puing-puing.
Beberapa bangunan runtuh dan aliran listrik putus.
Tak ada peringatan tsunami setelah lindu berkekuatan 6,3 Skala Ritcher (SR) terjadi pada pukul 21.26, Kamis, 14 April di timur Prefektur Kumamoto. Reaktor nuklir di pulau itu dilaporkan tidak terdampak.
Sementara dua nuklir reaktor Sendai di Kyushu masih berjalan normal, meski tiga reaktor Genkai ditutup sementara untuk inspeksi rutin.
Menurut informasi, gempa itu berpusat sebagian besar di bawah tanah, bukan laut. Itu berarti meski guncangannya dahsyat, tidak berpotensi menimbulkan tsunami besar.