Weekly Hightlights: When Philippines 'Divorced' the US

Presiden Rodrigo Duterte membawa Filipina melangkah menjauh dari Amerika Serikat dan mendekati kubu China soal Laut China Selatan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 25 Okt 2016, 17:45 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 17:45 WIB
20161021-Hubungan-Philipna-China--Reuters6
Kedua kepala negara, Presiden Xi Jinping dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat menghadiri pertemuan bilateral di Beijing (20/10). Duterte mengubah poros kebijakan luar negeri Filipina yang sebelumnya ke AS menjadi ke Tiongkok. (Reuters/ Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar hukuman mati Pangeran Turki bin Saud al-Kabir di Saudi Arabia membuka segmen 'International Affairs' dalam Weekly Highlights kali ini. Pangeran tersebut kedapatan menembak mati teman senegaranya sekitar 3 tahun lalu.

Berikutnya adalah kontroversi yang bermunculan dalam debat terakhir pilpres AS, yang diisi saling serang antara Hillary Clinton dan Donald Trump.

Disusul dengan pembebasan kembali kota Mosul di Irak dengan segala dampak samping peperangan yang terjadi dan hengkangnya Filipina dari lingkaran sekutu AS.

Kabar gembira mengisi segmen 'What's on Indonesia' ketika 4 pelaut Indonesia dibebaskan dari penyanderaan di Somalia, dan kepulangan 106 warga Indonesia yang naik haji menggunakan paspor palsu Filipina. Lainnya tentang peristiwa ledakan di Bekasi yang diduga terkait tabung gas.

Dalam segmen 'Trending Topic', diulas sorotan dunia terhadap senyuman Dodi Suridi -- terpidana kasus 'Bom Thamrin' -- di pengadilan, ketika hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun.

Terakhir, segmen 'Embassy Corner' diisi dengan penjelasan Amerika Serikat yang menempatkan Jason Donovan sebagai Duta Besar yang baru untuk Indonesia. Lalu soal hubungan bilateral antara RI dan AS, siapapun pemenang pilpres AS nantinya.

Berikut selengkapnya dalam video Weekly Highligts berbahasa Inggris:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya