Pendukung Donald Trump Ancam Bunuh Hillary

Seorang pendukung Trump menyatakan siap beraksi sendiri jika Hillary menang pilpres.

oleh Irma Anzia diperbarui 19 Okt 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2016, 17:00 WIB
20161009-Debat Capres AS 2016 Putaran Kedua-Missouri
Dua capres AS, Donald Trump dan HIllary Clinton berhadapan dalam Debat Capres AS 2016 putaran kedua di Washington University, St Louis, Missouri, Minggu (9/10). (Robyn Beck / AFP)

Liputan6.com, Washington - Seiring dengan makin gencarnya perkataan Donald Trump untuk memojokkan lawan politiknya, Hillary Clinton, para pendukungnya malah membuat ancaman lebih mengerikan. Mereka menyatakan tak ragu membunuh Hillary.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh seorang pendukung Trump di Cincinnati, Dan Bowman. Ia menyiratkan bahwa akan bertindak sendiri jika Clinton memenangkan kursi tertinggi di Gedung Putih.

Tak sampai disitu saja, pria tersebut berharap akan adanya "kudeta" atau "revolusi" di masa mendatang bila Hillary benar-benar terpilih.

"Menurut saya, Hillary perlu dihilangkan jika ia menjadi presiden," sebut Bowman seperti dikutip dari The Indpendent, Rabu (19/10/2016).

"Saya akan melakukan segalanya sekuat tenaga untuk melengserkannya. Bahkan jika saya harus jadi patriot, saya akan melakukannya," sambung dia.

Bukan pertama kali Bowman menyampaikan ancaman kepada mantan ibu negara tersebut. Sebelumnya ketika diwawancara Boston Globe, pria yang sama berharap agar terjadi kekacauan yang berujung kudeta untuk menurunkan Hillary dari jabatannya.

"Dia harus dipenjara atau ditembak. Itulah apa yang saya rasakan. Kita akan melakukan revolusi dan melengserkan mereka, jika itu memang perlu. Akan terjadi banyak pertumpahan darah," ucap dia.

"Tapi memang itu perlu dilakukan. Saya akan melakukan apa pun demi negara saya," lanjutnya.

Merespons ancaman kepada Hillary, Dinas Rahasia AS segera buka mulut. Mereka menyatakan, sudah mengetahui masalah ini.

Mereka memastikan siap melindungi Hillary. Namun bagaimana cara melindunginya tak bisa dibocorkan.

"Dinas Rahasia tidak dapat memberi informasi tentang operasi perlindungan," ujar Juru Bicara Dinas Rahasia AS.

Melihat ancaman tersebut, tim kampanye Trump, menegaskan mereka selalu menjauhkan diri dari kekerasan. Cara tersebut sama sekali tak sesuai dengan prinsip berdemokrasi AS.

"Kami menolak kekerasan dalam segala bentuk dan tidak membiarkannya menjadi bagian dari kampanye kami," sebut pernyataan resmi tim kampanye Trump.

"Mereka yang memiliki pandangan yang tak dapat diterima tidak mewakili jutaan warga Amerika yang bosan akan sistem Washington yang curang, dan akan membuat suara mereka didengar di kotak suara pada 8 November," tutup mereka.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya