Liputan6.com, Bristol - Apakah Anda pernah membayangkan apa jadinya jika 1.500 gunung berapi aktif di Bumi tiba-tiba meletus bersamaan?
Sebuah podcast dari Flash Forward membuat beberapa kemungkinan yang akan terjadi di Bumi jika hal semacam itu terjadi.
Baca Juga
Dikutip dari Daily Mail, Kamis (16/6/2016), Bumi saat ini memiliki sekitar 1.500 gunung berapi aktif. Angka tersebut tak termasuk dengan rangkaian gunung berapi di dasar laut, di mana 500 di antaranya pernah meletus.
Advertisement
Namun, tak semua letusan memiliki karakter yang sama. Menurut ahli gunung berapi dari University of Bristol, Dr Matthew Watson, erupsi gunung berapi dapat dikategorikan dalam dua jenis yang berbeda.
Baca Juga
"Pertama erupsi efusif, yang memproduksi lelehan magma dan banyak gas. Kedua eksplosif, di mana memproduksi abu dan gas," jelasnya.
"Aktivitas (gunung berapi) kebanyakan dikendalikan oleh viskositas (kekentalan) magma. Semakin kental, maka semakin sulit gas keluar dari sistem dan kemungkinan besar akan terjadi ledakan," imbuhnya.
Meskipun jenis erupsi berbeda-beda, namun jika seluruh gunung berapi meletus bersamaan, maka akan terjadi berbagai macam bencana alam yang hebat -- sebagai dampak lanjutannya.
Dampak di Dekat Area Erupsi
Pertama, orang-orang yang berada di sekitar lokasi erupsi akan terkena dampaknya, baik berupa aliran magma maupun abu.
Piroklastik -- salah satu hasil letusan -- yang terdiri dari abu vulkanik, bebatuan, dan gas panas dengan suhu mencapai 1.000 derajat Celcius akan bergerak dengan cepat.
Sangat tak mungkin untuk kabur bahkan dengan menggunakan mobil sekalipun, karena piroklastik dapat melaju hingga kecepatan 724 kilometer per jam.
Dengan keadaan tersebut, diperkirakan mereka yang tinggal di sekitar lokasi erupsi tak dapat melarikan diri dan akan menimbulkan banyak korban jiwa.
Sebagai gambaran, sekitar 3 juta orang tinggal di Gunung Vesuvius, Italia. Sementara itu 130 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang memiliki 45 buah gunung berapi aktif.
Dampak Secara Luas
Kerusakan yang terjadi di sekitar gunung berapi hanyalah permulaan. Erupsi akan mengirimkan abu vulkanik ke angkasa dan dapat menjangkau hingga radius ribuan kilometer.
"Abu merupakan benda berbahaya karena terdiri dari potongan kecil kaca, kristal, dan batu," ujar Watson.
Pada 2010, terjadi penundaan penerbangan pesawat hampir di seluruh dunia karena erupsi gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia. Hal tersebut dilakukan karena abu vulkanik akan merusak mesin pesawat.
Selain dapat merusak mesin, abu vulkanik memiliki bobot berat sehingga dapat menyebabkan gedung runtuh. Tumpukan abu tebal menambah beban yang harus ditopang fondasi.
Menghirup udara dengan kandungan abu juga dapat menimbulkan masalah bagi paru-paru, termasuk silikosis. Sistem imun yang bekerja terlalu keras juga mengalami kerusakan sehingga dapat menimbulkan masalah lain bagi kesehatan.
Pada dasarnya tak akan ada bangunan, kendaraan yang menggunakan mesin, dan orang-orang tak dapat pergi kemanapun tanpa menggunakan masker.
Tak hanya itu, saluran komunikasi juga akan terganggu karena abu vulkanik dapat mengganggu piringan satelit dan memblokir gelombang radio.
Iklim Bumi Berubah Dan Cara Bertahan Hidup
Perubahan Iklim dalam Jangka Waktu Lama
Meletusnya gunung berapi secara bersamaan akan menyebabkan perubahan pada iklim Bumi dalam jangka waktu yang lama.
Hal tersebut disebabkan karena abu dan gas dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer, dapat menurunkan suhu Bumi di seluruh dunia.
"Injeksi awal sulfur dioksida yang berubah menjadi aerosol karena terpapar air, akan memantulkan sinar Matahari ke angkasa luar. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu Bumi secara signifikan dan secara potensial akan menyebabkan kondisi layaknya Zaman Es," jelas Watson.
Namun dalam jangka waktu panjang, suhu di Bumi justru akan mengalami peningkatan.
"Selama beberapa ratus tahun, karbon dioksida yang di lepaskan oleh gunung berapi akan memanaskan Bumi," imbuhnya.
Pada 1815 Gunung Tambora mengalami erupsi. Menurut catatan iklim global, peristiwa tersebut menurunkan temperatur di seluruh Bumi dan menyebabkan hujan lebat yang merusak tanaman.
Jika satu gunung berapi saja menimbulkan dampak tersebut, dapat dibayangkan apa jadinya jika 1.500 gunung berapi aktif meletus secara bersamaan.
Cara untuk Bertahan Hidup
Walaupun dengan melakukan persiapan memungkinkan kita untuk bertahan hidup (meskipun sangat kecil), namun hal tersebut tak menjamin keselamatan bagi orang-orang terutama bagi mereka yang tinggal di dekat gunung berapi.
Tempat yang dinilai paling baik untuk bertahan hidup adalah di tengah lautan dengan menggunakan kapal pesiar. Namun kapal tersebut harus memiliki persediaan makanan, obat-obatan, dan air bersih, dengan catatan tak dekat dengan gunung berapi.
Walaupun pada akhirnya harus kembali ke darat untuk kembali menyediakan bahan-bahan, setidaknya dalam waktu singkat mereka dapat bertahan dari dampak letusan dahsyat gunung berapi.
Selain makanan dan air bersih, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan jika terjadi erupsi gunung berapi.
Langit gelap yang tertutup abu membuat sinar Matahari terhalang masuk. Kekurangan sinar Matahari dapat membuat kita kekurangan vitamin D yang memiliki fungsi krusial untuk penyerapan kalsium.
Tak hanya itu, kekurangan cahaya Matahari juga dapat mengganggu produksi serotonin yang dapat mengakibatkan kecemasan dan depresi.
Karena suhu di seluruh dunia mengalami penurunan, menyediakan baju hangat dengan jumlah cukup juga menjadi salah satu hal penting.
Advertisement