Liputan6.com, Lilongwe - Untuk seorang warga Malawi, Agness Jonathan, setiap hari yang dilalui, adalah sebuah 'pertaruhan' untuk anak-anaknya.
Dia selalu khawatir setiap kali buah hatinya pergi ke sekolah. Bayangan 'kematian' menghantui pikiran, saat anak-anaknya tidak berada di sisinya.
Ketakutan tersebut bukannya tak beralasan. Ke dua anak perempuan Agness, lahir dalam kondisi albino -- kondisi genetik yang mengakibatkan sedikit atau tidak adanya pigmentasi di kulit, mata, dan rambut.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi tersebut, membuat buah hatinya, Agness kecil dan Chakuputsa, menjadi target para pemburu 'kulit putih' di Melawi.
Menurut laporan yang dikutip dari CNN, Selasa (7/6/2016), anak-anak albino di Melawi, diburu seperti hewan buruan. Mereka dibunuh, tulang mereka dijual -- bagian tubuh tersebut dipercaya membawa kekayaan, kebahagiaan, dan keberuntungan.
Kepercayaan tersebut membuat kehidupan mereka yang 'berkulit putih' terancam, dengan bertambahnya tingkat pembunuhan warga albino di wilayah tersebut.
Menurut laporan organisasi persamaan HAM non-pemerintahan internasional, Amnesty, masa-masa paling 'berdarah' tahun ini adalah bulan April, empat orang albino -- satu di antaranya seorang bayi -- diculik dan dibunuh.
"Salah seorang korban adalah Davis Fletcher Machinjiri (17), keluar rumah untuk menonton pertandingan bola bersama temannya. Sayangnya, dia tidak pernah kembali ke rumah," kata juru bicara Amnesty.
Menurut laporan polisi setempat dia diculik oleh empat orang pria, dan menjualnya ke Mozambik, lalu membunuhnya.
"Mereka memotong kedua lengan dan kakinya, kemudian mengambil tulangnya. Bagian tubuh lainnya kemudian dikuburkan di kuburan yang tak begitu dalam," kata polisi itu.
Penjualan bagian tubuh
Sejak tahun 2014, setidaknya 18 warga albino diculik dan dibunuh. Sementara itu, lima orang lainnya masih belum diketahui keberadaannya.
Putri bungsu Agness, Chakuputsa, hampir menjadi korban penculikan pemburu 'kulit putih' tersebut.
Saat itu, Agness sedang berada di kebun, saat warga meneriaki dan mengejar tiga pria yang membawa kabur Chakuputsa.
Ketiga pria itu lalu menjatuhkan putri bungsu Agness ke semak-semak, dan melarikan diri.
"Salah satu pelaku adalah seorang yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri," kata Agness.
Para pemburu itu biasa menjual bagian tubuh albino kepada dukun di Melawi dan negara tetangga, Mozambik, untuk menghasilkan uang.
Amnesty mengatakan, ribuan warga albino berada dalam bahaya dan ancaman penculikan serta pembunuhan, oleh kelompok kriminal dan 'pemburu'.
PBB bahkan memperingati, jika 'perburuan' itu tetap berlanjut, warga albino Melawi terancam 'punah'.