Liputan6.com, Jakarta - Enam tahun silam, tepatnya pada 26 Oktober 2010, Merapi mengalami erupsi. Gunung di Jawa Tengah itu mengalami beberapa kali erupsi yang dimulai pada pukul 17.02 WIB.
Sejak saat itu, gunung dengan tinggi 2.930 meter tersebut mengalami serangkaian erupsi dengan diiringi awan panas dan banjir lahar dingin yang terjadi sampai beberapa bulan.
Pada 3 November 2016, Merapi meletus dengan kekuatan lima kali lebih besar dari yang terjadi pada 26 Oktober dan berlangsung selama lebih dari 24 jam.
Advertisement
Hingga pada 3 Desember 2010, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Merapi menjadi tingkat III atau siaga.
Peristiwa yang disebut-sebut sebagai erupsi terbesar dalam 100 tahun terakhir itu merenggut lebih dari 200 nyawa termasuk sang kuncen, Mbah Maridjan. Sekitar 400.000 jiwa terpaksa diungsikan, terutama bagi mereka yang tinggal dengan radius 20 kilometer dari gunung berapi.
Meski status aktivitasnya telah menurun, ancaman Merapi belum berakhir. Puluhan juta kubik material erupsi beberapa kali mengakibatkan banjir lahar dingin.
Setahun setelah erupsi, puncak Gunung Merapi membentuk kubah lava dengan kondisi yang terbuka. Karenanya, hujan akan langsung tertampung di kawah yang memiliki luas 164.850 meter persegi.
Erupsi Merapi saat itu berbeda dengan yang terjadi pada 1872. Pada peristiwa sebelumnya, letusan berasal dari magma dangkal dengan kedalaman sekitar 2 kilometer, sedangkan erupsi 2010 berasal dari magma dengan kedalaman 6 sampai 10 kilometer.
Seperti dilansir CNN, pada erupsi 2010, Merapi memuntahkan 140 juta meter kubik lava. Sedangkan pada 1972, gunung tersebut mengeluarkan 100 juta meter kubik lava.
Awan panas yang menyelimuti Merapi dan daerah sekitarnya membuat para peneliti kesulitan untuk menentukan arah aliran lava. Namun pada 30 Oktober, Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) yang terdapat satelit Terra milik NASA dapat memotret bagian panas merapi dari abu panas, batu, dan kubah lava.
Data tersebut disajikan dalam peta tiga dimensi yang menunjukkan perkiraan pergerakan lava.
Selain erupsi pada 2010, 2006, dan 1982, Merapi juga mengalami erupsi pada 1930. Akibat peristiwa itu, sekitar 1.300 orang kehilangan nyawa.