Liputan6.com, Jakarta - Dinosaurus merupakan makhluk purba yang hidup puluhan juta tahun lampau, dan mengalami kepunahan akibat serangan asteroid yang menghantam Bumi pada 65 juta tahun lalu.
Hal-hal yang kini diketahui oleh manusia berasal dari penemuan fosil-fosil, yang dijadikan sumber ilmu pengetahuan tentang binatang purba itu.
Penemuan itu kemudian dipajang di balik kaca museum, atau dijadikan inspirasi pembuatan film bertema zaman purba, seperti salah satunya 'Jurrasic Park'.
Advertisement
Tidak hanya itu setiap detail yang diketahui oleh para peneliti dituliskan ke dalam buku, yang kemudian banyak didistribusikan ke seluruh penjuru dunia.
Pencarian fosil kerangka, jejak kaki, atau pun sisa-sisa tubuh dinosaurus pun terus dilakukan. Para ahli palaeontologi merasa belum puas dengan apa yang ditemukan selama ini.
Penemuan-penemuan baru pun berhasil dipublikasikan. Beberapa di antaranya bahkan sempat menggemparkan para ahli palaeontogi dan warga sekitar wilayah ditemukannya tulang yang membatu tersebut.
Seperti 3 penemuan fosil dinosaurus menggemparkan selama 2016 berikut ini.
Naga Lumpur
1. Fosil Dinosaurus 'Naga Lumpur'
Sekitar 66 tahun yang lalu, seekor dinosaurus berbulu, memiliki sepasang kaki panjang, dan tulang yang menonjol dari atas kepalanya, terjebak di kolam lumpur.
Hewan purba itu mencoba moronta dan membebaskan dirinya dari kubangan basah tersebut. Namun nahas, dinosaurus itu menyerah dan kemudian mati.
Betahun-tahun kemudian bangkainya membatu, berubah menjadi fosil.
Hewan purba dengan ukuran tubuh sebesar keledai itu dikenal dengan sebutan oviraptorosaurus, atau makhluk purba yang mirip burung.
Oviraptosaurus ditemukan dalam kondisi yang hampir utuh, dalam posisi terbaring dengan bagian dada menempel ke tanah, sementara leher dan sayapnya terentang tegang.
Sama seperti jenisnya yang lain -- merupakan saudara dekat burung modern -- oviraptosaurus tak bisa terbang. tapi mereka memiliki paruh tajam tak bergigi yang bisa melahap kerang, tanaman, kacang-kacangan, dan juga telur.
"Postur makhluk itu -- dengan kepala berdiri, sayap yang terentang di masing-masing sisinya -- menunjukkan seolah-olah ia sedang berusaha melepaskan diri," kata salah satu ahli palaeontologi dari University of Edinburgh, Steve Brusatte seperti dikutip dari situs sains LiveScience.
"Tanda-tanda itu membuat kami berpikir, ia terjebak dalam lumpur dan mencoba untuk keluar."
Fosil burung tak bisa terbang itu ditemukan oleh sekelompok pekerja konstruksi China beberapa tahun yang lalu di Provinsi Jiangxi.
Mereka kala itu tengah memasang bahan peledak untuk pembangunan fondasi bangunan sebuah SMA. Hampir saja para pekerja konstuksi itu meledakkan fosuil tersebut hingga berkeping-keping.
"Dinamit yang digunakan menghancurkan sedikit bagian belakang fosil. Tapi untungnya bagian lain tak apa-apa," kata Brusatte, "Nyaris saja kita tak tahu apa-apa tentang dinosaurus itu."
Para pekerja konstruksi itu kemudian memberitahukan penemuan mereka ke pada pihak museum setempat, yang kemudian diperiksa oleh palaeontologi China.
Mereka kemudian mempublikasikan hasil penemuan dinosaurus itu di dalam sebuah jurnal ilmiah, Nature Scientific.
Dinosaurus itu dinamakan tongtianlong limosus yangberarti 'naga lumpur dalam perjalanan ke surga' (muddy dragon on the road to heaven).
Brusatte menambahkan, ukuran Tongtianlong limosus mirip sapi atau keledai.
"Pada dasarnya mereka adalah kelompok terakhir dinosaurus yang berkembang sebelum hantaman asteroid," kata dia.
"Dinosaurus seperti Tongtianlong memberikan petunjuk terkait nenek moyang burung modern," tambah dia.
Advertisement
Dinosaurus Jenis Baru
2. Savvannah, Dinosaurus Jenis Baru dari Australia
Penemuan fosil dinosaurus di Autralia bukanlah sesuatu yang sering terjadi, alias langka. Namun beberpa waktu yang lalu seorang ahli fosil tanpa sengaja menukan bangkai hewan yang hidup jutaan tahun lalu itu.
Tidak hanya itu, dinosaurus yang ditemukan oleh David Eliiot diduga merupakan jenis baru. Hewan purba temuannya itu memiliki bagian bokong yang lebar, leher panjang, pemakan tumbuhan, dan tubuh sepanjang hampir setengah luas lapangan basket.
Elliot menemukan fosil itu ketika tengah menggembala domba di sebuah padang rumput yang berada di utara Kota Winton, Autralia, pada 2005.
Awalnya kepala Museum Australian Age of Dinosaurs itu menyangka yang ditemukannya hanyalah tulang belulang biasa.
Namun ketika istri Elliot menggabungkan dua kerangka 'tungkai' itu dan dia menyadari bahwa tulang tersebut merupakan kuku kaki dinosaurus yang besar.
Dari tengkoraknya, fosil yang ditemukan Elliot adalah dinosaurus pemakan tumbuhan jenis baru yang disebut Sauropoda.
Hewan purba itu diduga memiliki tubuh sepanjang kurang lebih 15 meter, dengan leher yang panjang serta lebar, dengan berat sekitar 1.800 kilogram.
10 tahun setelah penemuan fosil Sauropoda, sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh seorang ahli fosil Australia, Stephen Propat, mempublikasikan penemuan itu secara resmi dalam jurnal Scientific Report.
Dinosaurus itu kemudian dinamai Savannasaurus elliottorum, diambil dari nama sang penemu foisil tersebut, Ellot, dan tanah rerumputan tempat kerangka itu ditemukan.
Savannasaurs hidup di Australia sekitar 95 hingga 98 juta tahun yang lalu bersama dengan dua titanosaurus lainnya. Artinya, hewan tersebut hidup di putaran terakhir keberadaan dinosaurus, sebelum sebuah asteroid menghantam Bumi sekitar 66 juta tahun lalu, dan menyebabkan hewan itu punah.
Masih belum ada penjelasan yang tepat untuk menerangkan mengapa dinosaurus jenis ini menyebar ke wilayah Australia. Namun menurut penjelasan dari peneliti, kala itu Australia dan Amerika Selatan dihubungkan oleh Antartika.
Ilmuwan menduga hewan itu melakukan perjalanan dari Afrika Selatan menuju Australia melalui Antartika saat periode hangat atau warming period.
"Dugaan itu muncul karena tidak ada fosil dinosaurus Sauropoda di Australia yang berusia lebih dari 105 juta tahun. Hal ini juga bisa diakibatkan karena tulang belulang hewan raksasa itu hancur dimakan tanah," kata Poropat.
Penemuan Terbesar
3. Jejak kaki Dinosaurus Terbesar di Bolivia
Sebuah jejak kaki berukuran 1,2 meter ditemukan di Bolivia dan diklaim merupakan peninggalan dinosaurus yang berusia 80 juta tahun, dan merupakan salah satu penemuan terbesar.
Peninggalan itu ditemukan oleh seorang pemandu wisata, berada sekitar 64 kilometer di luar ibu kota bolivia, Sucre.
Sebastian Apesteguia, seorang ahli palaeontologi Argentina, mengatakan jejak kaki tersebut diduga milik abelisaurus -- dinosaurus berkaki dua yang menjelajahi Amerika Selatan.
"Jejak kaki itu lebih besar dari yang pernah kita temukan di wilayah ini. Hal tersebut merupakan rekor terkait penemuan dinosaurus karnivora di akhir periode Cretaceous di Amerika Selatan," ujar Apesteguia.
Penemuan itu bukan yang pertama kali di kawasan tersebut, mengingat tanah liat lunak di sekitar Sucre dikenal sebagai trek dinosaurus. Sejumlah kerangka abelisaurus sebelumnya juga pernah ditemukan di area itu.
Abelisaurus adalah sekelompok dinosaurus pemakan daging. Mereka memiliki ciri tangan yang agak pendek, kepala panjang dan sempit serta tidak memiliki tanduk, juga kaki belakang panjang dan langsing.
Advertisement