Liputan6.com, Washington, DC - Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru. Kedua calon presiden, yakni Hillary Clinton dan Donald Trump dijadwalkan akan bertemu dalam debat perdana yang akan berlangsung di Hofstra University, Hemstead, New York.
Panggung debat pilpres bukan hal baru bagi Hillary. Mantan ibu negara AS tersebut sebelumnya pernah menjadi kandidat capres Demokrat pada 2008 lalu sebelum akhirnya dikalahkan oleh Barack Obama.
Istri dari Bill Clinton itu juga pernah menyandang sejumlah jabatan publik mulai dari senator hingga menteri luar negeri. Hal tersebut membuat ia lebih berpengalaman tampil dan berbicara dalam acara-acara formal.
Advertisement
Sementara pesaingnya, Trump disebut-sebut hanya mampu membawa 'ketidakpastian' dalam debat perdana yang akan berlangsung pada Senin 26 September pukul 21.00-22.30 waktu setempat. Capres asal Partai Republik itu dan para pendukungnya berharap gaya konvensional Trump akan menjadi aset besar dalam pertempuran pertamanya dengan Hillary.
Namun sebagian berpendapat, kemampuan berargumentasi Trump tak bisa diremehkan mengingat ia 'berhasil' melewati 11 debat yang diselenggarakan Partai Republik.
Seperti dikutip dari CNN, Senin (26/9/2016) terdapat enam taktik yang bukan tidak mungkin akan digunakan Trump untuk memenangkan 'perang' gagasan dalam pertemuan pertamanya dengan Hillary di bawah sorotan kamera.
Menghina Secara Langsung
Kemampuan Trump untuk menghina dan menciptakan julukan bagi lawannya sangat menonjol selama kampanye pilpres. Jeb Bush, mantan pesaingnya mungkin selamanya akan mengingat bagaimana miliarder itu menjulukinya sebagai sebagai 'low energy' gara-gara Bush menggunakan teleprompter ketika berpidato.
Dan kebiasaan Trump itu tak berhenti meski ia berada dalam satu panggung dengan pesaingnya. Sebut saja ketika suami dari Melania itu berulang kali menyebut Senator Texas, Ted Cruz sebagai pembohong dalam sejumlah debat. Hal tersebut dilakukannya tepat di muka Cruz.
Tak hanya Cruz, namun Senator Florida, Marco Rubio juga pernah 'disemprot' langsung oleh Trump dengan julukan 'Little Marco' dan 'lightweight'. Pemberian 'nama' versinya ini dinilai memiliki tujuan ganda yakni menarik perhatian atas kelemahan lawan serta membelokkan serangan apapun yang diarahkan padanya.
Jika benar demikian maka bukan tidak mungkin publik akan mendengar Trump memanggil pesaingnya dengan julukan 'Crooked Hillary' ketika berdebat. Ini adalah sapaannya untuk Hillary di mana kurang lebih memiliki arti 'korup' dan 'kriminal'.
Tak Segan 'Melanggar' Batas
Dalam sejumlah debatnya di atas panggung, Trump tak segan menyerang lawannya pada ranah di mana politisi umumnya akan berusaha menahan diri dan menghindari.
Ayah dari sosialita Ivanka itu pernah menyebut Ben Carson menderita sakit jiwa pada masa kecilnya dan pada kesempatan lain ia juga sempat mengatakan ayah dari Ted Cruz terlibat dalam pembunuhan Presiden John F. Kennedy.
Mungkin publik masih mengingat bagaimana Trump membela diri dari serangan Rubio dalam debat pada 3 Maret lalu. Kala itu Rubio menyinggung soal ukuran tangan Trump serta kaitannya dengan kejantanan taipan properti tersebut.
"Dia menyinggung soal tangan saya, jika mereka kecil maka 'sesuatu' yang lainnya juga berukuran kecil. Saya jamin bahwa tak ada masalah, saya jamin," tegas Trump.
Meski dalam sebuah kesempatan ia menampik serangan terhadap fisik, namun faktanya berbeda. Pada 2006 ia mengejek penampilan fisik komedian AS, Rosie O'Donnell.
Terkait dengan Hillary, Trump menyinggung setiap skandal dan teori konspirasi yang ada. Ia mengungkit kembali skandal seks Bill Clinton juga menyebutnya 'menjijikkan'.
Tak hanya itu, ia juga menghidupkan kembali teori konspirasi yang mengatakan Hillary terlibat dalam kematian staf Gedung Putih, Vince Foster. Ia mengklaim agar capres perempuan pertama AS itu tidak layak secara mental dan fisik untuk melayani rakyat AS.
Trump mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan ia akan melanggar batas itu untuk menyerang Hillary. Namun jika capres asal Demokrat tersebut yang memulainya.
Meremehkan Pernyataan Lawan
Melecehkan Serangan Lawan
Pada akhir Februari lalu di mana debat di Partai Republik tengah berlangsng, Rubio menyerang Trump terkait kebijakannya. Namun ia menanggapinya dengan santai.
"Jika ia membangun tembok perbatasan seperti ia membangun Trump Towers ia akan menggunakan tenaga kerja ilegal untuk melakukannya," ujar Rubio kala itu.
Lantas, Trump mengomentarinya dengan ringan. "Sangat lucu. Ucapan yang sangat lucu," kata dia.
Hillary kemungkinan akan mendapat reaksi yang sama jika ia melakukan taktik seperti Rubio. Ini disebut sebagai bagian dari sebuah tema besar pencalonan Trump.
Trump Bukannya Tak Siap...
Trump tidak membawa apapun fokus persoalan tertentu dalam setiap debat. Ia kerap mendaur ulang isu.
Entah itu tentang sifat 'dunia ketiga' infrastruktur AS atau meratapi ketidakseimbangan perdagangan AS dengan Meksiko sembari mengatakan bahwa pemimpin Meksiko jauh lebih cerdas dibanding pemimpin AS.
Ted Cruz sebelumnya pernah menyerang Trump terkait dengan 'nilai-nilai New York'. Namun hal tersebut berhasil diatasi sang miliarder.
"Ketika World Trade Center runtuh, saya melihat sesuatu yang tidak ada di muka Bumi lainnya yang jauh lebih indah, lebih manusiawi dari New York," balas Trump menanggapi serangan Cruz.
Advertisement
Langkah Terakhir: Menyerang Moderator
Melancarkan Serangan Beruntun
Trump disebut membanggakan dirinya sebagai petinju. Ia menunggu pesaingnya untuk menyerang lalu melakukan serangan balasan dan tak lama serangan kedua yang jauh lebih keras pun ia luncurkan.
Terkait dengan debat, Trump tak segan menunjukkan kepada publik bahwa ia seseorang yang sangat gesit untuk menghentikan serangan lawannya atau membelokkan sasaran mereka. Namun terkadang ia lebih dulu melawan sebagai bagian dari taktik untuk mematahkan pertahanan lawan dan membuat mereka terlihat lemah.
Tak sabar menunggu serangan lawan, ia memulainya dengan melontarkan komentar sinis atau mengekspresikan wajahnya dengan raut tertentu untuk menarik perhatian publik. Tujuannya adalah mengusik sensitifitas lawan.
Menyerang Moderator
Jika semua taktik di atas gagal, maka langkah terakhir Trump adalah menyerang media dalam hal ini adalah moderator yang memimpin debat tersebut, Lester Holt dari NBC. Peristiwa serupa pernah terjadi ketika ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan oleh penyiar radio konservatif Hugh Hewitt dan jurnalis Fox, Megyn Kelly.
"Pertama-tama, sangat sedikit orang yang mendengarkan radio Anda, itu kabar baik," kata Trump merespons pertanyaan Hewitt terkait dengan pajaknya.
Sementara itu, Trump pun diketahui 'marah' ketika Kelly menyinggung komentarnya yang suka meremehkan perempuan. Ayah dari Baron itu bahkan melontarkan sebuah peringatan.
"Saya sudah bersikap baik pada Anda, meskipun saya bisa saja sebaliknya. Tergantung bagaimana Anda memperlakukan saya. Tapi saya tidak akan melakukannya," kata Trump.