Liputan6.com, Tashkent - Presiden Uzbekistan terlama, Islam Karimov, kemungkinan meninggal akibat pendarahan di otak. Orang nomor satu di negeri bekas bagian Uni Soviet itu saat ini berusia 78 tahun.
Kata "kemungkinan" beredar karena jarangnya berita keluar dari Uzbekistan. Pun belum ada pemberitahuan resmi dari pemerintahannya. Kendati, sumber lokal menyebut Karimov telah mengembuskan napas terakhir.
Kematian Karimov pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Uzbekistan, Fergana. Mereka jugalah yang perdana menyebut presiden dirawat di rumah sakit pada Sabtu 27 Agustus lalu.
TV Rusia, Rain, juga melaporkan kematiannya. Mereka mengutip dari Association for Human Rights in Central Asia.
Dilansir Buzzfeed, Rabu (31/8/2016), situasi ini mirip dengan kematian pemimpin Soviet, Leonid Brezhnev. Yang saat itu tak ada beritanya sama sekali hingga berhari-hari setelah ia meninggal. Namun, di era media sosial, sulit bagi Uzbekistan melakukan hal itu.
Apalagi kondisi kesehatan Karimov yang kian memburuk bertepatan dengan perayaan 25 tahun kemerdekaan Uzbekistan dari Uni Soviet yang jatuh pada 31 Agustus 2016. Ada tradisi, tiap tahun negara itu menutup perbatasan dengan Kazakhstan selama hari kemerdekaan.
Penutupan perbatasan berlangsung dari 31 Agustus hingga 5 September.
Uzbekistan juga mengalami permasalahan perbatasan dengan negara tetangga, Kyrgyzstan.
Baca Juga
Sebagai negara terbesar dan berpenduduk paling banyak di Asia Tengah, Uzbekistan selalu menjadi kekuatan utama dalam kawasan itu. Kemungkinan, kematian Karimov bisa mengganggu perubahan peta kekuasaan.
Namun, berbeda dengan yang dilaporkan kantor berita Rusia, pejabat Uzbekistan mengaku kondisi sang pemimpin dalam keadaan stabil.
Berita kondisi kesehatan Karimov juga tidak datang dari pejabat resmi. Namun, pada Senin 29 Agustus lalu putri Karimov, Lola Karimova-Tillyaeva, mengabarkan keadaan sang ayah melalui Instagram.
Misteri kemungkinan Karimov meninggal tidak begitu mengejutkan, berdasarkan kabar terakhir kondisinya.
Advertisement
Hanya sedikit informasi tentang orang terkuat di Asia Tengah itu, sebelum bergabung dengan pemerintahan Republik Soviet Sosialis Uzbekistan pada 1960. Biografi resmi hanya menyebut ia lahir dari keluarga pegawai negeri.
Tahun 1982, Karimov adalah menteri keuangan. Pada 1989, ia menjadi pemimpin di Partai Komunis yang kemudian menunjuknya menjadi presiden pada tahun 1990.
Peristiwa paling mengerikan di Uzbekistan terjadi pada tahun 2005, di mana militer Uzbekistan atas perintah Karimov menghujani peluru pengunjuk rasa yang memintanya turun.
Entah dia masih hidup atau tidak, masih tidak jelas siapa yang kelak menjadi penggantinya. Anak tertuanya Gulnara Karimova, sempat digadang-gadang menjadi penerus mahkota.
Gulnara mantan perancang busana dan duta besar Uzbekistan untuk PBB, dilaporkan jadi tahanan rumah semenjak 2014 oleh sang ayah.