Liputan6.com, Bogota - Alan Ruschel tersenyum lebar menghadap ke arah kamera, tangan kirinya mengacungkan dua jari membentuk huruf 'V'. Ia berpose bersama rekannya satu timnya, Marcos Danilo Padilha.
"Kami datang Kolombia," kalimat itu yang ditulis Ruschel dalam akun media sosialnya, Snapchat, sesaat sebelum pesawat yang membawa rombongan tim sepak bola Brasil, Chapecoense lepas landas.
Baca Juga
Pesawat sewaan dari maskapai LaMia Bolivia LMI-2933 itu mengantar rombongan tim Chapecoense menuju Kota Medellin, untuk melawan Atletico Nacional dalam final Copa Sudamericana yang dijadwalkan pada Rabu 30 November 2016 waktu setempat.
Â
Namun, mereka tak sampai tujuan. Pesawat yang mengangkut mereka jatuh di La Union, Antioquia, Kolombia. Dari 81 orang yang berada di dalam pesawat, 76 di antaranya tewas.
Manuver pilot, Miguel ‘Micky’ Quiroga, yang terbang berputar beberapa kali, menghabiskan bahan bakar, berhasil mencegah terjadinya ledakan saat burung besi itu terhempas.
Marcos Danilo Padilha yang dievakuasi dalam kondisi bernyawa, meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. Sang kiper berpulang pada usia 31 tahun.
Advertisement
Alan Ruschel nyaris bernasib sama. Untung ada seorang 'pahlawan cilik' yang ikut andil menyelamatkan nyawanya.
Bocah laki-laki berusia 10 tahun itu menjadi orang pertama yang datang ke lokasi jatuhnya pesawat.
Ia yang belum diketahui identitasnya memberi petunjuk pada para petugas penyelamat, soal letak keberadaan korban-korban yang terluka parah.
Sergio Marulanda, penduduk setempat, yang bergegas menuju lokasi bersama warga lain mengatakan, bocah cilik itu membantu mengarahkan tim penyelamat ke lokasi di mana Ruschel berada.
"Ketika kami memarkir kendaraan, seorang bocah datang dan memberi tahu kami di mana korban luka berada," kata Marulanda, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (1/12/2016).
Kemudian polisi datang. "Anda yang pertama ke sini, masukkan anak itu ke dalam truk dan evakusi korban yang luka," kata Marulanda, menirukan ucapan aparat tersebut.
Marulanda mengemudikan mobilnya di medan yang sulit dan terjal untuk membantu mengevakuasi korban. Aksinya itu menuai pujian. Kerelaannya membantu berhasil menyelamatkan enam nyawa.
Identitas pahlawan cilik itu belum terungkap. Masih jadi misteri.
Sementara, pemain Chapecoense, Jakson Follmann terpaksa harus menjalani amputasi kaki akibat musibah tersebut.
Hanya ada tiga atlet papan atas klub tersebut yang selamat dari tragedi LMI2933.
Selain Ruschel, ada juga Helio Neto yang kini mendapatkan perawatan intensif akibat luka parah di kepala dan paru-parunya.
Korban selamat lainnya, Erwin Tumiri menceritakan saat-saat terakhir saat pesawat jatuh.
"Saya meletakkan tas di antaranya dua kakiku, lalu membungkuk. Itu posisi yang disarankan ketika potensi kecelakaan terjadi," kata dia kepada Fox Sports Argentina.
Dalam situasi seperti itu, banyak yang berdiri dari tempat duduk dan kemudian mereka berteriak panik.
Belum jelas apa gerangan penyebab kecelakaan maut tersebut. Otoritas Penerbangan Sipil Kolombia akan bergabung dengan pihak Inggris -- sebagai negara asal pesawat BA146 dalam musibah itu -- akan melakukan penyelidikan untuk menemukan jawabannya. Dua kotak hitam sudah ditemukan.
Enam orang selamat dalam kecelakaan tersebut: 3 pemain Chapecoense, jurnalis bernama Rafael Valmorbida, pramugari Ximena Suarez, dan teknisi penerbangan Erwin Tumiri.
Teman-Temanku, di Mana Mereka?
Para petugas penyelamat menguak kata-kata pertama yang terucap dari bibir pemain bola Brasil, Alan Ruschel.
"Keluargaku, teman-temanku, di mana mereka," tanya Ruschel pada relawan, Santiago Campuzano.
Sebuah foto menunjukkan pria 27 tahun sedang dibawa ke ambulans yang akan membawanya ke rumah sakit.
Menurut dokter, Dr. Ana Maria Gonzalez, Ruschel masih menjalani perawatan intensif, namun kondisinya relatif stabil.
Istri Ruschel, Moa mengungkapkan kelegaannya saat mengetahui sang suami selamat dari kecelakaan tragis.
"Terimakasih Tuhan, Alan kini berada di rumah sakit. Kami berdoa untuk mereka yang tak sempat diselamatkan," kata dia di Instagram.
Sebelumnya, anggota tim Chapecoense sempat berfoto bersama di Bolivia, jelang perjalanan mereka ke Kolombia.
Siapa sangka, perjalanan penuh semangat itu berakhir duka saat kapal terbang yang mereka naiki menabrak bukit dan terbelah jadi dua pada pukul 10.15 waktu setempat.
Advertisement