Liputan6.com, Jakarta Menempuh pendidikan doktor selama 18 bulan 12 hari membuat dokter bedah saraf konsultan Mardjono Tjahjadi mendapat rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Ia meraih rekor MURI atas pencapaian sebagai dokter yang lulus tercepat dalam program studi Doktor Ilmu Kedokteran di University of Helsinki, Finlandia.
Dokter Joy begitu ia karib disapa mengaku kaget saat pertama kali mendapat kabar rekor MURI tersebut. Apalagi mengingat ia sudah menyelesaikan pendidikan S3-nya itu di tahun 2017.Â
Baca Juga
"Sebenarnya sudah agak lama selesainya, jadi tahu-tahu ada teman menginfokan ke MURI, memberi tahu, ini dokter Joy tercepat loh PhD nya. saya enggak tahu, surprise juga. Oh ini saya paling cepat ya, ternyata ada rekor seperti itu," tutur Joy pada Rabu, 16 April 2025.Â
Advertisement
Joy mengaku bangga atas capaiannya. Dia berharap, apa yang sudah dicapainya, terlebih dia menempuh S3 mengenai aneurisma otak di luar negeri, bisa menjadi motivasi untuk dokter-dokter muda di Indonesia, agar lebih giat belajar, menimba ilmu kedokteran, untuk kemudian dipraktekan di Indonesia.
"Senang, bangga. Moga-moga bisa memotivasi teman-teman generasi muda tuk bisa maju mmbuat prestasi. Memang di awal tidak mudah, dirsasa tidak mungkin, tapi kalau konsisten pasti bisa," kata dokter spesialis bedah saraf subspesialis neorovaskular fellor beuro onkologi di Mandaya Royal Hospital Puri, Kota Tangerang itu.
Belajar dengan Maestro Aneurisma Dunia
Joy juga menjelaskan alasan ia mengambil S3 di University of Helsinki, Finlandia. Selain memang negara tersebut terkenal dengan kurikulum pendidikan yang terbaik di dunia, dia mengaku ada pakar dokter saraf di sana bernam Prof Juha Hernesniemi.
"Beliau ini sudah menangani lebih dari 10 ribu kasus aneurisma otak, seorang maestro di ruang operasi, semua dokter saraf pun tahu itu. Bahkan (dokter-dokter dari) negara Amerika pun belajar ke Finlandia dengan beliau, jadi saat ada kesempatan, saya pun akan ambil," tutur Joy.Â
Dia pun belajar, bagaimana caranya penanganan di meja operasi yang seharusnya 2 jam tapi Prof Juha menyelesaikannya hanya 15 sampai 20 menit. Belum lagi pengobatan-pengobatan setelahnya, yang membuat penanganan aneurisma otak, bukanlah suatu yang mengerikan, melainkan menyembuhkan.
 "Ada doa, ada harapan, bukan saja dari pasien, tapi juga dari keluarga pasien. Itu yang juga saya pelajari dari beliau," katanya.
Pada saat menempuh pendidikan di kampus tersebut, Joy sempat mendampingi Prof Juha menangani pasien dengan aneurisma otak yang sudah pecah. Padahal di luar rumah sakit, salju turun dengan deras, udara dingin menusuk, namun penanganan pasien aneurisma harus penuh kehati-hatian.
 "Terlebih kalau sudah pecah, perlu penanganan yang hati-hati. Harus dilakukan dengan tenang,"katanya.
 Kasus-kasus seperti ini pun bisa terjadi di Indonesia, makanya dia banyak belajar penanganan aneurisma otak yang cepat dan tepat.
Advertisement
Mengenal Aneurisma Otak
Aneurisma otak, apa itu?
Joy juga menjelaskan aneurisma merupakan salah satu gangguan bentuk pada pembuluh darah yang bisa menyebabkan peredaran darah terganggu. Bila terjadi pada otak maka disebut aneurisma otak. Bila terjadi di otak lalu pecah, bisa menyebabkan komplikasi lain, hingga menyebabkan stroke.Â
"Sayangnya, dia (aneurisma) tidak bergejala, tapi masyarakat wajib kenali faktor risikonya, agar bisa melakukan screening di awal,"ujar dr Joy.Â
Faktor risiko yang dimaksud seperti merokok, penyakit darah tinggi, usia diatas 50 tahun, suka minum alkohol berlebihan, jenis kelamin wanita, dan ada riwayat keluarga yang pernah menderita aneurisma otak.
 "Sayangnya, 99 persen pasien yang kita temui sudah pecah. Padahal di Firlandia, Jepang, Korea, aneurisma itu yang pecah hanya 30 sampai 40 persen saja, sisanya bisa ditangani," katanya.
Â
Â
Â
Â
