Fidel Castro Lolos dari 638 Upaya Pembunuhan oleh 'CIA dan Barat'

Fidel Castro merupakan pemimpin terlama Kuba yang menjadi simbol perlawanan utama terhadap Amerika Serikat.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 26 Nov 2016, 16:16 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2016, 16:16 WIB

Liputan6.com, Havanna - Komandan tertinggi revolusi komunis di Kuba, Fidel Castro meninggal dunia. Ia berpulang pada usia 90 tahun.

Hampir satu abad hidup di dunia, Castro menuliskan banyak cerita. Tinta emas mau pun catatan buram mewarnai perjalanannya.

Ia sempat dilabeli sebagai salah satu penentang nomor satu Amerika Serikat (AS).

Alasannya sangat jelas. Dulunya, Kuba merupakan mitra dekat AS, bahkan beberapa kelompok menyebut Negeri Paman Sam mengambil banyak keuntungan dari tangan [Kuba]( 2577019 "").

Namun, semua anggapan tersebut diubah Castro saat ia naik jadi Presiden. Dari mulanya teman, Kuba mengubah dirinya jadi lambang perlawanan dunia atas Washington.

Oleh sebab itu, Castro harus menerima tantangan besar. Ia menjadi sasaran pembunuhan utama dari Amerika Serikat dan dunia Barat.

Hal ini pertama kali diungkapkan mantan Pengawal Castro, Fabian Escalante. Tugas utama pria itu adalah untuk menjaga Castro tetap hidup.

"Ada sekira 638 upaya pembunuhan yang mengancam hidup Castro," sebut Escalante seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (26/11/2016).

Cara untuk membunuh Castro bermacam-macam. Mulai dari menaruh bahan peledak di cerutu, meletakan jamur mematikan di baju selam, hingga menyediakan suntikan beracun.

Percobaan pembunuhan ini pun telah dimulai sejak revolusi komunis Kuba dimulai pada 1959 hingga sampai era 2000-an awal.

Escalante mengatakan, begitu banyak upaya pembunuhan terhadap Castro dilakukan hanya karena satu alasan. Yaitu, Castro telah memerintah begitu lama.

Sampai saat ini, AS dan Badan Intelijennya sama sekali tidak mau mengakui soal upaya pembunuhan terhadap Fidel Castro.

Akhir hidup Castro akhirnya tidak terjadi seperti diharapkan musuh-musuhnya. Ia meninggal dunia karena sakit.

Sejak 2008, Castro memang telah meninggalkan jabatannya sebagai Presiden. Alasannya, kesehatannya semakin buruk sehingga tak bisa lagi memimpin Kuba.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya