Liputan6.com, New York - Seorang ahli statistik meramalkan pemenang pemilihan presiden AS menggunakan suatu model statistik untuk menebak hasilnya.
Dikutip pada Selasa (31/5/2016) dari artikel lawas dalam US News & World Reports, ahli statistik bernama Helmut Norpoth menggunakan suatu model statistik yang telah teruji selama 104 tahun terakhir. Selama itu, kata dia, telaah statistik yang dipakainya hanya salah satu kali saja.
Baca Juga
Baca Juga
Helmut Norpoth adalah seorang profesor ilmu politik di Stony Brook University.
Advertisement
Bagaimana dengan Pilpres Amerika Serikat 2016?
Telaah statistik yang dikembangkannya menduga kemenangan Donald Trump dengan ketepatan dugaan antara 97 hingga 99 persen, jika Trump meraih nominasi Partai Republik, demikian dilaporkan The Blaze.
Model Nortpoth telah diterapkan dan diklaim memprediksi secara tepat hasil setiap pemilihan umum presiden AS sejak tahun 1912, kecuali satu pemilu pada 1960 yang diduga dicurangi.
Telaah statistik yang dikembangkannya menggunakan performa seorang calon pada saat primary partai masing-masing calon digabungkan dengan pola siklus pemilih untuk menentukan kemungkinan hasil dari suatu pemilihan umum.
Ia mengatakan, jika Hillary Clinton berhadapan dengan Trump, tingkat kemungkinan Trump menang sekitar 97 persen, demikian menurut model statistiknya. Jika Bernie Sanders yang melawan Trump, maka tingkat kemungkinan Trump menang sekitar 99 persen.
Jika calon Partai Republik bukanlah Donald Trump, model statistik itu memprediksi tingkat kemungkinan Partai Republik menang sekitar 61 persen, demikian menurut laporan Statesman.
"Ini memang terlalu sukar dicerna," kata Norpoth dalam suatu presentasi di SUNY Global Center di Manhattan, kota New York, ada akhir Februari lalu.
Pendugaan hasil suatu proses menggunakan telaah statistik dikenal dengan permodelan prediktif.
Dikutip dari predictiveanalyticstoday.com, permodelan prediktif (predictive modeling) adalah proses menciptakan, menguji, dan memastikan suatu model menghasilkan prediksi terbaik.