Setelah 16 Tahun, Aktivis India Menghentikan Aksi Mogok Makan

Sharmilla terakhir kali menikmati makanan utuh yang masuk lewat mulutnya pada 2000 silam.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Agu 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2016, 07:30 WIB
Aktivis India, Irom Chano Sharmilla
Aktivis India, Irom Chano Sharmilla (Independent)

Liputan6.com, New Delhi - Aktivis India, Irom Chanu Sharmila, setuju untuk mengakhiri mogok makan yang telah dilakukannya selama 16 tahun. Ini ia lakukan setelah mendapat jaminan dari pengadilan bahwa ia akan dibebaskan dan diizinkan terjun ke politik.

Aksi mogok makan yang dilakukan Sharmila adalah bentuk protesnya terhadap undang-undang yang mengizinkan tentara melakukan tembak di tempat terhadap pemberontak. Wanita yang dijuluki "Iron Lady" India itu pun ditahan di bawah undang-undang percobaan bunuh diri ilegal.

Seperti dilansir The Guardian, Selasa (9/8/2016), usai mendengar putusan pengadilan, perempuan berusia 44 tahun itu pun dibawa kembali ke rumah sakit di Imphal --tempat di mana ia ditahan-- dengan kawalan petugas. Sementara seorang rekan aktivisnya, Babloo Loitongbam mengatakan Sharmilla dapat bebas secara resmi setelah dokumen pengadilannya selesai diproses.

Dalam sidang terakhirnya, aktivis itu mengatakan kepada hakim bahwa ia ingin mengakhiri "puasanya" sehingga ia bisa bebas dan berpartisipasi dalam pemilu lokal.

"Saya harus mengubah strategi. Beberapa orang melihat saya sebagai perempuan aneh karena ingin bergabung dengan dunia politik. Mereka bilang politik kotor, tapi masyarakat juga sama. Saya ingin bertarung dalam pemilu untuk melawan pemerintah," ujar Sharmilla ketika memberi keterangan pers di tengah kawalan petugas pengadilan.

Selama menjalani proses hukum, perempuan yang dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap kekerasan negara, khususnya di Manipur itu diharuskan muncul di pengadilan setiap dua minggu sekali.

Sharmilla berhenti mengonsumsi makanan sejak November 2000 lalu, tepatnya setelah pembantaian Malom -- pembantaian yang terjadi di sebuah desa kecil di pinggiran Imphal. Dalam peristiwa itu, sekitar 10 orang tewas ditembak pasukan paramiliter yang dikendalikan pemerintah.

Setelah 5 November itu, makanan yang sudah berupa cairan masuk ke tubuh Sharmilla melalui selang.

Pernyataan diakhirinya mogok makan itu bertepatan dengan peringatan 70 tahun gerakan Quit India --sebuah hari simbolis yang mengingatkan perjuangan India untuk mendapat kebebasan dari jajahan Inggris. Pemilihan hari untuk mengakhiri aksinya itu ditafsirkan beberapa orang sebagai bentuk kekecewaannya terhadap proses demokrasi India.

Kabar yang beredar menyebutkan, keputusan Sharmilla untuk mengakhiri aksi mogok makannya itu dipengaruhi oleh sang pacar, Desmond Coutinho, yang merupakan keturunan Inggris-India. Perjalanan Sharmilla dalam "penjara politik" membuat dirinya disandingkan dengan tokoh mendunia lainnya seperti Nelson Mandela dan Aung San Suu Kyi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya